Realitanya, memiliki teman gesrek lebih baik daripada teman yang sok jaim
Naira Aifa Putri
••••••••••"lo ember banget si! Kan gue udah bilang, jangan bilang ke siapa-siapa kalo gue suka sama kak Nino! Dan lo tadi mau ngomong apaan di kelas, huh?!" tanyaku menggebu-gebu, dengan satu tangan yang berada di lehernya, siap mencekiknya sewaktu-waktu.
Kini, kami berada di taman belakang sekolah. Aku yang menyeret paksa Kanha, lalu membawanya ke sini.
Suasana di sini lumayan sepi, jadi tak perlu khawatir jika berbicara keras-keras dan memaki-maki seseorang. Tidak akan ada yang tahu.
"Yaudah si, selaw aja kali!" jawabnya melepaskan tanganku dari lehernya.
Aku masih tak habis pikir dengannya. Bisa-bisanya ia mengingkari janji yang bahkan baru saja terucap? Beruntung ibu guru datang di waktu yang tepat.
"Selaw pala lu! Otak tuh dipake buat mikir! Jangan ditaro di dengkul!"
Kanha justru membungkukkan badannya dan meraba-raba lututnya, membuatku mengerutkan dahi, heran.
"Ngapain lo?"
"Dengkul gue gaada otaknya kok! Masih di dalem kepala nih!" ucapnya sambil memegangi kepalanya.
Apa-apaan? Aku yang mengerti maksud Kanha langsung menepuk dahi. Teman yang satu ini benar-benar gesrek, apakah otaknya tidak berfungsi sama sekali?
"Bego sumpah!"
"Yaudah si selaw aja gue bilang! Toh, gaada yang tau juga. Kecuali kalo gue kasih tau," sahutnya.
"Ya makanya jangan dikasih tau! Malu gue,"
"Kenapa malu? Perihal rasa gada yang salah kok," ucapnya sok bijak.
"Pokoknya gamau! Biar kak Nino tau sendiri aja, jangan dari orang lain!"
"Gila sih! Mendem rasa sejak jaman jahiliah hingga masa terang-benderang gini. Masih juga gaberani ngungkapin, cewek!" sindirnya.
"Apa lo bilang? Lo sih nggak ngertiin di posisi cewek. Serba salah!"
"Lah? Katanya cewek selalu benar."
"Bukan selalu, tapi kebanyakan selalu benar."
"Ya sama aja, cowok yang selalu salah!"
"Nah itu lu tau!"
"Sakkarepmu lah!"
"Kanha kampret!"
"Weiiyy ngaca dulu mba! Lu yang kampret!"
"Ko gua?"
"Serah!"
Kanha berlalu pergi dari hadapanku. Lah? Kenapa seakan aku yang salah? Laki-laki memang benar-benar ... Menyebalkan!
____________
Kusesap kopi berwarna hitam pekat itu. Menikmati setiap citarasanya. Pahit, manis, bercampur menjadi satu. Kalian tau? Kopi adalah hal yang paling aku suka selain hujan. Karena kopi, aku tahu jika kehidupan tak hanya tentang hal manis, namun juga dibumbui dengan kepahitan. Dan hujan? Dia selalu menemaniku, mendeskripsikan setiap hal apapun yang tak mampu kuucapkan. Aku salut dengannya, walaupun jatuh berkali-kali , namun ia tetap terbang tinggi, tanpa takut terjatuh lagi.
Getaran disebelaku membuyarkan lamunan, kuraih benda pipih yang berwarna gold itu, lalu membuka notifikasi yang baru saja masuk.
Membuka aplikasi WhatsApp yang terletak di layar utamaku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, KANHA
Teen FictionUPDATE SETIAP HARI! STAY TUNE OKE Sebait catatan untuk azdillah Kanha Farezi. Catatan tentang sebuah kenangan yang tersimpan rapi di dalam ingatan, tanpa pernah sedikitpun terlupakan. Mungkin ini hanya catatan usang di dalam hati yang lapang. Namun...