Dalam Diam

9 2 0
                                    


Musim kian berganti seiring waktu yang bertambah renta.
Detik dan menit terus berjalan sepanjang hari tiada henti.

Sekali lagi senja telah berlalu di depan mataku.
Aku masih disini, dengan rasa yang sama, yang pernah ku pertahankan untuk kamu.
Kamu yang pernah memenuhi relung hatiku dengan tawamu,
Kamu yang pernah mengisi ruang kosong hatiku dengan senyummu,
Juga kamu yang pernah menjadi segalanya bagiku.
Menjadi tawaku, bahagiaku, menjadi bagian dari diriku.

Saat itu, segalanya terasa mungkin.
Segalanya berada di genggaman tanganku, di dalam dekapanku, dan aku tak pernah berfikir untuk melepasmu.

Kukira, tak ada yang berubah setelah kita saling mengungkapkan rasa, tak akan ada yang berubah setelah kita saling mengisi dan membahagiakan.
Tapi aku lupa, setiap orang selalu punya caranya sendiri untuk berubah,meski rasa itu pernah begitu dalam terpahat.
Seperti kamu.
Kamu, yang begitu dalam tersimpan dihatiku.

Secepat itu waktu berlalu, hingga rasanya aku tak begitu berarti dimatamu.
Kenangan suka dan duka kita, pahit dan juga manis, semuanya kamu bungkam dengan kepergianmu.

Secepat itu kamu berpaling, seakan aku tak pernah ada untuk membahagiakanmu, seakan aku tak pernah berbuat apapun untuk tetap terus menggenggam tanganmu.
Kamu yang melepas genggaman erat tanganku, kamu yang tak memperdulikan air mataku untuk memintamu tuk tetap tinggal,
Tetap saja.
Kamu melangkah menjauh untuk pilihan yang membuatmu meninggalkanku.

Sekarang, sudah beberapa musim lagi berlalu.
Aku masih terdiam dengan perasaanku.
Perasaan yang kian membuatku begitu rapuh, hingga aku lupa bahwa akupun berhak bahagia.
Aku begitu bodoh, bukan?

Tersebab kamu, aku membuang begitu banyak waktu berharga dalam hidupku.
Aku membuang waktuku untuk memperjuangkan cinta yang salah, cinta yang bahkan tak pernah menganggapku sebagai cinta.

Sekarang tidak lagi.
Dalam diam aku akan melupakan setiap saat yang pernah kita lalui.
Pun dalam diam aku akan menghapus kamu.
Perlahan dan kemudian hilang.

Seperti dedaunan yang gugur di penghujung musim, kamu pun akan hilang bersama musim baru yang akan berganti.

***

Sebait RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang