14

6.9K 428 41
                                    

"Beberapa hari kedepan aku tidak bisa masuk kuliah, jadi tolong isikan absen punyaku." Taehyung berucap sambil berjalan beriringan dengan lawan bicaranya. Sebelah tangannya dimasukkan kedalam saku, berjalan ponggah sambil menggendong ransel.

"Mau kemana?" Adalah pria yang tidak lebih tinggi dari Taehyung bertanya padanya dengan raut wajah yang keheranan. "Aku ada panggilan, drama yang akan tayang bulan Desember nanti membutuhkanku untuk beberapa adegan. Tidak akan lama, tenang saja." Sahut Taehyung sambil mengerlingkan mata pada beberapa gadis yang mereka lewati.

"Kau tahu, tidak ada yang gratis di dunia ini." Taehyung lantas berdecih, tahu betul apa yang diinginkan sahabatnya itu. "Kau tinggal sebutkan saja, Jim. Kelab mana yang ingin kau kunjungi, dan gadis mana yang ingin kuutus untuk menemanimu?" Jimin langsung tersenyum lebar. Menepuk pundak Taehyung dengan semangat. "Kau memang sahabat sejatiku!"

Taehyung merogoh saku celana kirinya ketika suara ponselnya terdengar nyaring. Begitu melihat siapa yang meneleponnya, pria Kim itu dengan cepat menjawabnya.

"Ya, ada apa Jisoo?"

"Kak, kau dimana?"

"Aku sebentar lagi akan berangkat ke rumahmu, ada apa?"

"Tidak, hanya bertanya saja."

"Mau kujemput?"

"Bolehkah?"

"Apapun untuk dirimu."

"Baiklah. Hati-hati dijalan, kak."

Taehyung memutuskan panggilannya. Memasukkan kembali ponsel pintar miliknya kedalam saku celananya.

"Siapa?" Jimin mulai membuka suara. "Bukan siapa-siapa." Taehyung mengeluarkan kunci motornya saat mereka berdua sampai di parkiran kampus.

"Mainan barumu?" Jimin masih menggali informasi dari sahabatnya itu. "Bisa dibilang begitu." Taehyung tersenyum asimetris yang dibalas dengan gelengan kepala Jimin. Pria Park itu sudah hapal betul bagaimana sikap dari Taehyung. Bukan hal yang aneh jika Taehyung memiliki mainan.

Kedua sahabat itu kemudian berpisah setelah mengendarai motor masing-masing. Taehyung kini melajukan motornya dengan kencang agar segera sampai di sekolah Jisoo.

Hanya butuh waktu beberapa menit untuk sampai disana. Dan gadis cantik yang menjadi tujuannya sudah menunggu di halte bus. Duduk manis dengan seragam ketat yang ia kenakan.

"Ayo, naik." Taehyung mengajak Jisoo setelah membuka kaca helm fullfacenya. Jisoo tersenyum kemudian mengangguk. Gadis itu kemudian duduk dibelakang Taehyung. "Jangan lupa memeluk, aku tidak mau kau sampai jatuh." Taehyung berucap sebelum menancap gas motor sport miliknya itu.

Setelah sampai dirumah, kondisi rumah sepi. Tidak ada siapapun, padahal ayah Jisoo tidak sedang keluar kota.

"Dimana orangtuamu?" Taehyung bertanya sambil mendaratkan bokongnya diatas sofa. Jisoo menggedikkan bahu. "Tidak tahu." Jawabnya acuh.

Jisoo bergegas mengganti seragamnya dengan pakaian rumahan agar lebih santai. Gadis itu kini tengah belajar di ruang tengah bersama dengan Taehyung. "Jisoo, beberapa hari kedepan sepertinya aku tidak bisa mengajarimu." Ujar Taehyung saat Jisoo sedang mengerjakan beberapa soal yang ia berikan.

"Kenapa?" Jisoo bertanya dengan nada seperti tidak suka. "Aku ada shooting." Singkat Taehyung. Jisoo semakin penasaran dibuatnya. "Shooting? Maksudmu?" Jisoo total menghentikan seluruh aktivitasnya.

"Apakah aku belum menceritakan hal ini padamu? Dengar, aku ini adalah seorang pemeran pembantu. Maksudku, kau tahu kan di beberapa drama atau film selalu ada pemeran figuran. Aku sedang dibutuhkan untuk drama yang akan tayang bulan Desember nanti."

"Benarkah? Kenapa aku baru mengetahuinya? Woah kau keren, kak!"

"Kau terlalu berlebihan."

Taehyung terkekeh, merasa gemas sendiri dengan perilaku Jisoo.

"Siapa pemeran utamanya prianya, kak?"

"Park Seojon."

"Oh my god! Aku sangat mengidolakannya, apa kau serius kak?"

"Untuk apa aku berbohong?"

"Kalau begitu, bisa tolong pintakan tanda tangannya kak? Kumohon.."

Jisoo memohon dengan wajah imutnya sambil menyatukan kedua tangannya yang dikepal. Sontak membuat Taehyung tergelak.

"Baiklah, baik. Aku akan meminta tanda tangannya."

Taehyung kemudian mengusap lembut puncak kepala Jisoo. Gadis itu kegirangan, seperti habis menang lotre.

Dan bertepatan dengan itu, kedua orangtua Jisoo datang. Sambil menenteng beberapa papperbag ditangannya.

"Wah anak ayah terlihat senang sekali?" Adalah sang ayah yang begitu masuk maniknya langsung tertuju pada Jisoo. "Tentu, dengarkan aku ayah. Kak Taehyung akan memberiku tanda tangan Park Seojon. Itu, aktor yang sangat tampan. Idolaku." Ucap Jisoo bersemangat.

"Benarkah?" Sang ayah bertanya, entah pada Jisoo ataupun Taehyung. Tapi Taehyung harus menjawab pertanyaan itu, karena dirinya tidak bisa mengajar selama beberapa hari kedepan.

Maka dengan berat hati, Taehyung menjelaskan semuanya pada sang ayah.

Setelah acara belajar selesai, Taehyung pamit pulang. Sebenarnya, Hani sudah menyiapkan beberapa makanan untuk keluarganya dan juga Taehyung. Tapi Taehyung menolaknya secara halus, dengan dalih ada pekerjaan lain.

Dan disinilah saat ini keluarga Kim itu berada. Di ruang makan. Menyantap beberapa hidangan yang telah disajikan.

"Jisoo, apakah kau begitu menyukainya?" Sang ayah mulai buka suara. Jisoo jelas bingung dengan perkataan sang ayah yang begitu tiba-tiba. "Aku? Menyukainya? Siapa yang ayah maksud?" Jisoo benar-benar tidak mengerti kemana arah pembicaraan sang ayahang terlalu tiba-tiba.

"Taehyung. Ayah tau kau menyukainya." Jisoo terlihat gelagapan, seperti maling yang sedang tertangkap basah. "Tidak usah ditutupi, sayang." Timpal sang ayah. "Apakah begitu terlihat, ayah?" Jawaban Jisoo sontak membuat sang ayah tertawa lepas. Putrinya kini sudah tumbuh dewasa.

"Ayah tidak marah?" Tanya Jisoo ragu. "Untuk apa ayah marah? Lagipula selain tampan, Taehyung terlihat seperti anak yang baik. Tapi ayah seperti mengenal wajahnya. Mungkin ayah pernah berpapasan dengannya sebelumnya, entahlah tapi wajahnya begitu familiar."

"Jadi, aku boleh berkencan dengannya?" Tanya Jisoo antusias. "Tentu saja, tapi kau harus tahu latar belakang keluarganya." Sahut sang ayah.

Diseberang sana, Hani selaku ibu Jisoo hanya menyimak dengan seksama. Tidak ingin buka suara sedikitpun, karena menurutnya Taehyung tidak tepat untuk Jisoo.

Hatinya seakan tidak rela mendengar Jisoo dan Taehyung berkencan. Entah karena khawatir akan putrinya, atau karena cemburu.

•••••••

"Kak, ada apa meneleponku dan menungguku disini sedari tadi?" Protes Jisoo ketika baru saja keluar dari gerbang sekolah. Pasalnya Taehyung sedari tadi meneleponnya tiada henti. Bahkan saat jam pelajaran akhir masih berlangsung. Membuat Jisoo lari terbirit-birit ketika mengetahui Taehyung sudah menunggunya di depan sekolah sedari tadi.

"Cepat pakai helmnya dan naik saja." Taehyung memberikan helm pada Jisoo, kemudian menggunakan helm miliknya sendiri. "Tapi kita mau kemana?" Jisoo masih berdiri pada posisinya. "Bukankah kau ingin tanda tangan Park Seojon? Aku akan membawamu padanya sekarang, bukan hanya tanda tangannya saja, kau juga bisa berfoto bersama."

Jisoo menjatuhkan helm yang ada di tangannya. Matanya berbinar dengan mulut yang menganga. Bagaikan mimpi di siang bolong. "B-benarkah? A-apa kau tidak sedang bercanda?" Taehyung mendecih pelan, kemudian membuka kaca helm fullfacenya. "Aku serius, Jisoo. Kau harus bergegas, atau kau tidak akan bertemu dengannya." Ancam Taehyung.

Dengan segera, Jisoo mengambil helm yang terjatuh. Mengenakannya dengan tergesa, kemudian naik keatas motor Taehyung. Tangannya refleks memeluk Taehyung dengan erat. "Kak, jalankan motornya dengan kecepatan tinggi."

TBC

Aku kembali gaess
Vote dan komennya jangan kasih kendor yaaww
Thanks for your support💜🖤💖

Devil beside you [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang