Suatu hari, seorang gadis bertudung merah disuruh sang ibu untuk pergi mengunjungi neneknya yang sedang sakit. Gadis itu menurut dan segera mengambil keranjang berisi roti dan buah-buahan untuk diberikan kepada neneknya, dan kemudian pergi meninggalkan rumah.
Di tengah jalan hutan, gadis bertudung merah sempat bertemu dengan seseorang, kemudian mereka berbincang dalam waktu yang cukup lama. Tanpa sadar, haluan jalannya melangkah berubah arah. Di sebuah persimpangan, barulah keduanya itu berpisah.
Setelah beberapa langkah agak jauh, gadis bertudung merah baru teringat ini bukan arah jalan menuju rumah neneknya. Lumayan jauh untuk kembali lagi ke persimpangan sebelumnya, tetapi ia harus tetap mencoba.
Bukannya menemukan jalan yang sebelum ini ia lalui, gadis bertudung merah menemukan sebuah rumah kecil di dalam hutan. Ia khawatir kalau dirinya tersesat, jadi setidaknya ia memberanikan diri untuk coba bertanya ke penghuni rumah tersebut.
Betapa terkejutnya gadis itu, ketika ia bertemu dengan beberapa kurcaci yang selama ini belum pernah dilihatnya.
“Hai, gadis manis. Ada keperluan apa kau datang kemari?” tanya salah satu kurcaci itu.
“Anu ... sepertinya aku tersesat,” jawab si gadis tudung merah. Di saat yang sama, muncul seorang gadis tampak beberapa tahun lebih tua darinya berambut hitam legam dan berkulit putih seperti salju, sedang membawa keranjang berisi pakaian kering.
“Ah, baru kali ini aku bertemu manusia selain aku di sini,” katanya seraya memasang senyum ceria. “Apa gerangan yang membawamu ke sini, gadis kecil?”
Gadis itu mengulangi ucapannya lagi. “Sepertinya aku tersesat, apa kau bisa menunjukkan arah jalan kepadaku?”
“Hendak ke mana dirimu, wahai gadis muda?” tanya salah satu kurcaci lagi.
“Aku hendak ke rumah nenekku.” Gadis itu menjawab lagi. Para kurcaci kemudian bertanya di manakah letak rumah sang nenek dan tempat tinggal gadis itu.
“Wah, kau sudah berjalan jauh sekali, gadis muda. Tempat ini berada di luar daerah dua tempat yang kau sebutkan tadi,” ucap si kurcaci pada tudung merah.
“Astaga, benarkah? Walau begitu aku tetap bisa ke rumah nenekku, bukan?”
Kurcaci itu mengangguk. “Tetapi perjalananmu akan sangat melelahkan. Sudah berjalan sampai sini saja kau sudah hebat. Pasti tenagamu sudah hampir habis.” Ia melihat keranjang yang dibawa si gadis tudung merah. “Itu keranjang apa?”
Si gadis menoleh. “Oh, ini roti dan buah-buahan untuk nenekku.”
Kurcaci yang lain mendongak ke arah langit. “Matahari sudah persis di atas kepala. Beristirahatlah dulu di sini dan makan siang dengan kami. Kalau matahari sudah agak condong ke barat, kau bisa pergi sambil kami temani,” kata kurcaci itu.
Gadis seputih salju yang menyimak dari tadi itu memasang senyum lagi kepada perempuan tudung merah. “Aku juga akan membuatkan bekal untuk kalian di jalan nanti.” Ia membalikkan badannya. “Sekarang masuklah dulu.”
Gadis bertudung merah menimbang-nimbang sebentar. Akhirnya, ia memutuskan untuk beristirahat sejenak di rumah kurcaci dan gadis putih itu.
....
Sosok yang tadi ditemui gadis tudung merah—lebih tepatnya seekor serigala yang sedari tadi menyamar diri sebagai seorang nenek-nenek terduduk di kursi meja makan pemilik rumah. Kakinya memijak-mijak tanah menciptakan sebuah ritme. Wajahnya merengut kesal karena menanti seseorang untuk datang terlalu lama.
“... Kenapa dia lama sekali?”
Serigala itu menggerutu kesal.
“Dia ... tidak tersasar, 'kan?”
Gadis Bertudung Merah x Putri SaljuYihaa. :v
KAMU SEDANG MEMBACA
DWC2020: Scarving for Sacrifice in 30 Days
AcakIsinya nggak se-horror sampulnya, kok. DWC 2020 Copyright © July 2020 by compartisan on Wattpad