Kehadiran Adik-adikku

6 2 0
                                    

Satu tahun kemudian, adikku hadir di dunia ini namanya Andi. Aku sangat merasa senang karena mungkin nantinya aku bisa berbagi cerita tentang apa yang aku rasakan selama ini.

Tahun demi tahun berganti. Tidak semudah yang aku bayangkan ternyata. Setelah kehadiran adikku, mamaku terlihat lebih menyayanginya dari pada aku. Apa pun yang adikku inginkan pasti selalu dikabulkan, lain dengan diriku yang tidak jarang mendapat bentakan. Namun, beruntungnya aku masih mempunyai nenek yang sangat baik hati.

Satu tahun lebih aku bermain-main dengan adikku, lahir kembali ke dunia ini adikku yang kedua. Kali ini adikku perempuan, namanya Ratu. Lagi-lagi mamaku terlihat lebih menyayangi anak barunya dibandingkan diriku sendiri. Jika dilihat-lihat, aku hanya merasakan kasih sayang lebih sedikit ketika aku kecil dulu sangat berbanding terbalik dengan adikku sendiri.

"Maaa.. bajuku bolong, besok beli yang baru ya?" Ratu, adik perempuanku merengek
"Iyaa, besok kita beli" Jawab mamaku dengan manis.

Dari kejauhan aku melihat kejadian itu. Jika flashback kembali aku ingat ketika aku hanya minta susu dan tangan mamaku melayang lepas di pipiku. Entah mengapa, setiap ada masalah yang menimpa mamaku seakan-akan aku hanyalah sebagai pelampiasan kemarahannya. Tapi, kali ini aku senang bisa melihat mamaku tersenyum.

Dua tahun setelah adik keduaku lahir, mamaku melahirkan anak keempatnya dan kali ini aku kembali mempunyai adik laki-laki. Namanya Raja.

Suatu hari, aku sedang berada di rumah mamaku.
"Meel.. ini lantainya tolong nanti disapu ya!"
"Ya maa.." Jawabku.
Mamaku pergi ke toko, karena kebetulan papaku punya toko dan aku bersyukur perekonomian keluargaku mula membaik.

Aku pun langsung menyapu lantai tersebut, sedangkan adik-adikku sedang bermain di halaman rumah. Papaku baru saja pergi keluar rumah karena ada urusan bersama temannya. Saat itu Raja, si bungsu sudah berusia 4 tahun.
Setelah selesai menyapu halaman, aku pun tertidur karena aku merasa capek sekali.

Tak lama kemudian, alangkah kagetnya aku ketika aku tidur tiba-tiba mamaku menjewer telingaku dan membentakku.

"Kamu ini apa-apaan sih? Disuruh nyapu malah enak-enakan tidur! Lihat tuh lantai masih kotor!. Kamu sebagai anak paling tua harusnya bisa kasih contoh yang baik, bukannya males-malesan!"
"Tadi udah disapu maaa.." jawabku, sambil mengucek-ngucek mata
"Disapu apaan? Itu masih kotor begitu. Tuh lihat pake mata!" teriak mamaku
Ketika aku melihat lantai itu, aku merasa heran kenapa tiba-tiba lantai menjadi kotor kembali jelas-jelas tadi sudah aku sapu dengan bersih. Ah sudahlah, mungkin perbuatan adik-adikku. Tak ada gunanya juga aku memarahi mereka.

Kadang, aku berpikir apakah aku anak kandung mamaku atau bukan karena prilakunya kepadaku sangatlah berbeda dengan adik-adikku.
Tapi yang jelas, aku selalu menceritakan apa yang aku rasakan kepada nenekku. Bahkan nenekku pernah berkata bahwa aku adalah anaknya. Hmmm... mungkin hanya untuk menenangkan hatiku saja. Entahlah …

Antara Keinginan dan KenyataanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang