Tipe-X mu adalah milik kita bersama
Abyzar Putra
••••••
Hari ini, kelas sudah sangat ramai. Padahal jam dinding baru menunjukkan pukul 06.30 WIB, namun hampir seluruh siswa telah berdatangan. Biasanya, kelas mulai ramai saat detik-detik bel masuk sekolah, dan sekarang? Mereka tengah sibuk menulis.
Termasuk aku, bangku yang awalnya hanya digunakan untuk 2 orang anak, kini berubah menjadi 6 anak. Berdesak-desakan untuk mencontek buku PR milik Nadia yang berhasil kurampok tadi pagi.
"Nay! Buruan dong lo! Kaga ngerti banget apa gua tuh butuh tu tipe-X," teriak Aby tepat di depanku.
"Sabar sih. Tipe-X gua jugak," desisku.
"Wah-wah lo sekarang gini ya? Dimana rasa solidaritas lo? Apapun yang lo punya, punya kita bersama!" protesnya.
"Kagak modal lo pada! Sekelas yang punya tipe-X cuman gua doang?" Kesal! Kenapa kelas ini menyebalkan? Untung temen!
Apakah di kelas kalian juga seperti ini? Tipe-x dilempar sana-sini karena memang hanya satu. Atau paling mentok hanya 2-3. Benar-benar, tidak modal!"
"Adohh salah! Tipe-X dong!" ucap Boby seraya merebut paksa tipe-X yang sedang kugunakan.
"Woyy! Ngasal ambil aja lo! Gua udah ngantri sejak jaman manusia purba woy!" teriak Aby tak terima.
"Siapa cepat dia dapat!"
Aku hanya geleng-geleng kepala saja. Lebih baik melanjutkan menulis PR matematika yang entah. Aku tak tahu sedikitpun. Hanya menulis saja, yang penting mendapat nilai, dan tentunya tak akan mendapat hukuman!
Dari 10 soal, aku baru menulis sampai nomer 6, dan jam dinding telah menunjukkan pukul 06.40 WIB. 10 menit lagi! Kupercepat gerak tanganku, menuliskan rentetan angka yang telah menghabiskan 4 lembar buku. Tanganku rasanya ingin copot sekarang juga.
"Assalamualaikum ya ahli kubur."
Krik.. krik..
Siapa lagi kalau bukan Kanha? Namun kali ini tak ada yang memperhatikan. Biasanya akan sangat riuh jika Kanha mengeluarkan kata-kata abstraknya.
"Buset, diem-diem bae! Ngapain klean?" ucapnya mendekati mejaku.
"PR lo udah? Jangan bego deh! Cepetan tulis!" sahut Aby.
"Masyaallah! Allahu Akbar! Asyhadu an laa ilaaha illallaah, wa ayhadu anna Muhammadar Rasulullaah." ucapnya panik.
"Innalilahi wa innailaihi rojiun," sahut Boby.
"Lu pikir gua dead?"
"Lahh itu tadi ngucap syahadat, gua kira sekarat!"
"Bodo ah! Sini!" teriaknya mengambil buku yang berada ditengah-tengah meja.
Aku, oh mungkin kami semua. Memandang horor ke arahnya. Bisa-bisanya ia mengambil buku seenak jidatnya. Datang-datang sudah bikin rusuh!
"Woy! Seenak jidat lu aja! Balikin!"
Bukannya kuambil buku itu, namun justru ikut duduk disampingnya. Anak-anak yang semula bergerombol di mejaku-pun juga ikut-ikutan pindah ke meja Kanha.
Satu soal lagi! Satu soal lagi aku akan selesai, dan bernapas lega, namun lagi-lagi typo-ku bertebaran.
"Eh tipe-X gua kemana?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, KANHA
Teen FictionUPDATE SETIAP HARI! STAY TUNE OKE Sebait catatan untuk azdillah Kanha Farezi. Catatan tentang sebuah kenangan yang tersimpan rapi di dalam ingatan, tanpa pernah sedikitpun terlupakan. Mungkin ini hanya catatan usang di dalam hati yang lapang. Namun...