HB | 45 - Sadar

131 6 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

...

Cinta itu berlabuh setelah penantian panjang.

( • • 📝 • • )

"Non Jasmime, kami mendapatkan info bahwa Ar-Rangga Al-Fathir dan Erisya Salsabilla Az-Zahra telah melaksanakan pernikahan di rumah sakit Islam Sentosa pukul 20.35 WIB tepat setelah Erisya menjalankan operasi."

"BAGAIMANA BISA?" Amarah Jasmime sudah di ujung tanduk. Di genggamnya erat pagar balkon kamarnya itu hingga telapaknya memerah. "Perempuan itu benar-benar telah merebut Angga dari gue. Akan gue habisin dia, lo boleh pergi."

"Maaf nona, satu lagi. Anak buah kita tidak bisa di bebaskan dengan bersyarat, mereka akan di hukum 10 tahun penjara. Untung saja nona berhasil kabur dari kejaran polisi itu."

"Akan gue urus nanti."

Tangan kanan Jasmime mengangguk lalu pergi dari hadapan Jasmime. "Jika gue gak bisa dapatin Angga maka tidak ada siapapun yang juga dapatin dia, termasuk lo Erisya."

( • • 📝 • • )

Usai Rangga melaksanakan sholat subuh, dia masih setia menemani sang istri yang masih belum menunjukkan tanda-tanda akan bangun dari komanya. Digenggamnya dengan erat tangan yang sudah halal baginya. Rangga menyadari bahwa takdir Allah begitu luar biasa untuk kehidupan nya. Perjalanan yang di lalui tidak mudah maka itu Allah berikan hadiah dari perjalanan nya tersebut. Erisya hadir untuk melengkapi hidupnya, menjadi tulang rusuk yang selama ini dia nantikan.

Setelah ijab qobul yang diucapkan kemarin, maka semua yang ada pada Erisya baik kekurangan ataupun kelebihan nya harus diterima oleh Rangga. Karena dia sudah memilih, maka sudah seharusnya dia juga menerima dengan lapang dada. Tangan itu akan selalu dia genggam dimanapun dan kapanpun, kedua mata itu akan selalu menjadi tempat yang meneduhkan dikala dia lelah, lalu tubuh itu akan selalu menghangatkan dirinya ketika dia butuh pelukan Erisya. Kini semuanya halal baginya.

"Kamu masih gak mau bangun, Sya? Aku enggak capek kok nunggu kamu bangun, tapi aku kangen banget."

Rangga menelungkup kepalanya di antara genggaman tangan mereka. Sesekali kecupan lembut hadir di sana. Rangga merasakan ketenangan dengan posisinya saat ini, hingga tak sadar dia terlelap dalam posisi yang sama.

Terlelapnya Rangga membuat dia tidak sadar bahwa mata yang dihiasi bulu mata lentik milik seseorang yang dia nantikan bangunnya membuka perlahan. Berkali-kali mata itu mengerjap menyesuaikan cahaya yang masih terasa asing baginya. Setelah matanya menangkap dengan jelas, dia melirik kearah sesuatu yang berat di tangan nya. Betapa terkejutnya dia ketika menemukan Rangga yang tertidur di tangannya.

Hijrah Bersamamu (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang