Kutemukan Hakikat Hidup

1 0 0
                                    


Kutemukan Hakikat Hidup

oleh : Fahmi R.A.F.

Di ruang yang penuh dengan orang – orang yang sedang di ujung tanduk antara masih berlangsung hidup atau tidur di pangkuan tuhan, ada anak yang baru saja keluar dari portal dunia rahim menuju alam dunia, anak itu menangis kencang bahkan menyelimuti seluruh ruangan itu, kenapa menangis? Bukankah seharusnya bahagia ketika seseorang bebas dari dunia pengap dan gelap, lalu bertemu dengan keluarga khususnya ibunya sendiri?Apa yang ditangisinya?

Aku beranjak pulang ke rumah, rumahku adalah istanaku, karena disanalah terdapat raja yang diagungkan didampingi ratu yang dimuliakan beserta anak yang diperlakukan layaknya pangeran, hahaha seperti dunia dongeng saja.

Tapi pangeran mana yang disuruh – suruh oleh ratunya?adakah pangeran yang disuruh beli terasi oleh ratunya?disuruh membereskan pekerjaan rumah layaknya Asisten rumah tangga yang menyapu dan mengepel lantai, mencuci baju dan mencuci piring?Ada, terdapat banyak sekali keberkahan karena patuh dan taatnya seorang pangeran kepada sang ratu dan rajanya, bak ksatria yang selalu setia pada titah yang agung.

"Fahmi berangkat dulu mah"ucapku pelan sambil mencium tangan sang ratu.
"Baik – baik ya disana, jangan nakal"jawabnya lemah lembut mengusap kepala pangeran yang akan berangkat ke medan perang, perang pikiran dan penuh persaingan, hanya dibekali sebuah do'a, do'a sang ratu yang bisa menembus hijab 7 langit. Sang pangeran berangkat dengan gagahnya meninggalkan istana.

Terhampar saf-saf gedung dan orang-orang lalu lalang, bagiku tempat ini bagaikan samudera, samudera ilmu pengetahuan dan pengalaman, dari segala arah berlomba-lomba mendayung kapalnya menuju pulau, pulau yang konon didalamnya terdapat harta karun, tidak sedikit kapal yang karam di tengah – tengah samudera, ini adalah kampus perguruan tinggi dimana aku mencari harta karun.

Tentu saja kualitas setiap kapal itu berbeda-beda, semakin baik kapal, dayung dan kegigihan akan konsisten mendayung, maka baik pula dia sampai ke pulau yang dituju, saling sikut antar partisipan, amukan raksasa cumi-cumi, bahkan kerasnya gelombang ombak yang menjadikan terombang ambingnya kapal dan tidak menutup kemungkinan banyak sekali selain itu didapati para partisipan menjadi hadangan dan rintangan yang harus dilalui.

Setiap kapal melalui rute yang sesuai dengan hasil yang ingin dicapai, tapi semuanya sama menuju satu tujuan, yaitu pulau dengan harta karun.
"Selamat datang di rute alat komunikasi, sebelum kalian sampai kepada pulau yang kalian tuju, inilah langkah dan perbekalan yang harus kalian dapatkan". Seseorang dengan kapal yang megah, besar dan terdapat tanda penyematan sedang melakukan arahan kepada partisipan perlombaan dan mengambil rute yang sama.

Sejauh mata memandang, terdapat kapal-kapal yang lebih dulu melaju, mereka pasti orang-orang berpengalaman, separuhnya dengan ikhlas dan tulus mengajarkan dan membimbing. Tak berhenti mengucapkan banyak terima kasih kepada mereka yang sabar dan telaten dalam membimbing kami."terimakasih pak, bu, kak"

"mau kemana? Gak mau ikut kumpul dulu?" tanya seorang partisipan yang sama –sama mengambil rute yang sama. Sebetulnya ingin sekali untuk beranjak pulang dan terbayang keindahan dan kenyamanan istana dengan segala fasilitas yang lengkap, meskipun kasur buluk tapi bagiku itu adalah kasur spring bed dengan harga jutaan, selalu melambai dan menyatakan kangen kepada diriku, ohh nafsuku ingin sekali melakukan rebahan dan melepaskan penat dengan mengasingkan diri.
"iya ayok kumpul dah" lisanku berkata lain, huh berkumpul bersama orang-orang yang baru kenal, canggung memang, takut "bagaimana kalau dia adalah orang jahat yang merangkap menjadi partisipan?" monologku.

bagiku para partisipan adalah aspek yang sangat penting, karena merekalah yang menjadi motivasi saat mendayung di samudera, tak sedikit aktivitas bahu membahu, tolong menolong antar sesama partisipan, walau mereka adalah lawan dalam perjalanan.

"sekarang kamu bimbing anak-anak ya" kata tokoh masyarakat dan tokoh agama padaku, ada satu lingkungan lagi yang dari awal hidup dan sampai akhir tak luput darinya, ialah kehidupan masyakarakat, setiap masyarakat pasti berharap besar bagi regenerasi khususnya para pemuda harapan bangsa dan bakal pemimpin di masa yang akan datang.

"ohh sekarang kuliah di Unsil, mudah-mudahan jadi manusia yang bisa memanusiakan manusia ya" kata – kata itu menjadi earworm ,kuresapi makna itu, apa sii isi dari cangkang? Apa sii maksud yang sebenarnya dari ucapan salah satu tokoh masyarakat itu?

Itulah hidupku, hari-hariku terus berulang seperti itu, namun manusia selalu dihantui dengan kejenuhan dan kemalasan, ada kalanya hidup yang dijalaninya itu abai, bahkan ingin sekali-kali untuk lari darinya. iya, lari dari kenyataan. Capek, berat, kesal, penuh halangan dan rintangan. ujian, cobaan dan segala hal yang menjadikanku resah. Tapi kenapa semakin aku lari, semakin kuat cengkraman belenggu kehidupan ini. Aku terus mencari – cari kehidupan yang bisa menjauhkanku dari segala hal yang menjadikanku resah.

"Inikah hidup?"tanyaku pada langit yang dihiasi dengan awan keragu-raguan.

"Sekeras inikah?"tanyaku pada tanah yang dihiasi dengan rumput keheranan.

"Tak bisakah mengelak?"tanyaku pada laut yang dihiasi dengan air kecemasan.

"Jadi, apakah setiap anak yang baru lahir mereka menangisi dunia yang fana dan penuh dengan segala cobaannya yang berat ini?"tanyaku pada diriku sendiri yang papa.

"Bisakah manusia lari dari semua masalah hidup ini?"tanya batin yang membatin.

"Dimana bumi dipijak, Disitu langit dijunjung. dibelahan bumi manapun engkau masih dibawah langit. keatas langit sekalipun engkau masih dibawah langit.
karena sejatinya diatas langit masih ada langit".

Dasar aku pelupa, selama aku hidup di dunia selama itu aku mendapatkan masalah, terkadang masalah yang kelar datang menghampiri lagi, dan tak sedikit sekali masalah – masalah itu mangkrak, karena dunia adalah tempat masalah dan kehidupan selanjutnyalah tempat membereskan semua masalah dengan meja hijau berdasarkan timbangan yang seadil-adilnyah.

Setiap kita berpijak, disitulah ada masalah. Di rumah, di kampus, di lingkungan teman dan masyarakat. masalah-masalah tadi itu hanyalah langit yang hanya dipandang kasat mata oleh manusia, aku sering sekali lupa pada Dia sang langit diatas langit, yang benar-benar harus kujunjung, disamping menyelesaikan masalah di rumah, dikampus, di lingkungan teman dan masyarakat, aku suka lupa pada hakikat yang ada didalam langit itu, Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dengan segala isinya, begitu juga masalah-masalah yang harus dihadapinya.

"Sekeras-kerasnya ombak dilautan hanya ikan yang lemah yang akan tersingkirkan, ikan yang berkualitas itu ikan yang ditangkap dilaut, bukan dipungut tersapu dipinggir pantai".

"Aku ingin seperti ikan yang kuat dilautan!"pekikku lantang pada diriku yang tergeletak lemah dikasur.

"Pada kali ini aku tidak akan lari dari masalah"teriakanku menggelegar di kamar.

"Tidak ada jalan mundur, hanya saja istirahat dan bangkit kembali, biar keadaan memenjarakan badan dengan kesakitan ataupun kelelahan, namun jangan sampai ada yang memenjarakan pikiran"tekadku menjadi-jadi, jadilah ikan yang kuat dilautan!

Korpus EidetikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang