Drama 3

282 49 2
                                    

"Akhirnya, ini adalah naskah terakhir. Pastikan berhasil."

.

.

.

.

ZENITSU

Pagi ini, aku bersiap untuk bersekolah. Lebih tepatnya, aku hanya ingin menggoda Inosuke. Namun anehnya, aku mencoba menghubungi dirinya dari kemarin. Namun tidak ada balasan sama sekali. Boro-boro dibalas, dibacapun tidak. Apakah dia sedang marah akan sesuatu? 

Digerbang sekolah aku melihat dirinya berjalan. Dia sangat elegan dan sangat manis. Akan tetapi, saat matannya bertabrakkan denganku, dia malah membuang muka dan menjauh dariku. Aku terpuruk seketika. Dia menjauhiku? kenapa? akupun mengikutinya dari belakang. Iya, hanya dari belakang. Aku takut dia tiba-tiba mengamuk dan melemparku keluar jendela. Sesampainya dikelas, aku mencoba untuk mendekati dirinya. Ia melihatku sebentar dan malah memutuskan untuk tidur. Wajahnya pucat dan ada kantung mata timbul. Dia sakitkah? aku panik dan menyentuh kepalanya lembut. 

PLAKK!

Dia menghempaskan tanganku dan memutuskan untuk kabur. Dari belakang aku merasakan adanya tanga kecil menyentuhku. Ternyata dia adalah Emi. Aku sedikit terkejut saat dia menarik tanganku dan menuntunku kemejanya.

"Jangan diganggu, biasanya kalau seperti itu artinya dia sedang tidak ingin diganggu."

"Oh, begitu." kataku sambil membalikkan badan.

"Lebih baik, kau menemaniku saja saat makan siang nanti. Sejujurnya, aku kesepian." aku hanya diam dan mengangguk pelan. Aku penasaran, apakah Inosuke pergi ke UKS? kuharap dia baik-baik saja. Bahkan sampai bel berbunyi tanda masukpun Inosuke tidak menampakkan diri. Fiks, dia sakit dan berada di UKS. Sebaiknya aku menjenguknya nanti. Ketika jam telah usai, aku mendatangi meja Emi.

"Emi, sepertinya aku tidak dapat makan siang denganmu. Aku ingin menjenguk Inosuke, sepertinya ia sakit." kataku padanya. Wajahnya sedikit murung dan ia menatapku kecewa. Aku menggaruk-garuk kepala bingung ingin melakukan apa. "Ka--kalau begitu, kita pergi sehabis menjenguk Inosuke saja? bagaimana?" matanya kembali memancarkan binar. Benarkah ia tidak memiliki teman? kupikir orang sepertinya akan sangat banyak dikelilingi teman. Ternyata aku salah sangka.

Ketika bell berbunyi, aku dan Emi bergegas untuk pergi keruang UKS. Namun anehnya, ia tidak ada disana. Jadi dia ada dimana? karena Inosuke tidak ada, aku dan Emi memutuskan untuk memakan bekal kami di atap. Aku tidak tahu kenapa ia memilih di atap. Saat aku bertanya, dia menjawab jika dia tidak suka keramaian. Makanpun kami hanya diam. Tanpa adanya suara. Aku memerhatikan isi bekal makanannya yang terbilang mewah. Sedangkan aku hanya dengan sosis gurita dan tamagoyaki saja sudah puas. 

"Kau mau?" tanyanya padaku. Aku sedikit malu karena ketahuan sudah memerhatikan isi bekal makananya. Kugaruk kepala belakangku yang tidak gatal sama sekali. Ia mengambil yakiniku nya dan menyodorkannya padaku. Aku mengipas-ngipas tangan di depan muka karena malu yang tak tertahan. Aku terkesan seperti orang yang tidak tahu di kasih makan saja. Namun karena aku penasaran, akhirnya aku memakan satu suap yakiniku yang terlihat menggiurkan itu. Sesuai dugaan, yakiniku nya sangatlah enak. Ia tertawa saat aku memuji masakan miliknya. 

"Zenitsu kun, maaf..." dia menjulurkan tangannya dan mengusapkan ibu jarinya di samping bibirku. "Ada saos yang belepotan." lanjutnya lagi sambil tersenyum. Aku syok dan tidak dapat berkata-kata. Setelah kami selesai makan, kami menuruni tangga dan bersiap untuk memasukki mata pelajaran berikutnya. Karena kurang berhati-hati, aku tidak sengaja tersandung dan menabrak Emi. Beruntunglah ia tidak terluka.

"Maaf aku--Mph!"

Sungguh diluar dugaan. Emi menciumku dan membuat tubuhku kaku. Aku bahkan tidak dapat bergeming sedikitpun dari posisiku ini. 

BRAKK!!!

Terdengar suara barang yang terjatuh dari arah belakang. Ternyata itu adalah Inosuke. Dengan sesegera mungkin, aku mendorong Emi dan mencoba menjelaskan sesuatu pada Inosuke. Bukan hanya Inosuke, ternyata disitu ada seorang guru sedang bersama dengannya. Dan dia adalah Kanae Sensei. Inosuke kabur begitu saja setelah melihatku. Aku berusaha mengejarnya, namun Kanae sensei memasang wajah seperti 'Jelaskan semua padaku.' pada akhirnya kami berdua mengikutinya pergi keruang BK.

.

.

.

.

INOSUKE

Hari ini aku benar-benar menjauhi Zenitsu untuk menenangkan diri. Bahkan aku membolos pelajaran pertamaku saking tidak mood belajar. Walau aku tahu aku memang tidak pernah suka belajar. Tapi, lebih baik aku menghindari Zenitsu untuk saat ini. Aku bersembunyi di perpustakaan yang sepi. Disana aku iseng membaca sebuah novel yang iseng kubaca. Tanpa sadar, aku menangis karena ternyata isinya sangat sedih. Sudah hatiku kacau, ditambah lagi dengan isi cerita yang sangat menyentuh hatiku. 

"Apa yang sedang kau lakukan disini?" jantungku hampir copot karena tindakkan bolosku ketahuan oleh seseorang. Ternyata dia adalah Kanae sensei. Ia terdiam saat melihat aku menangis. Kemudian, ia tersenyum sangat manis padaku dengan sangat manis. Aku berusaha menghapus air mataku dan berdiri meminta maaf.

"Dulu, aku pernah melakukan hal sepertimu juga loh. Sebenarnya, tidak salah juga kok kalau kamu butuh waktu untuk menenangkan diri. Wajahmu terlihat kacau. Mau bercerita?"

Aku sudah seperti gadis yang tertikung. Aku menangis dan mendekap tubuh Kanae sensei dengan erat. Dia menepuk-nepuk punggunggku dan membawaku duduk bersama dengannya. Ia melepaskan heels nya dan mulai menengarkan ceritaku. Ia adalah pendengar yang sangat baik. Dia mirip seperti seorang ibu.

"Nak, dengarkan aku. Mungkin kau harus mulai berbicara dengannya. Siapa tahu kau akan mendapatkan jawabannya. Jangan terlalu lama memendam rasa, nanti sakit loh~ baiklah! sensei akan membantumu membolos kali ini. Tapi, bantu sensei meapihkan buku-buku ya~"

Aku tersenyum dan dengan semangat yang kembali pulih, aku membantunya. Setelah selesai merapikan buku, tugas akhirku adalah berpura-pura membantunya mengangkat kardus besar keruang guru. Namun, pemandangan itu terjadi di depan mataku. Zenitsu berciuman dengan Emi. Jadi, yang kemarin itu memang mereka sedang berkencan rupanya. Tanpa sadar aku menjatuhkan dus yang aku bawa dan berlari tanpa tujuan. Aku sempat mendengar suara Zenitsu yang memanggil namaku, namun dicegat oleh Kanae sensei.

.

.

.

Saat dirumah, aku benar-benar tidak bisa tidur. Pikiranku melayang entah kemana. Hingga aku mendengar ada suara batu yang dilempar ke arah kaca jendela geserku. Sambil memegang pemukul baseball, aku melihat siapa yang datang. Ternyata itu adalah Zenitsu. 

"Kumohon... aku ingin bicara denganmu."

Aku kembali mengabaikannya dan ingin segera tidur, namun dia masih saja menungguku diluar. Pada akhirnya ak menyerah dan memenuhi keinginannya.

"Apa."

"Sumpah! kejadian barusan itu adalah sebuah kesalah pahaman. Aku tidak menciumnya. Dia yang mencium--"

"Ya, dia menciummu dan ka menikmatinya. Sama seperti kau berkencan dengannya saat hari minggu. Kupikir kau berbeda. Ternyata kau sama bajingannya dengan yang lain." 

"Tunggu! aku tidak berkencan dengannya."

"Kau masih berani berbohong?! jelas-jelas kau menjawab pesanku yang bertanya apakah kau jadi menonton aau tidak, dan kau jawab tidak."

"Tunggu! aku tidak pernah membalas apapun itu, Kau bahkan tidak mengSMS ku."

"Masih mau mengelak?" kutunjukkan isi percakapan kemarin dan ia terkejut. Ia bilang ia tidak pernah mengirim pesan seperti itu. Aku hanya mendengus, dan membalik badanku. "Mulai dari sekarang... tolong lupakan aku." dengan begitu aku masuk dan menutup pintu rumah dan pintu hatiku rapat-rapat.

.

.

.

.

YUHUUUUU~ AUTHOR BALEEEKKKKK..... SELAMAT MENIKMATI~ SAMPAI JUMPA MINGDEP. MUACH BUBAY~


U Not My Alpha (ZenitsuxInosuke)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang