Barangkali aku akan menceritakan kisah pelik yang selalu mendapatkan peluk.
Flashback on
Kalo cinta, ungkapin aja! Daripada nanti ngeliat dia bahagia sama orang lain, sakit!
Azdillah Kanha Farezi
••••••
Kakiku berjinjit mengintip seseorang dari balik jendela kelas. Menyadari tubuhku yang tergolong pendek, membuat sedikit kesulitan saat melakukan kegiatanku. Kalian tahu apa yang aku lakukan? Yups! Mengintip seseorang yang kukagumi dalam diam. Benar-benar diam, tidak ada yang tahu kecuali aku dan Tuhanku.
Bel istirahat berbunyi beberapa menit yang lalu, namun yang kutunggu belum juga menampakkan dirinya. Tak lama kemudian, manik mataku menemukan sosok yang kucari. Bahagia. Satu hal yang kurasakan saat itu. Memandang wajahnya, menikmati setiap lekukan bibirnya, membuatku selalu bersyukur telah dilahirkan ke dunia.
"Woey!"
Tepukan di pundak ku membuat mengerjap. Jantung yang memompa dua kali lebih cepat. Untung saja aku tak memiliki riwayat penyakit jantung.
Membalikkan badan, tangan kananku memegangi dada yang berdetak kencang.
"Anjirr, lo mau bunuh gua? Mau bikin gua gejala stroke terus masuk rumah sakit, terus tak tertolong, mati! Mau lo?" teriakku tepat dihadapan wajahnya. Mendongakkan kepalaku menyorot matanya dengan tatapan se-marah apapun yang kupunya.
"Buset bu ketu! Jauh bener pikiran lo, heran gua" Kanha memundurkan tubuhnya ketika melihat kilatan kemarahan dimataku.
Ya! Aku, Naira Aifa Putri adalah ketua kelas di kelas 11 IPS 1. Banyak orang yang mengetahui jika aku memiliki sifat moody akut. Memang benar, aku menjabat sebagai ketua kelas Budiman jika memang mood-ku sedang buruk. Jika moodku sedang baik, mereka guling-guling, jungkir balik pun aku tidak peduli.
"Bodo amat!"
Dia Azdillah Kanha Farezi. Seekor anak yang entah berasal dari planet mana. Selalu membuatku uring-uringan. Laki-laki berperawakan tinggi, rambut sedikit panjang, iris mata hitam keabu-abuan, bulu mata lentik, hidung mancung, serta bentuk bibir yang tipis kemerahan, membuatnya digemari banyak kaum wanita. Yah, hampir mirip dengan muka-muka fakboy jaman now.
Menghembuskan napas gusar. Sedang tidak ingin berdebat dengannya, lagi pula ini masih terlalu pagi untuk teriak-teriak menghabiskan suara. Membalikkan badanku kembali, dan melakukan hal yang sama, namun mataku tak menemukan sosok itu lagi.
"Tuhkan! Gara-gara lo, dia udah ilang," bentakku sekali lagi. Merasa kesal, aku pergi berlalu meninggalkannya, namun cekalan ditanganku membuat langkahku terhenti.
"Weiyy! Tunggu dulu," ucapnya. "Jadi lu nyalahin gue? Yaudah ayok! Gue bilangin sama orangnya sekalian!" Kanha menarik pergelangan tanganku. Menyeretku seperti aku ini bukan manusia, melainkan sampah yang diseret hendak dibuang.
"Wait! Wait!" Kuhentukan langkahku, membuatnya juga ikut terhenti. "Lu mau bilang apaan? Dan ke siapa?"
"Ke Nino, lah! Lo tiap hari ngintip dia, 'kan?"
Deg!
Mataku melebar, tak percaya jika Kanha mengetahui tentang ini. Kupikir tidak ada yang tahu tentang perasaanku, dan jika ada, kenapa harus Kanha yang mengetahuinya?
'Mampus! Mampus nih Kanha tau kalo gue suka sama kak Nino!'
Yang kutahu, Kanha dan Nino adalah teman akrab. Walaupun Nino satu tahun lebih tua dari Kanha, dan tak ada ikatan darah apapun, namun kuperhatikan mereka sudah seperti saudara kandung.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, KANHA
Teen FictionUPDATE SETIAP HARI! STAY TUNE OKE Sebait catatan untuk azdillah Kanha Farezi. Catatan tentang sebuah kenangan yang tersimpan rapi di dalam ingatan, tanpa pernah sedikitpun terlupakan. Mungkin ini hanya catatan usang di dalam hati yang lapang. Namun...