Q1: Apakah kalian udah sama-sama sepakat untuk berpisah?
□□□Verse 01 - Remembrance
-setidaknya dengan mengingat kembali beberapa ingatan kenangan baik bisa membawa kita pada keputusan akhir yang baik-
□□□
“Jadi...udah sepakat buat ngajuin ini ke pengadilan?” tanya Riyan, nama yang biasa Adhitya sebut-sebut. Orang yang lumayan tahu sebagian besar kisah perjalanan antara Adhitya dan Mirei.
Adhitya bahkan sama sekali tak berminat untuk duduk, tentu saja jalan ini tak pernah ada terlewat dalam pikirannya. Namun, ternyata ada yang memilih untuk mengambil jalan menyerah lebih dulu.
“Udah, gue boleh pergi?” tanya Adhitya ingin meninggalkan ruangan.
“Tunggu, duduk dulu sih. Ada yang mau gue tanyain.” Cowok itu memberi perintah pada sekretarisnya untuk menyiapkan segelas teh hangat untuk Adhitya.
Kemudian, diakhir Adhitya kembali duduk meskipun sebenarnya dia sudah ogah untuk berlama-lama di sebuah kantor jasa hukum hanya untuk mengurus berkas perceraian.
“Minum dulu tehnya,” tawar Riyan mengangkat cangkir teh miliknya dan mau tak mau Adhitya mengangkat cangkir teh miliknya dan mereka bersulang.
“Buat kebaikan semua orang,” ujar Riyan, mendengar itu Adhitya hanya tersenyum ulas. Senyum pahit lebih tepatnya, ia menyesap tehnya sedikit.
“To the point aja please,” ucap Adhitya membuka suara. “Gue tanya sekali lagi, lo yakin tentang semua ini?” tanya Riyan mengulang pertanyaan awal yang dia ajukan untuk Adhitya.
Adhitya memalingkan wajah, napasnya berembus panjang.
“Gue—“
“Apa yang membuat lo bisa sampe ke titik ini?” tanya Riyan menyela.
Adhitya membisu, tidak tahu kini harus menjawab apa. Jawaban yang sudah ia persiapkan tidak cocok dengan apa yang ia rasakan di hatinya.
“Ini keinginan Mirei,” jawab Adhitya mengalihkan pandangannya pada hamparan gedung bisu ibukota.
“Kalau begitu izinin gue buat nanya beberapa hal lagi ke lo,” ujar Riyan menutup berkas perceraian mereka.
□□□
Mirei memakan potongan pertama cheese cake yang ia pesan. “Pantesan gue yang klien lo di sini, kenapa keliatannya lo yang nervous?” tanya Mirei masih memakan cheese cake potongan berikutnya. Ia merasa tidak ada hari yang membahagiakan dari hari ini. Hari yang membuatnya menuju pada hari-hari penuh kebebasan. Di mana kehidupan tanpa cowok itu adalah yang ia butuhkan.
“Gue emang pengacara lo, lo klien gue tapi pernah gak sih ngebayangin nanganin kasus perceraian di mana pengacara pihak B ternyata mantan lo sendiri?” tanya Solla heboh sendiri. Beruntung kafe yang mereka kunjungi sekarang tidak begitu ramai.
“Dulu semasa kuliah kan bareng-bareng, sekarang kerja bareng apa masalahnya?” tanya Mirei menganggap topik bahasan mereka adalah hal yang mudah dan ringan.
Meskipun sangat jelas Mirei tahu bahwa setelah ini, status wanita janda akan dia sandang begitu pisah dari Aka—begitulah cara Mirei memanggilnya.
Cowok yang mengisi nyaris sebagian besar dari seluruh waktu hidupnya, seseorang yang tadinya bukan apa-apa, dan juga bukanlah siapa-siapa menjadi seseorang yang membuat hidupnya jungkir balik. Seseorang yang entah bagaimana selalu ada untuk mengusap air matanya meskipun setelah itu omongan pahit mengandung nasihat keluar dari mulutnya, yang suka menertawakan Mirei dengan gigi gingsulnya yang muncul. Dan terakhir, seseorang yang membuatnya merasa segala yang mereka sudah lewati bersama harus menjadi seperti ini penamatan kisahnya.
“Mantanan tuh gak enak,” ujar Solla menyesap lattenya lalu melanjutkan, “mending lo pikir ulang kalo mau serius mantanan sama Adhit deh.” Solla mencoba membujuk Mirei, karena meski tidak begitu tahu apa masalah di antara mereka sampai mengajukan perceraian seperti ini Solla masih ingin melihat Mirei untuk bahagia dengan Adhitya.
“Terus kenapa lo mantanan sama Riyan kalo emang mantanan gak enak?” tanya Mirei menyerang balik. “Yah, beda kasuslah gue sama Riyan itu mantan pacar tapi kalo lo urusannya sama pengadilan, terus juga sama Tuhan,” pungkas Solla panjang lebar, bersandar pada bangku yang ia duduki.
Mirei hanya mengangguk berulang sebelum akhirnya memilih menyesap lemon tea miliknya. Tapi tak mengatakan apapun, membuat Solla akhirnya membuka suara lagi.
“Lo udah berapa lama sejak kenal Adhit?” tanya Solla, menatap Mirei dengan tatapan lebih serius dari sebelumnya. Kalau dipikir-pikir lagi, Mirei tak pernah menceritakan soal Adhitya pada orang lain sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beyond The Memories [Tunda]
RomansaSeperti yang ada dalam kilas kisah, ini hanya tentang dua insan yang telah malas untuk mencari. Mencari apa makna cinta sesungguhnya. Mencari apa cinta sejati itu sungguh ada dinyata yang begitu fana dengan kepalsuan. Mencari seseorang yang kiran...