Note : "balablabla" > Parseltongue
Untuk pertama kalinya seorang Harry Potter/re: Riddle menjejakkan kakinya di Diagon Alley setelah menerima surat hogwartsnya. Dengan penyamaran yang sempurna mereka berjalan-jalan disana. Memilah-milah barang-barang yang akan harry bawa ke hogwarts nanti.
"Permisi, apakah ada orang?" Ketika masuk, toko itu kosong.
"Hogwarts nak?" Seseorang bertanya dari dalam rak-rak tinggi berisi tongkat. Harry mengangguk.
"Apa aku bisa langsung memilih tongkat?" Tanya harry tanpa mau berbasa-basi dulu.
"Tentu, tentu saja" kemudian ollivander sibuk sendiri dengan kotak-kotak persegi panjang dirak-rak belakangnya. Kemudian datang lagi dengan salah satu kotak yang dipilihnya dan menyuruh harry untuk mencoba.
Percobaan pertama gagal begitupun seterusnya. Kotak-kotak berisi tongkat itu sudah menggunung dimeja tinggi itu. Tidak ada tongkat yang cocok untuk harry.
Ollivander berpikir sejenak kemudian berjalan kearah rak paling belakang. Mengambil salah satu kotak kemudian berjalan kedepan lagi. Menyodorkan tongkatnya untuk dicoba lagi oleh harry.
Harry pikir ini tongkat yang benar. Karena terasa sangat nyaman daripada tongkat-tongkat sebelumnya.
"Aneh. Tongkatmu memiliki kembaran, nak" harry mengangkat sebelah alisnya tidak mengerti. Setahunya tongkat tidak ada yang kembar.
"Aku ingat semua tongkat yang pernah kujual, nak. Satu per satu. Kebetulan phoenix yang bulu ekornya ada di tongkatmu, menghasilkan satu bulu lagi—hanya satu. Sungguh aneh sekali kau ditakdirkan menjadi pemilik tongkat ini, sementara saudaranya—wah, saudaranyalah yang telah membunuh keluarga Potter" harry tersenyum miring. Kembaran dari tongkatnya merupakan milik Voldemort. Ayah angkatnya.
"Sungguh aneh hal-hal semacam ini terjadi. Tongkat yang memilih penyihir ingat." Harry menangguk-anggukkan kepalanya mengerti. Kemudian membayar 7 Galleon untuk tongkatnya.
Setelah berterimakasih dan berpamitan, harry keluar dari toko. Menemui ayahnya yang menunggu diluar.
.
.
.
.
."Sudah mendapatkan tongkatmu?" Tanya tom begitu anaknya keluar dari toko Ollivander.
"Sudah. Dad tahu, tongkat kita kembar" ujar harry, tom hanya tersenyum bangga dan mengangguk
"Ayo, kita memilih bukumu" harry menganggukkan kepalanya. Kemudian keduanya berjalan menuju toko buku. Tak lupa dengan wajah datarnya.
.
.
.
."Dad, aku ingin burung hantu salju" ujar harry ketika keduanya baru saja keluar dari toko Madam Malkin.
"Hm, baiklah" kemudian keduanya berjalan menuju toko yang menjual berbagai macam binatang.
Setelah semua urusan hogwartsnya selesai mereka kembali ke mansion.
.
.
.
.
.Harry menatap foto bergerak ditangannya. Disana terdapat kedua orang tuanya dengan dirinya sedang tertawa difoto itu. Kalau tidak salah ingat foto itu diambil 5 tahun yang lalu ketika harry berusia 6 tahun. Dan setelah itu kedua Potter senior belum berkunjung lagi. Harry jadi sedih.
"Merindukan Potter senior, eh?" Nagini melata diatas meja perpustakaan. Harry menatap nagini sebentar kemudian mendengus. Kemudian melanjutkan membaca bukunya.
"Begitulah"
"Bagaiman kalau aku membawamu ketempat mereka?" Harry lagi-lagi mendengus sebal. Nagini ini benar-benar membawa pengaruh buruk padanya.
"Tidak, terimakasih" harry menutup bukunya, melambaikan tongkatnya dan buku itu sudah berada ditempatnya. Harry berjalan keluar dari perpustakaan diikuti nagini dibelakangnya yang masih mencoba membujuk harry.
"Dad! Nagini nih, nyebelin" teriak harry dan tanpa sadar mempoutkan bibirnya imut. Nagini terkikik geli dibawah sana. Walau tidak mengerti bahasa manusia nagini tetap terkekeh melihat tingkah harry.
"Nagini!" Teriak tom. Jarang sekali Lord Voldemort mau berteriak seperti itu. Kini giliran nagini yang mendengus. Dan harry menertawakan itu.
TBC
Up sebelum mulai sekolah lagi hari senin. Huh, menjengkelkan.
Walau begitu aku akan mencoba tetap up seminggu sekali. Kalau g tolong ingetin. Thx.
KAMU SEDANG MEMBACA
腐った側 [Kusatta-gawa]
Fiksi PenggemarPernah berpikir sisi lain dari seorang Harry Potter? -------- 📌Dark Side 📌DraRry 📌Sedikit OOC Harry Potter dan tokoh lainnya milik J.K. Rowling