Verse 05 - bout' nothing

27 4 0
                                    

Q5. Momen yang bagaimana yang bisa membuatmu tanpa sadar jatuh cinta pada seseorang?

2012. Semarang

Para siswa riuh mengerumuni papan pengumuman yang sengaja di pasang di tepi lapangan sekolah untuk bisa mengecek nama dan kelas mereka setelah peminatan yang mereka pilih.

Keberadaan Adhitya di Semarang membuatnya merasa waktu begitu cepat berlalu. Sudah setahun dia bersekolah di sini, dan artinya sudah setahun pula dia meninggalkan rumah dan ayahnya di Jakarta.

Dan kedatangannya kemari justru dipertemukan kembali dengan cewek yang kini berjalan ke arahnya setelah berpamitan pada seorang yang mengantarnya. Cewek yang entah mengapa, hilang tanpa kontak begitu selesai acara perpisahan di SD mereka. Adhitya tidak tahu itu siapa, tapi jelas bukan ayah Mirei.

"Udah liat di kelas mana?"

"Belom."

Mirei lalu membuka jalan untuk mereka, Adhitya terlalu sibuk memerhatikan Mirei yang entah bagaimana terlihat berbeda hari ini. Mirei menguncir rambutnya yang biasanya ia biarkan tergerai jatuh. Saat tidak sengaja kulit tangan mereka bersentuhan, Adhitya sejenak mundur selangkah. Mirei lantas baru mengalihkan pandangannya pada Adhitya, ada sorot tidak antusias di sana. Begitu jelas, dia tetap memaksakan untuk antusias. "Wow. Kita satu peminatan tapi nggak sekelas." Mirei bersuara dengan nada gembira, tetapi seperti ada yang mengganjalnya. Ada sesuatu yang membuat suara Mirei terdengar tak semenggembirakan itu kala Adhitya mendengarnya. Adhitya hanya tidak tahu, karena apa.

Sejenak, Adhitya melihat kertas yang Mirei tunjuk, ada namanya dari dua paling atas dalam urutan absen sesuai abjad. Sedangkan Mirei di kelas sebelahnya, XI IPS 2. Absennya jauh berada di bawah. Mirei lantas lebih dulu keluar dari kerumunan. Adhitya hanya mengekori. Suasana di Semarang sedang panas sebenarnya, namun pagi ini hujan ringan mengguyur, khawatir akan kembali hujan dengan intensitas tinggi, akhirnya upacara tahun ajaran baru ditiadakan.

Mirei bergegas melewati lorong yang ramai, melewati beberapa siswa lain yang berjalan berlawanan arah dengannya. Adhitya dengan langkah besarnya mengekori kemana Mirei pergi. Mereka berhasil kembali berjalan bersampingan begitu Mirei menaiki tangga.

"Lo gak ngarep kita bakal sekelas, 'kan?" tanya Adhitya seraya menaruh tangannya di sisi lengan Mirei agar orang yang berjalan lawan arah dengan mereka tidak menabrak Mirei. "Ya kali, gue baru sadar kalo pas SD kita sekelas aja lo annoying banget sama eksistensi gue." Mirei melangkah pada tangga terakhir, namun tiba-tiba seseorang menabrak tubuhnya dari belakang sampai tubuhnya limbung. Beruntung, ada sebuah tangan lain sigap berada di depan Mirei dan menahan tangan Mirei erat dan perlahan tubuh mungil Mirei kembali seimbang. "Lo gapapa?"

"Iya, thanks."

Orang yang menabrak Mirei tampak tergesa, jadi dia segera pergi setelah sekadar mengucapkan maaf pada Mirei. Lutut Adhitya yang sempat mencium ujung tangga membuat tulang lututnya terasa nyeri yang sia tutupi begitu Mirei justru mengecek keadaan Adhitya setelah melepas genggaman tangannya dari cowok itu.

Adhitya sudah berdiri seperti biasa, tapi dia masih belum berani mengambil langkah. Lututnya masih berdenyut karena terbentur cukup keras. Tetapi, tidak keren sekali bukan jika dirinya mengaduh kesakitan seperti anak cewek. "Lo gapapa?" tanya Mirei.

Kalau begini, lebih baik besok-besok Adhitya berjalan di belakang Mirei saja. "Oke. Gue baik-baik aja." Adhitya menyengir, saat Mirei menoleh cowok yang menolongnya tadi sudah bergabung dengan teman-temannya dan menaiki tangga menuju lantai tiga.

Kelas XI IPS berada di lantai dua. Sedangkan IPA di lantai tiga. Mirei hanya merasa bahwa cowok tadi beda peminatan dengannya. Sekarang, Adhitya berharap Mirei tidak bertanya di kelas mana cowok yang menolongnya tadi berada. Adhitya mengenal cowok itu dari kelas X saat tergabung dalam ekskul fotografi. Dia tidak dekat dengan cowok itu. Karena pertama-tama, selain karena cowok itu adalah senior, Adhitya hanya merasa tidak satu frekuensi dalam hal pergaulan dan obrolan antar cowok. Di mata Adhitya, cowok itu terkesan seperti bukan cowok baik saja. Adhitya hanya tahu, namanya adalah Mesa.

Beyond The Memories [Tunda] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang