Bunyi klakson membuatku bergegas keluar dari kontrakanku. Ku melihat mobil hitam papa sudah siaga menungguku di depan.
Aku memutuskan untuk tinggal di kontrakan bersama kak Chaeyeon, sepupuku, saat aku dinyatakan diterima di universitas yang sama dengannya. Dia mengambil jurusan Teknik Industri angkatan 2 tahun di atasku. Alasanku simpel, agar lebih dekat dengan kampus. Kebetulan kak Chaeyeon sudah lebih dulu mengontrak jadi ku langsung dapat lampu hijau dari orangtuaku.
Hari pertamaku di universitas, papa dan mama memaksa untuk mengantarku ke kampus walau jarak kontrakan dengan kampus lumayan dekat. Sedikit menjengkelkan memang, tapi mereka beralasan ingin melihat anak sulungnya melangkahkan kakinya untuk pertama kali di universitas bergengsi itu. Yups! berhasil masuk fakultas kedokteran SNU memang sebuah kebanggaan tersendiri bagi para orang tua di Korea. Contohnya mamaku yang tak ada henti-hentinya mengoceh tentang hal itu setiap berkumpul dengan kawan-kawannya. Membuatku malu saja.
Aku duduk di kursi belakang mobil sembari mendengar ocehan kedua orangtuaku, mengatakan lagi dan lagi betapa bangganya mereka. Oh aku belum memberitahu jurusan yang kuambil pada kalian ya? Hahaa maaf aku terlalu sibuk mendengarkan papa bernostalgia tentang hari pertamanya di universitasnya dulu. Aku mengambil jurusan kedokteran gigi. Sudah menjadi cita-citaku sejak dulu kuliah di kedokteran gigi universitas ini. Apa aku senang? Tentu saja! Selain itu, ada hal lain yang membuatku sangat senang ketika ku berhasil menjadi mahasiswa di sini. Dia. Seseorang yang menjadi motivasiku belajar mati-matian. Seseorang yang sangat ingin ku temui. Seseorang yang sangat ingin ku buat bangga kepadaku karena berhasil menepati janji kami, yakni mengenakan almamater universitas yang sama.
Ketika aku menoleh ke luar jendela, ku lihat anak-anak memakai seragam berlarian di trotoar.
"Ah mereka berlarian gitu pasti karena terlambat!" aku terkekeh.
Ingatanku kembali pada beberapa tahun silam, tepatnya hari pertama aku baru masuk SMP dulu.
Aku berlari sekuat tenaga sembari merapikan kancing lengan seragamku. Sesekali ku lirik jam di tanganku, "Mati, ga akan kekejar ini mah!".
Salahku memang lupa menyalakan alarmku. Padahal sudah tahu kalau papa dan mama sedang ke rumah nenek di luar kota. Aku terbangun ketika mendengar mama menelpon yang ternyata sudah menelponku lebih dari 50 kali. Sudahlah ku pasrah jika memang aku kena hukum karena terlambat di hari pertamaku. Baru juga masuk huft...
Benar saja, pintu gerbang sekolah sudah tertutup rapat. Aku mengintip dari balik pohon ada seorang guru yang berdiri di sisi gerbang menunggu jika ada siswa yang terlambat.
Aku pucat-sepucatnya, "Aduh gimana ini? Apa bolos balik ke rumah aja ya?"
"Ssst! Hei kamu! Ssst...!"
Aku mendengar suara seseorang mendesis ke arahku. Aku menoleh kanan ke kiri mencari sumber suara itu. Kulihat cowok sedang jongkok di bawah tembok pagar melambaikan tangannya kepadaku.
"Saya?" Aku tunjuk wajahku. Cowok itu mengangguk lalu mengisyaratkan untuk mendekat. Aku mengendap-endap pelan ke arahnya.
"Yuk ikut aku lewat sini!"
Kami mengendap-endap ke arah sayap kanan pagar sekolah. Cowok itu mengambil dua ban bekas dan sebuah papan kayu, ditatanya mepet dengan tembok pagar. Kemudian Ia menggunakannya sebagai tumpuan untuk memanjat pagar. Aku tertegun sejenak. Saat ku sadar, aku mendongak ke arah cowok itu. Ia mengulurkan tangannya padaku.
"Ayo buruan!" Seketika aku raih tangannya lalu memanjat pagar tersebut dan meloncatinya. Setelah itu, cowok itu menyusulku meloncat dari atas pagar.
![](https://img.wattpad.com/cover/229129314-288-k783118.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
You Made Me a Beautiful Dress (END ✔)
FanficMinju belajar lebih keras dari yang lain demi bisa diterima di kampus impiannya. Namun tak banyak yang tahu tentang alasannya yang lain, yakni demi bertemu kembali dengan cowo yang telah lama ditaksirnya. Note: Genderbend