Tabungan memoriku menipis, aku mau lebih. Aku mau kamu hadir lagi.
Jadi, ayo pulang.
Sudah kubilang, aku ini rumahmu. Jangan sampai salah arah jalan pulang. Aku masih menunggu kamu, masih dengan ratusan pesan yang tidak bisa kukirim langsung padamu.
Jadi, ayolah cepat pulang.
Peluk aku lagi, dekap aku lagi, sayang. Temani aku lagi di malam yang dingin. Mari kita tertawakan lagi perihal lelucon yang hanya dimengerti oleh kita berdua. Mari berbicara hingga menjelang pagi lagi.
Jadi, ayo pulang, ayolah!
Aku sedang menunggumu di sini. Masih menantikan hangatnya pelukanmu dan manisnya ucapanmu. Masih menunggu pintuku diketuk olehmu disusul dengan suara, "Aku pulaaaang!".
Jadi, pulanglah.
Kamu di mana? Apa kamu sangat jauh? Ayolah, aku hanya memintamu menemuiku lagi. Rindu ini semakin gaduk, mengolokku bahwa kamu tidak akan datang. Padahal aku masih percaya, kamu akan pulang.
Segeralah pulang.
Jika kamu tidak bisa menetap, bawa aku bersamamu. Mari kita telusuri selasar bentala yang jabir. Hanya kamu dan aku. Kita ikutsertakan pula diskusi hangat tentang kasih sayang. Mari kita ulang lagi obrolan di malam itu; obrolan tentang kita menyusun masa depan bersama.
Maka, pulanglah, aku ini rumahmu.
KAMU SEDANG MEMBACA
A DIKSI
PoetryKumpulan kalimat dari berbagai sumber yang menggambarkan perasaan saya atau mungkin kalian. [END]