⊛3⊛

1.7K 257 52
                                    

"Kak, kenapa ayah ngelakuin ini?"

Minho menatap Jisung yang terjerat rantai di sebelahnya.

"Ayah sebenernya cuma pengen kita pergi kan? Kenapa nggak bilang langsung aja? Daripada aku sama kakak mati konyol di tempat Christoper Bang."

Minho menghela nafasnya. Dia tidak bisa menjawab apapun yang ditanyakan oleh Jisung. Karena, laki-laki itu yang menjawab pertanyaannya sendiri. Sesuai dugaan selama ini.

"Kak Minho, maafin Jisung ya?"

Minho mengerutkan dahinya bingung.

"Apa maksudmu, Sung?"

"Kalau aja kakak nggak selalu belain aku. Ayah pasti masih anggap kakak itu anaknya. Aku di keluarga kakak cuma numpang. Apalagi, ayah memberiku marga ibu. Wajar aja ayah benci ibu yang udah ninggalin dia sama aku," ucap Jisung seraya tersenyum perih.

Hati Minho teriris melihat senyum palsu Jisung. Dia tau pasti kalau adiknya itu merasa diasingkan di dalam keluarga. Belum lagi, Jisung adalah anak bungsu yang tidak dianggap.

"Kak Minho—" kalimat Jisung terpotong oleh suara pintu yang terbuka.

Cklek!

"Kalian, nggak diapa-apain sama kakakku kan?"

Minho dan Jisung saling pandang. Mereka bingung dengan perilaku Seungmin.

"Tahan bentar yah, biar aku lepasin rantainya," ucap Seungmin.

Laki-laki itu berjalan ke arah belakang Minho dan Jisung secara bergantian. Untuk melepas rantai yang menjerat tangan mereka berdua.

"Nah, sudah lepas. Maafin kakakku yah, dia memang seperti itu orangnya."

Seungmin menundukkan kepalanya. Dia merasa bersalah atas kesalahan Chan. Jisung jadi merasa tidak enak melihatnya.

"Sudah, jangan seperti itu. Kakakmu tidak salah. Mungkin, baginya kami adalah bahaya," ucap Jisung.

"Tidak! Kalian bukan bahaya. Aku meminta kalian bekerja di sini karena aku tau kalian diperalat oleh tuan Lee," ujar Seungmin.

"Seungmin, kamu anak yang baik. Makasih udah bebasin aku sama Jisung. Kami akan selalu ingat itu. Kami akan pergi, hubungi nomer kemarin saja kalau butuh kami." Minho mengelus pelan surai Seungmin. Dan itu membuat laki-laki yang bersandar di pintu merasa cemburu.

"Permisi tangannya bro! Jangan sampe itu tangan patah gara-gara gue," sindir Jeongin.

Minho terkekeh menanggapi laki-laki yang terlihat lebih muda darinya itu. Dia mendekati Jeongin, dan mengelusnya juga.

"Kamu itu manis, sayangnya kamu dominan. Jaga Seungmin baik-baik. Kalau butuh bantuan, kamu bisa panggil aku dan Jisung."

Jeongin membuang mukanya. Dia sedikit panas karena perlakuan Minho. Bukan marah kok, tapi baper. Maklumlah, siapa juga yang tidak baper jika diperlakukan manis sama laki-laki tampan sejenis Minho.

"Udah deh Kak. Nggak usah kerdus mulu. Ntar itu anak bisa berubah haluan nanti. Liat merah itu mukanya," ejek Jisung.

"Ih, apaan sih! Gue dominan yah. Gue diginiin itu malu bukan baper kek Kak Seungmin," elak Jeongin.

"Lama banget sih di sini! Cepet ke ruangan CEO sekarang. Kak Chan ngamuk noh."

Mereka menoleh ke arah pintu. Ada Hwang Hyunjin di sana. Kakak dari Jeongin.

"Dih, jomblo yah gitu. Sukanya ngamuk mulu," cibir Jeongin.

"Hush! Mulut nya. Kayak nggak pernah di sekolahin aja. Udah, ayo ke ruangan."

"Lama banget sih! Kalian reuni atau ngapain sih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lama banget sih! Kalian reuni atau ngapain sih. Membuang-buang waktu saya saja?!"

Minho dan Jisung hanya diam mendengarkan. Chan kalau mengamuk itu lucu bagi mereka. Tidak ada seram-seramnya seperti rumor yang diberitakan.

"Udahlah Kak, marah-marah mulu. Pantesan nggak ada yang mau sama kakak," celetuk Seungmin.

"Diam kamu! Atau Kakak nggak bakal izini kamu ketemu sama Jeongin sebulan."

"Yah! Jangan gitu donk. Kak Seungmin itu udah kayak nyawaku," sahut Jeongin.

"Mangkanya kalian diem!"

Semua orang di dalam ruangan diam, kecuali Minho yang masih tertawa kecil karena perdebatan kakak-adik di depannya.

"Siapa yang nyuruh lo ketawa?!"

Minho menatap Chan tajam. Yah, sejak dulu memang Minho tidak kenal takut. Maka itu, Jisung kagum padanya.

"Kalau gue ketawa emang kenapa? Lo bukan tuhan. Dan, gue nggak takut sama elo," ucap Minho.

Semu orang yang berada di dalam ruangan memekik kagum. Mereka baru pertama kali melihat pemandangan seperti ini secara live.

"Inget Tuan Bang.. Walaupun lo itu mafia terkejam di dunia. Gue nggak pernah takut sama elo. Yang gue takutin cuma 2, tuhan sama kehilangan Jisung."

Chan tidak membalas kalimat Minho. Dia sendiri juga terkejut karena baru kali ini ada orang yang berani padanya, selain Bang Seungmin.

"Ayo Jisung kita pergi," ajak Minho, "Kita nggak ada urusan di sini."

Minho menarik tangan Jisung keluar dari ruangan Chan. Tapi, sebelum mereka sampai di pintu. Suara tembakan terdengar tepat di sebelah mereka.

Dor!

"Jangan sekali-kali keluar dari pintu itu."

Minho membalikkan badannya. Dia menatap sinis ke arah Chan. Tatapan itu seolah-olah ingin membunuh laki-laki di depannya.

"Lo punya potensi keberanian yang besar. Gue bawa lo ke tim. Dan, mulai saat ini lo bagian dari gue."

Hai!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai!!

Nay kembali:")

Jangan lupa votment pokoknya**

[✓] Blueprint [banginho]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang