Di kota Pelajar ini, ternyata aku sudah menghabiskan waktuku selama empat tahun untuk belajar. Sayangnya, aku sedikit lamban untuk mengejar gelar sarjanaku. Karena, belakangan ini aku mempunyai olshop dan terlalu fokus dengan usahaku itu, sehingga kuliahku seperti kusampingkan begitu saja. Sampai terkadang, nilaiku pun menurun.
Tinggal di Kota orang memang tidaklah mudah, apalagi jika kita sedang sakit karena sakit bisa datang kapan saja. Seperti yang aku alami saat itu. Beruntungnya, aku memiliki teman yang sangat baik hati, Mila namanya.
Sebenarnya, Mila masuk ke kampus ini bersamaan dengaku, saat ini dia sedang meenyusun skripsi. Sedangkan aku, belum mencapai ke sana. Jika orangtuaku bertanya kenapa aku masih belum menyusun skripsi, aku selalu bilang mempunyai urusan lain.
“Meel.. tugas udah?” tanyanya menghubungiku lewat WhatsApp
“Belum, Mil. Kayaknya besok aku gak masuk kuliah.” Jawabku
“Lho, kenapa?”
“Aku sedikit gak enak badan.”
“Wah, harus diperiksa Mel. Besok sehabis aku pulang ngampus kita ke dokter. Aku denger, di sekitaran rumahku ada dokter yang baru buka praktek dan baru pindah. Katanya ganteng banget lho Meel”
“Lha, gak penting lah aku mau ganteng apa nggak yang penting aku sembuh. Tapi, gak usah lah Mil, nanti aku malah ngerepotin kamu hahah”
“Walah, sejak kapan kamu gak ngerepotin aku? Wkwkw” tulisnya.
“Hehe.. yaudah, makasih miil. Besok anterin aku yaa.”
“Oke”
Tidak lama kemudian, aku pun tertidur.
Keesokan harinya, Mila datang ke kosan untuk menjemputku. Di tengah perjalanan, seakan tak bosan dia menceritakan tentang dokter yang baru saja pindah dan buka praktek di sekitar rumahnya.
“Tapi bener lho, Mel dokternya ganteng banget. Katanya sih pindahan dari Bandung. Terus, bisa dibilang dia dokter termuda pinter banget soalnya.”
“Waah, sama kayak aku dong ya kalo dari Bandung. Pasti dia ngerti Bahasa Sunda.”
“Kayaknya sih gitu. Nanti kamu lihat sendiri deh dijamin bakalan klepek-klepek.”
“Apaan ah kamu”
“Eh tapi bener lho Mel. Nih aku kasih tau ya, kalo gak salah namanya dr. Tegar.”
Aku sedikit kaget, jangan-jangan Tegar yang Mila maksud adalah orang yang pertama kali aku suka, ya si kutu buku itu karena kabar terakhir yang aku dapat dari teman SMPku katanya dia sudah jadi dokter. Memang dia sangat pintar bahkan ketika SMA pun masuk kelas akselerasi dan kuliahnya pun lebih cepat lulus dibanding aku. Ah, tapi kan yang namanya Tegar gak Cuma satu, pikirku.
“Meel.. helloo.. meel” kata Mila sambil melambai-lambaikan tangannya tepat di depan mataku. Suaranya menyadarkan lamunanku.
“Eh, hmm emm iya Mil?” tanyaku
“Kok bengong sih?”
“Eh, mhmm nggak” jawabku.
Tak terasa, kami pun tiba di tempat praktek dokter tersebut.
Setelah itu, aku mengambil nomor antrian dan menunggu di ruang tunggu bersama Mila. Tak lama kemudian…
“Nomor Antrian 12, atas nama Nn. Amel, silakan masuk”
Namaku dipanggil, aku pun masuk ke ruangan periksa.
Ketika aku masuk, alangkah terkejutnya aku melihat dokter yang wajahnya tidak asing bagiku. Kami saling bertatap-tatapan karena tidak menyangka bisa bertemu di Kota orang dengan cara seperti ini. Aku sangat pangling dengan penampilannya. Berbeda jauh dengan dulu yang terlihat cupu. Saat ini, apa yang Mila katakan kepadaku ternyata benar. Dia sangat tampan dan menawan tidak terlihat cupu saama sekali.
“Amel?” Tanyanya
“Tegar?” Aku balik bertanya
“Hey, apa kabar?”
“Aku sedang sakit sekarang.”
“Oh iya ya, kan kamu datang ke sini mau berobat. Hahaha, maaf-maaf”
“Kamu sendiri?”
“Yaa seperti yang kamu lihat, aku baik-baik saja.”
Tegar pun memeriksa keadaanku
“Hmm.. kamu hanya kecapean saja. Banyak-banyak istirahat Mel.” Katanya
“Iya, hehe”
Aku pun keluar dan menunggu obat yang akan diberikan.
Saat perjalanan pulang, aku menceritakan semua yang terjadi kepada Mila.
“Hah? Yang benar Mel?” Tanyanya
“Iya” jawabku.
“Cieee.. ketemu masa lalu nih ye”
“Apaan sih” kataku sambil ternyum kecil.
Tegar yang aku kenal kali ini sangatlah berbeda. Entah itu dari segi fisik maupun sikap. Dia terlihat lebih menawan, dan perubahan drastisnya saat dia berbicara tidak malu-malu seperti dulu lagi. Ah, aku terpesona. Mungkinkan aku merasakan hal yang sama di masa lalu untuk kedua kalinya? Entahlah…
Beberapa hari kemudian, Mila mengabariku.
“Meel.. aku mau ngasih kabar nih”
“Ada apa Mil?” tanyaku.
“Hmm.. tapi kamu jangan sedih ya”
“Lha, emang kenapa?”
“Ternyata dokter Tegar itu sudah mempunyai tunangan, Mel. Beberapa bulan lagi katanya mau nikah”
Aku terkejut mendapatkan kabar itu. Sakit hati pun percuma, dia bukan siapa-siapa aku. Memang, aku yang salah karena terlalu berharap kepada manusia. Aku berdo’a semoga berjalan lancar sampai ke jenjang pernikahan.
Tak apa, karena kenyataan dan harapan yang tidak sesuai sering kualami sejak aku kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Keinginan dan Kenyataan
Short StoryAmelia Kurniawan, seorang gadis yang tinggal di Tanah Parahyangan yang memiliki segudang keinginan, mimpi, dan cita-cita. Namun, keinginan yang diharapkannya seringkali berbenturan dengan kenyataan yang ia hadapi. Amel, begitulah sapaanya, i...