aku ingin sekali berbicara padamu, tentang apa-apa yang menjadi kemelut dan rancunya kepalaku.
aku ingin sekali menjadikanmu media katarsisku, agar leherku tak terlalu tegak dan kaku selagi ada bahumu disampingku.
aku represi, terdiam dan tak mengerti rasaku sendiri, bagaimana luka selalu menjadi duri dalam setiap langkah kaki yang kupaksa untuk tak pincang dan terus berlari.
tapi aku cukup tahu diri. karena kamu terlalu berporsi untukku yang selalu ingin memesan kopi semauku sendiri. kamu terlalu jauh mengangkangi bumi saat tempat istirahatku hanya sekadar alas kaki di tanah ibu pertiwi.
saat raga dan jiwa menginginkanmu lagi dan lagi, itulah saat dimana aku harus menampar pipiku keras sekali, bahwa kamu tak sepantasnya nyata disisi.
kamu hanya ilusi yang tak berani aku amini
KAMU SEDANG MEMBACA
A DIKSI
PoesiaKumpulan kalimat dari berbagai sumber yang menggambarkan perasaan saya atau mungkin kalian. [END]