8

9.4K 548 64
                                    

Raut muram terpatri dari wajah Kim Jisoo yang kini sedang duduk di halte yang berada tepat di depan sekolahnya. Sudah lebih dari tiga puluh menit gadis itu menunggu jemputannya yang tidak kunjung datang.

Mencoba menelepon sang ibu tetapi tidak kunjung mendapat jawaban. Begitupun dengan sopirnya. Untuk kesekian kalinya Jisoo berdecak malas. Sempat terpikir untuk pulang sendiri menggunakan bis.

Hingga seorang pria dengan tas ransel yang digendong hanya dengan sebelah bahu menghampirinya. Di tangan kiri pria itu menenteng jas sekolah berwarna merah maroon.

"Kau belum pulang?" Tanya pria itu sambil berdiri dihadapan Jisoo. Menutupi wajah gadis itu agar tidak terkena terik matahari. "Ya, seperti yang kau lihat." Jawab Jisoo sambil menatap dengan lekat mata bulat milik sang lawan bicara.

"Mau kuantar?" Tanya pria itu, lagi. "Tidak, terimakasih Jung. Rumah kita tidak searah 'kan?" Jisoo menolak secara halus. Karena memang arah rumah pria itu berbeda dengan rumahnya.

Jungkook, pria yang kini sudah duduk disamping Jisoo itu adalah teman satu angkatan dengan gadis itu. Hanya saja berbeda kelas. Keduanya saling mengenal karena sama-sama murid populer.

"Tidak masalah, aku akan mengantarkanmu." Tawar Jungkook dengan mencondongkan tubuh kearah Jisoo. Membuat Jisoo sedikit tidak nyaman.

"Terimakasih atas penawaranmu, Jeon Jungkook. Tapi sebaiknya kau pulang saja. Bukankah sebentar lagi kita akan menghadapi ujian semester. Kau harus banyak belajar agar nilaimu tidak turun." Sahut Jisoo dengan nada yang malas.

Jungkook merupakan siswa terpopuler di sekolahnya. Selain wajahnya yang tampan (semua orang tahu hal itu), kepribadiannya yang baik, Jungkook juga merupakan siswa terpintar di sekolahnya. Tidak heran jika Jungkook menjadi santapan lezat bagi siswi seantero sekolah.

Tidak ada masalah serius yang terjadi antara Jungkook dan Jisoo. Keduanya berteman akrab. Hanya saja Jisoo terkadang malas berhadapan dengan Jungkook. Bukan salah pria itu, tidak.

Tapi ibu Jisoo, Hani. Selalu saja membanding-bandingkan dirinya dengan Jungkook. Menjadikan pria itu sebagai acuan agar Jisoo bisa setara dengannya, atau bahkan lebih. Hani ingin Jisoo menjadi yang pertama untuk menggantikan Jungkook. Obsesi ibunya terlalu besar. Tanpa pernah menyadari bahwa kapasitas otak setiap individu itu berbeda.

Jisoo ingin marah pada Jungkook, tapi pria itu tidak salah apa-apa. Tidak tahu menahu soal ibunya yang begitu terobsesi pada Jisoo. Sampai akhirnya ia harus mengikuti les dengan Taehyung.

Hingga akhirnya sebuah motor sport berhenti dihadapan keduanya. Membuat Jisoo dan Jungkook menatap presensi tersebut dengan kebingungan. Sampai akhirnya seseorang disana membuka helm fullfacenya.

"Jisoo, ayo pulang. Ibumu menyuruhku untuk menjemputmu." Ucap pria yang sedang mengibaskan rambutnya itu dengan acak.

"Kenapa kau yang menjemputku, kak?" Tanya Jisoo, masih betah dengan posisi duduknya disamping Jungkook.

"Ya, sopirmu tadi tidak sengaja menyerempet seseorang ketika perjalanan. Sekarang dia dan ibumu sedang di RS. Jadi aku yang menjemputmu. Ayo naik." Ajak Taehyung sambil mengangkat dagunya.

Jisoo menatap Jungkook yang sedang memperhatikan percakapan antara murid dan guru les itu. "Aku pulang duluan, Jung." Pamit Jisoo. "Baiklah, hati-hati dijalan." Jawab Jungkook sambil menatap Jisoo yang mendekat kearah Taehyung.

Dalam pikiran Jungkook bertanya-tanya. Siapakah pria yang menjemput Jisoo itu. Karena ini kali pertamanya Jungkook melihat pria itu. Jungkook berkutat dengan pikirannya sendiri hingga tanpa disadari Jisoo dan pria itu sudah tidak asa lagi dihadapannya.

Devil beside you [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang