Waktu sudah menunjukan pukul sembilan pagi, saat itu pula ponsel Daffa berdering terus tanpa henti. Meskipun suaranya tidak begitu kencang, tapi Daffa merasa enggan untuk meliriknya. Dan benar saja, ternyata yang menelepon Daffa adalah Karin, istrinya sendiri. Daffa benar-benar malas untuk mengangkatnya, dan pada akhirnya, ia langsung mematikan ponsel miliknya agar Karin tidak dapat menghubunginya lagi.
"Kenapa dimatikan?" tanya Alma sembari membereskan mangkuk yang sudah kotor dan hendak mencucinya.
"Gak penting!" jawab Daffa singkat.
"Kalau kamu mau pulang, ya pulang saja! Barangkali pihak keluarga mencarimu, kan semalaman kamu tidak pulang," tutur Alma.
"Tidak kok, santai saja. Lagian aku bukan anak kecil lagi," ucap Daffa yang masih menatap layar ponselnya.
"Maksud aku, kamu pulang saja, barangkali mau kerja atau ada urusan kamu yang belum diselesaikan. Lagipula, hari ini aku mau pulang, mau cuti dua hari," tutur Alma. Ia pun segera menyelesaikan mencuci mangkuk yang sudah dipakainya.
"Cuti? Memangnya kamu mau kemana?" tanya Daffa penasaran.
"Kan, sudah aku katakan sama kamu! Masa lupa?" kata Alma mengernyitkan keningnya.
"Eh, iyakah? Aku lupa!"
"Jadi, uang yang kamu berikan itu, mau aku berikan lagi sama keluargaku yang di kampung, jadi otomatis aku harus pulang hari ini," ucap Alma. Ia langsung mengambil dompet kesayangannya. Dan menghitungnya di depan Daffa.
"Kenapa tidak pakai via transfer saja? Memangnya kampung kamu dimana?" tanya Daffa sembari memperhatikan Alma yang sedang menghitung sejumlah uang pemberian dari Daffa.
"Di Sukabungah-Cianjur, kalau uangnya ditransferkan, akunya gak bisa pulang! Percuma dong, soalnya aku lagi rindu-rindunya pengen ketemu mereka!" tutur Alma dengan santainya.
"Sukabungah-Cianjur? Aku mesti kasih tau bodyguardku nih," ucap Daffa dalam hatinya.
"Jauh tidak? Kalau tidak, bagaimana kalau aku anterin kamu pulang?" tawar Daffa dengan sumringah.
"Dia mau nganterin aku? Gimana ya? Kalau aku bawa laki-laki ke rumah, apa kata tetangga? Pasti mereka menyangka kalau aku bawa calon suami.Tapi bagus juga sih, dia kan bawa mobil mewah, cocok untuk dipamerkan," ucap Alma dalam hatinya. Ia senyam-senyum sendiri tanpa memedulikan Daffa dihadapannya.
"Yey, malah senyam-senyum lagi?" kata Daffa sambil mencolek hidungnya Alma.
Seketika lamunan Alma buyar karena dikagetkan oleh Daffa. Wajahnya kian memerah karena malu dilihat Daffa.
"Ish, kamu serius mau anterin aku ke kampung?" tanya Alma dengan bersungguh-sungguh.
"Serius!" jawab Daffa tegas.
"Di kampung aku itu, tetangganya pada kepo loh! Emak-emak tukang ngegosip! Nanti kamu jengah kalau udah ada disana. Lagian buat apa kamu ikut aku pulang? Disana tidak ada fasilitas yang mewah, makan pun ala kadarnya, dan— "
Belum juga Alma selesai bicara, Daffa langsung memotong pembicaraannya dan berkata, "Ayo kita berangkat sekarang!"
Seketika Alma tercengang, mendengar ucapan dari Daffa. Dan Daffa pun terlihat begitu semangat untuk mengantarkannya pulang. Sehingga, Alma tidak bisa berkata apapun lagi, karena ini atas kemauannya dia sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
ISTRI SIMPANAN CEO (END)
RomanceAlmaira, wanita single dan cantik mendadak mau dijadikan istri simpanan seorang pria kaya raya yang sudah beristri. Meski ia tahu, jika apa yang ia lakukan adalah salah. Semua ini berawal dari perkenalannya dengan seorang pria yang bernama Daffa. Di...