Choi Yena's Spin Off

364 34 3
                                    

-Choi Yena Monolog-

Jika kalian bertanya manusia seperti apa aku? Jawabannya adalah aku manusia paling pengecut di dunia. Aku paling benci menerima kenyataan yang tidak sesuai dengan yang ku inginkan. Aku takut dunia akan menertawakanku jika mereka tahu aku lemah. Aku tidak sudi dipandang sebagai orang yang menyedihkan.

Karena itulah aku selalu lari dari masalah yang ku hadapi. Ketika aku dipecundangi oleh masalah, aku akan mencari cara agar bukan aku orang yang akan terlihat paling tersakiti. Aku selalu lari dari masalah itu sebelum mereka membuatku malu.

Kepengecutanku itu pula yang membuatku kehilangan orang-orang yang aku sayangi. Aku membiarkan diriku kehilangan Eunbi, cinta pertamaku. Aku tak terima saat dia lebih memilih Dubai ketimbang tetap di Korea bersamaku. Aku tak tahan jika bukan aku yang dia prioritaskan. Aku lari karena aku kecewa. Aku berantakan, hancur, dan terluka. Aku tak lagi mau menampakkan wajahku kala itu karena tak sudi dia memandang sisi lemahku.

Aku menahan Minju lebih lama bersamaku walau aku tahu hatinya bukan lagi untukku. Aku tak ingin orang-orang melihatku dengan iba karena kekasihku berpaling pada sahabatku. Sekali lagi aku lari dari masalah. Berpura-pura kami baik-baik saja. Aku berperan bak seorang pacar yang sempurna untuk Minju hingga membuat gadis lain bermimpi berada di posisinya. Aku mengorbankan hati kekasihku dan sahabatku sendiri demi egoku yang setinggi langit.

Walau pada akhirnya aku melepaskannya. Kau ingin tahu kenapa aku melepaskan Minju? Itu karena aku sadar orang-orang mulai tahu siapa yang ada di hati Minju. Lagi-lagi aku tak mau dipandang menyedihkan. Sebelum Minju meninggalkanku, aku yang meninggalkannya terlebih dahulu.


***


Dengan membawa sebuket Baby Breath kesukaannya, aku melangkahkan kakiku ke restoran masakan Italia yang telah ku pesan.

Aku berhenti sebentar untuk mengambil nafas panjang. Dari balik tembok kaca restoran, ku lihat wanita itu sibuk dengan ponselnya. Ia tampak cantik mengenakan cocktail hitamnya. Hadiah ulang tahun dariku tempo hari.

Dua bulan sudah aku tak bertemu dengannya. Setelah mereka, maksudku perusahaanku mengirimku keliling ASEAN untuk perjalanan bisnis.

~1 Pesan diterima~

"Aku sudah sampai. Masih di kantor?"

Aku terkekeh membaca pesannya. Tak ku balas namun sengaja ku biarkan di status terbaca. Aku intip lagi ke arah mejanya. Dia menatap layar ponselnya degan pipi mengembung. Ah dia pasti mulai kesal. Aku kembali mengeluarkan tawa kecil. Menjahilinya memang jadi hobi baruku. Balasan dariku karena dia bersenang-senang dengan Minju dan Chaewon di Jeju minggu lalu tanpaku. Biar ku ulangi, TANPAKU.

Aku melanjutkan langkahku menuju pintu restoran. Sudah cukup menjahilinya sebelum dia berubah jadi monster. Namun sebelum aku menyentuh gagang pintu, tiba-tiba aku merasa seperti De Javu.

---3 Years Ago---

Berbekal setangkai mawar di tangan, ku beranikan diri menyatakan menyatakan perasaan yang selama ini ku kubur dalam. Aku memarkir mobilku tak jauh dari kedai roti yang sering ku kunjungi akhir-akhir ini. Aku menyiapkan diri. Menenangkan detak jantungku yang sedari tadi menderu.

Kalau bukan sekarang, kapan lagi? Yaps! Yena, kau pasti bisa!

Tepat setelah ku buka pintu kedai, aku melihat wanita itu tengah membereskan pantry bersama dua orang pria. Yah, kedai itu akan segera tutup. Aku masih tak bersuara menikmati indah garis wajahnya.

"Eun..."

Tangan mungilnya berhenti menata gelas saat mendengar suaraku. Ia menoleh sambil tersenyum.

You Made Me a Beautiful Dress (END ✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang