Usaha yang berbuah manis

11.9K 365 29
                                    

Sejenak gadis itu terdiam membisu. Apa yang dikatakan seorang Ceo sungguh membuat gadis itu terpana bahkan situasinya semakin gugup.

"Ke-kenapa nungguin aku? Kalau mau pulang ya pulang saja!" ucap Alma menyunggingkan bibirnya.

"Lagian, kenapa tadi tidak ikut pulang sama teman-teman kamu?" tambah Alma.

"Teman? Teman yang mana? Aku disini tidak punya teman, selain kamu," tutur Daffa.

"Loh! Tadi yang ngobrol sama kamu di dalam bar siapa? Masa tiba-tiba amnesia? Lagi pula, di sini siapa yang mau temanan sama kamu?" ucap Alma mengkerlingkan matanya.

"Oh, mungkin yang dimaksud dia, bodyguard aku," ucap Daffa dalam hatinya.

"Oia, maaf aku lupa hehe," ucap Daffa cengengesan.

"Tapi, bukankah kita sudah menjadi teman?" ucap Daffa dengan pedenya.

"Sejak kapan?" Alma malah balik tanya.

"Ya ampun! Bukannya tadi di dalam bar kita sudah saling bertukar nama? Kamu bilang panggil aku Alma, dan sebaliknya aku pun begitu, panggil aku Daffa!" ujar Daffa sembari memberi penjelasan kepada Alma.

"Tapi itu beda! Ya udah lah sana pulang! Udah larut malam, waktunya kita istirahat," titah Alma sembari berjalan meninggalkan Daffa.

"Ya udah ayo!" kata Daffa sembari berjalan mendahului Alma.

"Hey! Kamu mau kemana?" tanya Alma yang mulai gereget atas tingkah laku Daffa.

"Katanya kita mau istirahat? Ya udah ayo!" jawab Daffa dengan polosnya.

"Memangnya siapa yang mau istirahat bareng kamu, Bambang?" ketus Alma menahan kejengkelannya.

"Aku Daffa! Bukan Bambang! Kamu lupa ya? Hayo ngaku," ujar Daffa sedikit menggoda.

"Ah terserah lah, aku capek. Aku mau istirahat, bye!" kata Alma yang sudah tidak bisa bersabar menghadapi ulah Daffa.

"Eh tunggu-tunggu! Aku akan mengantarkanmu pulang, masa aku tega membiarkan kamu pulang sendirian," tutur Daffa.

Daffa pun tidak tinggal diam, ia mengikuti gadis itu melangkah pergi. Alma yang merasa risih atas ulah Daffa yang mengikutinya terus dari tadi, langsung berhenti berjalan dan berkata, "Mau kamu apa sih?"

Ucapan Alma menyentak Daffa. Dan seketika Daffa pun terdiam menatap mata gadis itu sambil berkata, "Aku maunya kamu!"

"Apa! Ka-kamu tuh ngaco ya!" Alma membelalakan matanya, ia tidak percaya jika apa yang diucapkan Daffa sungguh membuat hati gadis itu bergetar.

"Tapi kan memang itu kenyataannya. Aku ingin menjadi teman kamu, ingin berbagi suka dan dukanya bersama kamu, apa semua itu salah?" tutur Daffa mengkernyitkan alisnya.

"Salah sih tidak! Hanya saja kita baru kenal. Aku belum tahu kamu, dan kamu juga belum tahu aku. Jadi untuk sekarang ini, lebih baik kamu pulang saja, oke!" tegas Alma yang kesabarannya sudah diubun-ubun.

Setelah itu, Alma pun langsung melangkah pergi tanpa berkata apapun lagi. Sedangkan Daffa malah hanya terdiam melihat Alma melangkah pergi begitu saja.

"Yah, dia marah. Gagal deh rencanaku. Eh tapi tunggu dulu! Aku masih punya cara lain untuk mendekatinya!" batin Daffa.

Daffa langsung segera mengambil mobilnya yang masih di area parkiran bar. Ia secepatnya mengemudikan mobil itu untuk menyusul Alma karena takut Alma keburu naik taksi. Dan alhasil, Alma masih berjalan di trotoar karena tak kunjung mendapatkan taksi.

Titt tiitt ...

Suara klakson mobil yang begitu halus mengiringi langkah Alma. Akan tetapi, Alma tidak mempedulikan orang yang ada di dalam mobil itu. Karena ia tahu, orang yang ada di mobil itu adalah orang yang membuat hatinya kesal.

ISTRI SIMPANAN CEO (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang