Sebuah Kisah Malam 01

17 2 0
                                    

*Ini di luar dari plot yang kalian semua sedang baca. Kisah yang mungkin saja semestinya ada. Tapi, tidak dimasukkan. Bisa karena dua hal, pertama, sedang kebawa suasana, kedua, kisah ini tidak ada awalnya*

Bukan maksudku menyakitimu, namun tak mudah tuk melupakan.
--

Suatu hari, ramai jagad twitter yang mengelu-elukan sebuah lagu dengan liriknya yang amat sangat sederhana, namun terdengar puitis dan terdengar sedikit menyedihkan. Ya, kita semua tahu, dia adalah seorang musisi dengan jiwanya yang menyatu dengan alam, tulisannya yang menyatu dengan realita yang terkadang sama menyedihkannya dengan lagu yang akhir-akhir ini memiliki banyak pendengar, kebanyakan anak muda tanggung yang sedang dimabuk asmara. Tentu, kala itu, termasuk Mirei. Mirei adalah satu dari jutaan manusia di bumi ini yang sedang mengalami kesesatan di persimpangan jalan asing yang tidak dia kenal. Sedang, Adhitya, dia adalah satu dari puluhan pria yang bisa menghibur Mirei tetapi untuk kali ini, dia memilih membiarkan cewek itu menangis di dalam sudut ruang kamarnya yang redam cahaya.
Lagunya masih mengalun, petikan lirik yang kedengarannya sahut menyahut mengisi ruangan di mana Mirei berada sekarang.
Lagu itu berawal lagi dari detik pertama.

Jangan tanyakan perasaanku.
Jika kau pun tak bisa beralih.
Dari masa lalu yang menghantuimu.
Karena sungguh ini tidak adil.

Adhitya memegang kenop pintu, siap untuk menjadi sasak kemarahan Mirei jika dia tetap membuka pintu itu. Tetapi, kadang, Adhitya memang keras kepala. Dia tidak perlu pusing memikirkan itu karena saat pintu berderit dan terdorong ke dalam, Mirei tidak bereaksi seperti yang dia pikirkan. Cewek itu hanya termenung, berdiri di dekat jendela balkon yang tidak bisa dia buka karena rusak.

Adhitya melihat kedua mata itu sembab tetapi sudut bibirnya terlihat naik saat kedua mata samar datar milik Adhitya menangkapnya. "Mau liat gue main gitar?" tanya Adhitya, memperlihatkan sebuah gitar yang dia bawa dan jemari-jemari yang nyaris semua buku-bukunya dibalut perban tipis.

"Tapi, lagu ini."
"Oke." Adhitya duduk di sofa, menghadap pada Mirei. Mulai memetik senar gitar itu perlahan, mulai masuk ke nada yang sama dengan lagu yang terputar. Tidak disangka, Mirei ikut bernyanyi.

Bukan maksudku menyakitimu.
Namun tak mudah tuk melupakan.
Cerita panjang yang pernah kulalui,
Tolong yakinkan saja raguku.

Adhitya tersenyum samar. Tidak ada maksud mengejek suara Mirei yang agak sumbang karena cowok itu sangat yakin pasti dia habis menangis sebelumnya. Tetapi, lagu ini, sangat menggambarkan mereka. Adhitya ingin melupakan sosok yang melukainya, begitu juga dengan Mirei. Namun, seperti interpretasi lagunya—melupakan memang bukan sesuatu yang mudah.

Tidak akan mudah sampai kapanpun.

Lagunya, membuat Adhitya ingin menyanyi. Meskipun, Adhitya tidak benar-benar suka dengan lagunya. Tetapi, Mirei mendorongnya untuk ikut bernyanyi.

Pergi saja engkau pergi dariku.
Biar kubunuh perasaan untukmu
Meski berat, melangkah, hatiku, hanya tak ingin terluka.
Beri kisah kita sedikit waktu, semesta mengirim dirimu untukku.
Kita adalah rasa yang tepat, di waktu yang salah.

'Ini hanya lagu' pikir Adhitya. Serupa dengan Mirei yang beranggapan demikian. Malam itu adalah malam yang gelap. Udara mendingin, angin meradang bertiup pelan masuk lewat celah-celah ventilasi udara kamar. Namun, perasaan mereka seakan menguat. Menuju arah yang tidak tentu. Atau mungkin saja, arahnya tepat, dengan kecepatan tertentu hanya saja... waktunya yang tidak siap untuk menguatkan perasaan mereka masing-masing.

-sekian Kisah Malam 01

▪︎▪︎▪︎
《Diketik pada 23.17 - 22 09 2020》

-pertama maaf karena tiba tiba cuma update ini.
Kedua, ini cuman selingan aja. Mungkin, detailnya ada nanti. Iya, nanti.
Ketiga, semoga ada yang menunggu kisah ini.
Keempat, kalian bisa tidur nyenyak karena aku tidak akan menyerah di sini.
Terakhir, chapter baru akan secepatnya terbit so, tungguin aja.

Night,
Rin

Beyond The Memories [Tunda] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang