Jilbab Dulu atau Akhlak Dulu?

31 0 0
                                    

Pertanyaan ini terdengar klise memang. Namun bagi saya selalu saja menarik untuk diperbincangkan dan direnungkan.

Beberapa orang bilang, "Jilbabin dulu aja hatinya (perbaiki akhlak), nanti juga lama-lama kepalanya dijilbabin."

Beberapa lainnya bilang, "Pakaiannya dulu dong, baru akhlaknya."

Setiap orang bebas untuk berpendapat. Toh ini adalah ranah privasi. Maksud saya, apapun pilihan yang diambil itu adalah urusan personal dengan Allah swt.

Jadi di sini, saya mencoba menyampaikan pendapat. Yang namanya pendapat, tidak selalu benar. Bahkan juga bersifat subyektif. Karena pengalaman dan pemikiran tiap orang berbeda-beda. Tapi semoga sedikit pendapat ini bisa membawa manfaat.

Mau setuju atau tidak tentu tidak masalah. Selama itu tidak melanggar apapun dan tidak merugikan pihak manapun.

Sebelumnya, saya akan menggunakan analogi begini. Ketika kita di masa kecil mengenakan pakaian ala pahlawan, superman atau power rangers misalnya, apa yang kita rasakan? Kita akan lebih percaya diri. Merasa seperti menjadi pahlawan sungguhan yang siap menumpas kejahatan.

Ketika kita mengenakan pakaian sobek-sobek, kucel dan kumel, apa yang kita rasakan? Yang pasti minder. Nggak PD ketemu orang. Ada perasaan malu.

Ketika kita berpakaian bersih, wangi, necis, apa yang kita rasakan? Percaya diri meningkat. Tidak malu bertemu siapapun.

Secara umum, semua pertanyaan itu jawabannya begitu bukan?

Nah sekarang bandingin, misal perempuan berjilbab lebar, kira-kira dengan pakaiannya itu, dia akan memilih ke pengajian atau ke diskotik?

Ketika seorang perempuan muslimah, tidak berjilbab, pakai celana pendek dan ketat, kira-kira apakah dia akan PD menghadiri pengajian?

Secara alam bawah sadar, apa yang kita kenakan akan mempengaruhi apa yang kita lakukan.

Jadi pertanyaan, apakah jilbab dulu atau akhlak dulu? Keduanya bisa saja berjalan bebarengan dari sedikit demi sedikit.

Tapi saran saya, jika mau menjadi lebih baik cobalah dimulai dari berjilbab.

Karena yang namanya akhlak, tidak ada seorangpun (kecuali Rasulullah) yang benar-benar memiliki akhlak sempurna. Jadi memperbaiki akhlak adalah pelajaran dan kegiatan seumur hidup.

Kalau ada orang berjilbab terus berbuat kesalahan, apa iya yang salah jilbabnya?

"Kan dia sudah berjilbab, kok begitu?"

Setiap orang adalah tempatnya salah dan khilaf. Tidak peduli dari agama apa, bagaimana pakaiannya, apa kedudukannya, de el el.

Tapi setidaknya, jika seseorang berusaha berjilbab maka semoga itu adalah satu langkah yang bisa membuatnya lebih baik.

Bagaimana jika seseorang akhlaknya baik, tapi tidak berjilbab? Ya kembali ke tadi. Berjilbab atau tidak adalah urusan personal dengan Allah.

Tugas kita adalah berbuat baik dan mendoakan kebaikan bagi orang lain, bukan menjustifikasi pilihan hidup orang lain. Bahkan jika bisa, kita menjadi teladan dengan jilbab yang dikenakan. Siapa tahu bisa menginspirasi orang lain dan tergerak hatinya untuk berjilbab.

Ohya dan satu lagi, anjuran ini hanya berlaku bagi para perempuan saja ya. Yang laki-laki tidak usah jilbaban. Hehe.

Yuk Menebarkan Kebaikan🙏

Don't Be Sad Allah Is With UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang