Modus

11.2K 348 19
                                    

Waktu semakin bergulir dan mereka berdua masih terlelap dalam tidurnya. Apalagi dibarengi dengan pelukan yang hangat, membuat keduanya enggan untuk terbangun dari mimpi indahnya. Mereka berdua terlihat begitu dekat dan belum ada tanda-tanda untuk sadarkan diri.

Tidak lama kemudian, sinar mentari mulai menyambut indahnya pagi hari. Suara burung pun berkicau kian terdengar syahdu mengiringi kabut setelah hujan semalaman. Serta jam beker juga telah berbunyi sangat nyaring sehingga membangunkan Daffa dari mimpi indahnya.

Pria itu mulai membuka matanya pelan-pelan. Namun ada sesuatu yang membuat dirinya merasakan sesak dan terasa berat di dadanya. Seperti tertimpa sebuah benda berat yang menutupi semua badannya. Setelah matanya terbuka lebar, akhirnya ia pun tau apa yang telah menimpa pada dirinya. Ya, sebuah tangan dengan jari yang lentik mendarat di dadanya. Begitu juga dengan kaki yang kecil nan panjang menghimpit kaki Daffa hingga ia tak bisa berkutik lagi.

"Ya ampun! Pagi-pagi udah dikasih pelukan, emang rezeki gak akan kemana," ucap Daffa dalam hatinya.

Daffa pun mengelus rambut gadis itu yang masih terlelap dari tidurnya. Rambut hitam bergelombang dengan wangi permen karet membuat Daffa semakin nyaman. Perlahan-lahan Daffa berusaha untuk bergerak karena pelukan Alma begitu erat, sehingga sulit untuk bernapas. Ia pun berusaha untuk melepaskan pelukan dari gadis itu.

"Akhirnya bisa terlepas juga!" seru Daffa sembari menggeliatkan tubuhnya. Badannya terasa kaku dan pegal karena posisi tidurnya tidak begitu nyaman.

Ketika Daffa sedang enak-enaknya menggeliat, Alma pun ikutan menggeliat juga, namun matanya masih terpejam. Dan tanpa disadari, ia pun langsung memeluk Daffa kembali seperti memeluk bantal guling yang selalu setia menemaninya ketika tidur.

Daffa hanya bisa tersenyum sambil memeluk balik tubuh Alma. Ia mulai menatap wajah gadis itu dengan tatapan yang penuh arti. Tangan kirinya menompang tubuh gadis itu, sementara tangan kanannya mencoba menyentuh pipi Alma yang putih merona tanpa ada bercak hitam sama sekali.

Daffa sangat kagum melihat wajah Alma dengan dekat dan jelas. Ia pun mengelus lembut pipi Alma dengan sangat hati-hati. Gadis itu sungguh anggun meski dalam keadaan tertidur pulas. Tidak ada kekurangan sedikit pun dalam wajahnya. Hal ini membuat Daffa semakin ingin memilikinya.

Perasaan Daffa mulai terancam, namun masih dalam batas kesadaran. Akan tetapi lama-lama rasa itu tidak bisa tertahankan lagi, saking gemasnya melihat bibir Alma yang mungil dan seksi. Daffa pun mulai mendekati bibir Alma secara perlahan-lahan.

Dan ketika bibir Daffa hendak menempel ke bibir Alma, tiba-tiba saja gadis itu terbangun dari tidurnya. Ia langsung membuka matanya secara perlahan-lahan tanpa bergerak sedikitpun. Sehingga, saat melihat bibir Daffa yang sudah tiga senti lagi akan mendarat di bibirnya, tentu saja ia pun kaget. Seperti telah melihat sesuatu yang aneh, ia pun langsung membelalakan matanya.

"A-apa yang kamu lakukan, Daff?"

Alma masih belum percaya dengan apa yang sudah dilihatnya. Ia langsung cepat-cepat bangun dari pelukan Daffa dan merapikan rambutnya yang tergerai dengan tingkah laku yang tidak biasa.

Daffa tersenyum licik saat melihat gelagat Alma yang lucu dan menggemaskan, ia pun ikut bangun dan duduk didekat Alma.

"Gimana tidurnya? Nyenyak kan setelah memeluk orang ganteng yang seksi dan menggoda?" tanya Daffa dengan pedenya.

"Apa! Nyenyak? Ngarang! Yang ada telingaku bising tidak terkira!" celetuk Alma sembari memegang kedua telinganya.

"Masa?" Tapi kenapa tidurnya pulas sekali ya? Bahkan mendengkur loh!" seru Daffa yang mulai menggoda Alma.

ISTRI SIMPANAN CEO (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang