"Ya benar kata Bapak! Lebih cepat lebih baik, tapi saya masih menghargai kalian yang sedang berduka, jadi ... mungkin setelah selesai 40 harinya ibu Alma, saya bisa menikahi Alma, Pak," tutur Daffa.
"Itu kelamaan Kak! Mendingan sekarang saja! Toh yang penting ada wali nikah, dua orang saksi, dan diucapkannya ijab kabul. Udah sah ituu!" ucap Adam sembari menjukurkan lidahnya.
"Apa kamu bilang?" ketus Alma sembari menjitak kepala Adam.
"Aww, kurang keras, Kak," ledek Adam lagi.
"Sini ... ! Biar tak jitak pakai sapu nih!" tutur Alma geram.
"Sudah-sudah, kalian jangan ribut terus, gak malu apa sama Nak Daffa," ucap Pak Santoso dengan suara baritonya.
"Santai aja Pak, lagian saya suka lihat adik-kakak sedang berantem, hehe macam Tom and Jerry," ujar Daffa tertawa kecil.
"Ya begitulah, Nak. Rumah ini selalu ramai terus, apalagi kalau ada ibu, ..."
Pak Santoso tiba-tiba terdiam mengingat mendiang istrinya dulu. Ia benar-benar merasa terpukul atas kehilangan istrinya yang begitu amat dicintanya."Pak! Mendingan Bapak istirahat saja, lagian sudah malam, Bapak jangan banyak pikiran, gak baik buat kesehatan Bapak, ayo Alma Antar bapak ke kamar," ucap Alma.
"Ya udah kalau begitu, Bapak permisi dulu, Nak Daffa," ujar Pak Santoso sembari bangkit dari duduknya.
"Iya Pak!"
Alma segera mengantar bapaknya untuk beristirahat. Sementara yang lainnya masih asyik ngobrol bersama Daffa. Setelah mengantarkan bapaknya ke kamar, Alma ikut nimbrung lagi bersama Daffa dan keluarganya. Namun suasana di rumah sudah sepi dan tidak ada lagi tetangga yang nimrung, Alma pun menyuruh Daffa untuk beristirahat.
"Oia Daff, kamu tidur di kamar adikku saja ya. Yah ... meskipun kamarnya kecil, tapi lumayan lah buat menghilangkan lelahmu," tutur Alma sembari mengantarkan Daffa ke kamar Adiknya.
"Atau kamu mau tidur di hotel saja? Biar adikku yang mengantarmu ke ..."
Belum juga selesai bicara, Daffa langsung menyelangnya, "Sudah disini saja, gak usah repot-repot. Tidur dimanapun bagiku gak masalah,"
"Hem, ya udah kalau begitu, selamat beristirahat Tuan Daffa," ucap Alma tersenyum manis.
"Eh, tunggu dulu! Aku mau bicara sesuatu sama kamu," kata Daffa sembari menarik tangan Alma.
"Bicara soal apa?" tutur Alma penasaran.
"Duduk dulu," Daffa menuntun Alma untuk duduk di tepi ranjang. "Aku mau bicara serius sama kamu."
"Soal nikah?" Alma mengkernyitkan alisnya.
"Hem, aku tau ini sangat singkat, tapi apa kamu benar-benar mau menikah denganku?" tanya Daffa menatap dua bola mata Alma yang sayu.
"Iya itu benar! Apa kamu tidak percaya dengan ucapanku?" jawab Alma dengan serius.
"Ya aku percaya denganmu, tapi ... apa kamu tau aku ini siapa?" tanya Daffa lagi.
"Aku tidak peduli kamu itu siapa. Yang aku tahu, kamu itu seorang pria ganjen yang tidak tahu malu," jawab Alma sembari menjulurkan lidahnya.
"Ish, kamu ini," kata Daffa mencolek hidungnya Alma.
"Hehe emang benarkan? Lagian kamu aneh sih, harusnya aku yang bertanya, apa kamu mau menikah dengan perempuan seperti aku, yang norak dan miskin ini? Rata-rata pria kaya gak bakalan mau, kecuali mencari kesenangan dengan gadis-gadis di luaran sana, macam gadis liar," tutur Alma. "dan sayangnya, aku bukan perempuan seperti itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
ISTRI SIMPANAN CEO (END)
RomanceAlmaira, wanita single dan cantik mendadak mau dijadikan istri simpanan seorang pria kaya raya yang sudah beristri. Meski ia tahu, jika apa yang ia lakukan adalah salah. Semua ini berawal dari perkenalannya dengan seorang pria yang bernama Daffa. Di...