Note:
Font Italic adalah isi hati/pikiran
Entah sudah berapa kali Yuri memohon agar Minjoo memaafkannya karena telah meninggalkannya tadi malam. Sementara itu, tak ada yang tahu apa yang ada di benak Minjoo. Ekspresinya datar, tak sepatah katapun terdengar dari mulutnya. Yuri yang merasa bersalah meminta Hitomi membujuk Minjoo agar mau bicara padanya.
"Minjoo, mungkin ada baiknya kamu dengerin penjelasan Yuri dulu?" Minjoo menghela nafasnya.
"Oke, ngomong sekarang!" akhirnya Minjoo mau membuka mulutnya untuk pertama kali meski tatapannya pada Yuri masih terlihat dingin.
Yuri melirik Hitomi, merasa terintimidasi dengan tatapan Minjoo padanya. Hitomi menganggukkan kepalanya seraya memberi isyarat agar Yuri mulai menjelaskan alasannya meninggalkan Minjoo tadi malam. Yuri menghela nafas panjang sebelum mulai berbicara.
"Gue disuruh cepet pulang sama Mama. Katanya asma adek kumat, mobilnya mau dipakai ke rumah sakit."
"..."
"Oke, terus kenapa gak ngabarin gue?"
"Gue panik! Pas gue balik dari ngangkat telpon, lo udah ngilang," Minjoo menutup wajahnya dengan kedua tangannya sambil menggerutu.
"Tapi lo gak apa-apa kan, Min?"
Seperti memutar klise film, serpihan memori saat dia mabuk semalam tiba-tiba tergambar jelas di ingatannya. Terutama ketika ia mengaku kepada Chaewon tentang perasaannya terhadap Yena. Sungguh! Tak pernah ia merasa ingin mengubur dirinya sendiri sebesar saat ini.
"Gue udah suka Kak Yena dari SMP!!!"
"Udahlah, gak usah diomongin," Minjoo kembali menutup wajahnya. Sementara Yuri masih merasa bersalah.
Mereka bertiga lalu berjalan menuju cafeteria. Mereka mendengar suara serak memanggil Minjoo. Terlihat Yena dan Chaewon berjalan menghampiri ketiga gadis itu. Ingin rasanya Minjoo kabur dari tempat itu, tetapi pesona Yena membuatnya mematung di tempat ia berdiri.
"Hi Minjoo!" sapa Yena dengan senyum lebar khasnya.
"H-H-Hi Kak..."
"Eh? Kamu gak apa-apa? Wajahmu kok merah gitu? Kamu sakit?" tanya Yena pada adik kelasnya itu.
Otak Minjoo terasa membeku saat tangan Yena memeriksa suhu keningnya. Lidahnya serasa kaku seketika.
"G-gak apa kak! Anu itu aku lupa pakai sunblock tadi!" Minjoo terkejut mendapati dirinya masih bisa menjawab Yena meski sekujur tubuhya seakan gagal berfungsi saat itu.
"Hmmm oke kalau emang gitu. Oh ya! Aku dengar dari Chaewon kamu tadi malam mabuk ya? Kok rasanya susah ya nerima kenyataan kalau Minjoo yang aku kenal saat ini udah dewasa?" Yena terkekeh. Yena mendaratkan telapak tangannya di atas kepala Minjoo dan mengusapnya pelan, membuat wajahnya semakin memerah.
Di lalin sisi, pupil Minjoo melebar mendengar itu. Ia mengalihkan pandangannya pada cowok di belakang Yena yang sedari tadi terlihat menahan tawa.
"Ah iya kak he he he" jawab Minjoo gugup, matanya masih terfokus pada Chaewon.
"Kita bicara nanti" Minjoo seakan memberi sinyal pada Chaewon melalui tatapannya.
"Wah kapan-kapan ayo minum bareng kalau ada waktu, okay? Kalau gitu kita duluan ya!"
"Gak gabung makan bareng kita dulu kak?" Yuri yang sadar akan kecanggungan temannya mencoba berbasa-basi pada kedua seniornya itu.
"Oh enggak, udah tadi," Yena menggeleng sembari tersenyum manis yang kemudian ditimpali anggukan oleh Yuri.
![](https://img.wattpad.com/cover/229129314-288-k783118.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
You Made Me a Beautiful Dress (END ✔)
FanfictionMinju belajar lebih keras dari yang lain demi bisa diterima di kampus impiannya. Namun tak banyak yang tahu tentang alasannya yang lain, yakni demi bertemu kembali dengan cowo yang telah lama ditaksirnya. Note: Genderbend