Minggu tenang adalah libur satu pekan yang diberikan ke pada mahasiswa dengan tujuan untuk mempersiapkan diri sebelum ujian akhir semester.
Pekan depan di kampus, terutama di fakultasku akan mengadakan ujian akhir semester.
Tapi waktu satu pekan ini tidak benar-benarku gunakan untuk persiapan UAS. Aku justru disibukkan dengan persiapan acara reuni yang sebentar lagi akan dilaksanakan ketika libur semester ini.
Di sinilah aku sekarang, di Sekretariat BEM. Meskipun pihak fakultas meliburkan, dalam artian tidak ada mata kuliah. Tetapi fakultas tetap beroperasi.
Saat ini, kondisi ruangan lumayan sepi. Sebenarnya sebelum ini, kami telah melakukan pertemuan beberapa kali dan berdiskusi via chat.
"Ini gue sudah check list, apa aja yang udah kelar. Tinggal konfirmasi aja sama anak-anak" aku memberikan kertas berisikan daftar hal-hal yang menjadi tanggung jawab dari divisi kami kepada Satria dan Tian yang duduk di hadapanku.
"Udah ok kok!" Tian menjawab setelah membaca semua keterangan yang ada di kertas.
"Yoi... mantap, kelar juga. Tinggal party aja nih." Satria menyerahkan kembali kertasnya ke padaku.
"Sayangnya nggak boleh ngajak pacar, padahal kan gue mau ajak Bri. Dia mau kok mudik ke rumah gue." protes Satria sambil menyesap kopinya.
"Langsung protes aja sama ketuanya, Sat" Tian juga ikut menyesap kopinya yang tinggal setengah.
"Lo aja deh Yan, kan lo terkenal sekaligus pejabat dulunya." Satria tersenyum setelah mengatakan itu.
"Kayak lo nggak aja, Sat. Lo kan dulu predator wanita, apalagi adik-adik kelas." aku ikut menimpali pembicaraan mereka.
"Gue tuh suka banget dipanggil Abang secara anak tunggal, siapa lagi yang mau manggil gue Abang selain mereka-mereka yang kinyis-kinyis." benar, Satria merupakan anak tunggal sama sepertiku. Dia sering protes karena tidak memiliki teman di rumah. Makanya untuk menghilangkan rasa bosan dia aktif di berbagai kegiatan sekolah hingga saat ini, di kampus.
"Iya deh bang-Sat" gumamku yang masih bisa didengar oleh mereka.
"Iya nggak disingkat juga kali Len, cukup Abang aja. Ok adek Alen?" tanya Satria sembari mengacak-acak rambutku. Aku mendengus tak suka pasalnya rambutku jadi berantakan.
"Ehh, sorry Len reflek. Nggak usah melotot juga kali Yan. Santai gue nggak sengaja nih" Satria mengacungkan dua jari, piece. Tian langsung mendengus tak suka.
"Len... Pulang naek apa lo?" aku mengalihkan perhatianku dari layar ponsel. Melihat mereka yang ternyata sedang menatapku.
"Kereta kayaknya" aku memang biasa menggunakan kereta sebagai transportasi ketika akan pulang dan pergi dari rumah.
"Bareng kita aja Len, naik mobil. Mayan irit ongkos. Aman lagi" ajak Satria, sebenarnya aku juga belum pernah pulang sendirian. Biasanya pulang bersama teman satu kost yang kemarin, kebetulan kami berasal dari kota yang sama.
"Boleh"
"Oke, nanti lo dijemput Tian. Baru deh kalian jemput gue di kostan" perintah Satria seenaknya. Aku kira dia yang membawa mobil dan mengendarainya.
Aku menatapnya meminta penjelasan.
"Lah kan Tian yang punya mobil, gue juga nebeng kali Len. Lagian sesuai lokasi kostan kok. Aman, ya nggak Yan?" Satria meminta persetujuan dari Tian yang dijawab anggukan olehnya.
"Ya udah, gue mau cabut ya" pamitku karena harus menemui Arya untuk mengambil copy-an materi yang mungkin akan masuk ke dalam soal UAS minggu depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hold Me
Romance[PROSES PENERBITAN] Dulu kita pernah dipertemukan untuk saling melengkapi lalu menyakiti. Lantas semesta mempertemukan kita lagi.~Alenta Salmafina Ada yang harus diselesaikan. Bukan hanya perihal hubungan, tapi penjelasan yang pastinya kau nantikan...