SEMBILAN

543 60 3
                                    

Brilian mengantarkanku ke kostan lalu ia sendiri langsung pamit pulang karena ada sepupunya yang akan berkunjung.

Aku bisa melanjutkan kegiatan liburku yang tertunda. Tapi sebelum itu aku harus memastikan semua tugasku terselesaikan. Tenang aku cukup koperatif dalam bertindak.

Jadi aku tidak bisa tenang dan berleha-leha sementara pekerjaanku belum selesai. Makaku putuskan untuk menuntaskan segala kewajiban terlebih dahulu.

Lalu setelah semuanya beres aku mengatur tempat tidurku, untuk mendapatkan posisi ternyaman. Aku lebih suka nonton drama menggunakan leptop dari pada ponsel. Selain gambarnya lebih besar dan jelas. Hal lainnya karena ponselku tidak cukup ruang untuk mengunduh semua video yang baru akan kutonton apabila semua episode sudah lengkap.

Aku tidak suka menunggu. Kecuali menunggu dia ketika pulang sekolah. Itu dulu.

Selang beberapa menit aku mendengar nada panggilan masuk dari ponselku.

Ternyata dari Mama yang langsungku jawab dengan salam.

"Kamu pulang nggak Al libur semester ini?" S
suara Mama di seberang sana.

"Pulang ma, karena ada acara reuni di sekolah"

"Oh ya udah, tapi Mama sama Papa nggak ada di rumah. Karena Papa ada acara di luar kota."

"Bukan masalah, udah biasa juga"

"Tapi, setelahnya Mama usahain di rumah"

"Iya Ma" setelah mengatakan itu sambungan telpon terputus.

Lagi-lagi, selalu seperti itu. Sungguh aku tak pernah benar-benar merasa diinginkan oleh kedua orang tuaku. Mereka seolah lupa jika memiliki seorang anak yang juga membutuhkan kehadiran mereka. Dulu aku selalu berharap memiliki saudara agar bisa berbagi rasa sesak ini.

Aku benci merasakan ini.

Huh, aku sudah tidak bergairah lagi untuk melanjutkan nonton.

Aku berbaring di atas kasur, melihat ke arah langit-langit.

Aku sadar melupakan adalah bagian tersulit dalam hidupku. Aku cukup mahir mengingat hal-hal yang dulu pernah dilalui, kecuali hal itu tidak cukup berarti--dia akan hilang begitu saja dari pikiran.

Aku ingat bagian di mana, untuk pertama kalinya aku merasa diinginkan oleh seseorang.

Waktu itu kami sedang melakukan study tour ke Museum Seni yang berada pusat kota. Agenda ini merupakan kegiatan tahunan yang diadakan oleh pihak sekolah untuk siswa-siswi yang berada di jurusan Sosial.

Kami pergi menggunakan bus sekolah.

Ketika tiba di sana, aku disambut dengan lukisan yang merupakan karya dari salah satu seniman terbaik di negeri ini. Sekaligus menjadi masterpiece pada zamannya.

Aku dibuat terkagum-kagum olehnya padahal aku sendiri belum mengetahui makna di balik lukisan itu. Aku tidak tahu sudah berapa lama ku habiskan waktu untuk memandang lukisan itu.

"Dalam perjalanan hidup ini pastinya kita akan dihadapkan dengan berbagai peristiwa yang melibatkan banyak orang," Tian berdiri tepat di sampingku, aku tahu. Tak perlu menoleh ke arahnya untuk mengetahui itu karena aroma parfum yang dia gunakan sudah menyapa indera penciumanku lebih dulu.

Hold MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang