The Truth

249 35 10
                                    

Pagi hari cuaca tidak begitu baik. Langit mendung dan mulai menitikan gerimis. Luhan menatap kosong keluar jendela sambil menopang dagunya. Ia kembali merenungi nyawanya yang hampir hilang karena nekad mengambil gelang pemberian Sehun.

'Pasti ada alasan kenapa Tuhan masih memberikan aku jalan untuk tetap hidup.'

Kelas ramai dengan para siswa yang mulai berdatangan. Termasuk Chanyeol yang langsung menghampiri Luhan.

"Hei, bagaimana keadaanmu?"

Luhan melihat kantung mata Chanyeol menghitam, menandakan kalau pemuda itu kemungkinan begadang semalaman.

"I'm good. Terima kasih untuk tripnya kemarin. Pantainya bagus. Sayang sekali hujan deras dan aku merepotkan kalian. Padahal aku masih penasaran dengan hutannya."

Chanyeol tau gadis itu berbohong. Selalu begitu, sudah berapa lama teman perempuannya ini menyimpan sakit hati yang dalam sama sepertinya?

"Ada yang ingin aku katakan.."

Entah mengapa Luhan merasa Chanyeol ingin mengatakan sesuatu yang ia takutkan.

"Nanti saja ya, aku mau ke toilet sebelum jam masuk. Bye..."

Luhan berlalu begitu saja dengan setengah berlari. Chanyeol menghela napas dan duduk di kursinya, ia mengeluarkan ponselnya untuk melihat apakah Baekhyun masih belum memberinya kabar setelah trip kemarin.

.

.

Sehun melamun di tempat yang banyak siswa katakan angker. Sebuah gudang yang di penuhi perbotan tak terpakai. Sudah ia rapikan sedikit, saat mendapat hukuman karena tertangkap tidur di dalam kelas.

"Aku sedang tidak ingin berdebat." kata Sehun yang menangkap kehadiran Baekhyun.

Gadis itu melangkah perlahan mendekati Sehun. Ia bersandar pada sebuah lemari tua berisi tumpukan map berdebu. "Mau sampai kapan kita menghindar?"

"Ini semua sudah terlanjur salah dan ayo kita perbaiki." Baekhyun masih belum menyerah dengan pikirannya.

"Jika kau tidak mengkhianatiku waktu itu. Ini semua tidak akan terjadi Byun Baekhyun. Aku harap kau berhenti terus menyudutkanku soal ini. Kau terus menyerangku karena kau tau aku masih mencintaimu."

Baekhyun tentu tidak lupa saat dimana ia melihat betapa emosinya seorang Sehun kala itu. Sorot matanya sangat tajam dan rahangnya terlihat mengeras. Pesis seperti seekor serigala yang ingin menerkam mangsanya.

Terjadi keributan besar dua pemuda berbadan tegap yang ingin menunjukan siapa yang kuat diantara mereka. Saat itu Baekhyun masih kekasih Sehun, mereka baru beberapa bulan menjalani hubungan yang hambar. Sehun yang populer karena pandai bertarung dan Baekhyun yang sangat populer karena siswi wanita di sekolah Teknik bisa di hitung dengan jari.

Semua orang menyukai mereka, sampai akhirnya Baekhyun memberanikan diri untuk menyatakan perasaannya pada Sehun dan mereka pun pacaran. Singkat? Ya, tak ada banyak pilihan untuk seorang pemuda petarung handal yang mulai di pojokan karena tidak memiliki gadis di sisinya, setidaknya itulah alasan awal ia menerima Baekhyun.

Lambat laun, perhatian dan kasih sayang dari gadis itu membuat Sehun menyerah, lalu menerima keadaan. Terlebih lagi masa lalu Baekhyun yang di penuhi kenangan buruk, membuatnya cukup simpati.

Hati Sehun yang lemah karena perasaannya akhirnya menerima kembali Baekhyun meskipun hubungan mereka tidak bisa lagi seperti sebelumnya. Sehun tidak bisa sepenuhnya mempercayai kekasihnya seperti dulu.

"Jadi benar kan, kau sudah tidak lagi mencintaiku dan kau lebih memilih Luhan!"

Baekhyun mengatakannya dengan tangan terkepal saking kesalnya. Ia haru membuat Sehun tetap memilihnya.

Sehun melihat Luhan pertama kali berjalan dengan peluh yang membasahi pipi. Di siang cerah di sebuah konser sederhana penggalangan dana yang di adakan sebuah Yayasan (terdiri dari beberapa sekolah).

Dengan rambut yang di ikat, gadis itu cekatan membawa beberapa tumpukan kardus berisi barang yang akan di jual untuk mengumpulkan dana sumbangan.

Sehun yang tidak begitu menyukai keramaian, seperti tertarik oleh daya pikat gadis yang selalu tersenyum meskipun telah bekerja sekeras itu.

Matanya terus memperhatikan pergerakan gadis itu dan ia memberanikan diri menghampiri stan, dimana Luhan sedang berjaga disana.

Dengan gaya yang kikuk Sehun membeli beberapa barang dan terpesona dengan Luhan. Ia melihat nametag yang menggantung di leher jenjang gadis itu dan mengingatnya. Ia baru merasakan cinta pada pandangan pertama yang sesungguhnya.

"Aku mengenalmu hanya beberapa bulan sebelum aku melihat Luhan dan kau yang merusak semuanya." Sehun memilih pergi dari sana dan kembali ke kelas. Ia sadar sudah melewati tujuh belas menit jam pelajaran bahasa inggris.

Cinta masa SMP yang membuatnya begitu frustasi. Sejak ia sangat tertarik dengan Luhan, ia mengabaikan Baekhyun. Hal itu justru memancing tindakan nekad Baekhyun yang hampir mati karena menabrakan diri ke sebuah truk besar pada tengah malam.

Ya, entah apa yang ada di pikiran gadis itu. Alhasil, Sehun tidak bisa sembarangan mengambil tindakan. Baekhyun sangat sensitif dan ambisius. Ia tidak bisa semata-mata hanya memikirkan cintanya pada Luhan akan berjalan mulus seperti remaja pada umumnya.

.

.

"Luhan, aku benar-benar harus bicara denganmu." Chanyeol mengekori gadis itu yang terus menghindarinya.

Luhan menyerah dan akhirnya mereka mengambil tempat di taman sekolah. Suasana sudah sepi di temani langit mendung yang tak tau kapan akan menurunkan hujannya. Mereka berharap tidak turun deras saat sedang mengobrol.

"Jika ini soal Sehun, aku tidak ingin mendengarnya." Manik Luhan terlihat berkaca-kaca. Saat itulah Chanyeol merasa yakin kalau dugaannya benar, selama ini Luhan menyimpannya sendiri.

"Sejak kapan kau mengetahuinya?" Tanya Chanyeol.

Pemuda itu harus menunduk untuk melihat Luhan yang sepertinya mulai terisak.

"Ini menjadi urusanku karena Baekhyun juga terlibat."

Luhan tentu tidak lupa kalau ia ikut campur dalam hal menjodohkan sahabat barunya dengan Baekhyun yang dulu ia ketahui adalah sahabat dari Sehun.

"Kau hanya akan membuatku membenci Sehun kan. Ku mohon jangan..." Air mata itu tumpah. Chanyeol jelas dapat melihatnya di kedua manik indah itu.

"Ini hanya akan menyakiti perasaan kita Luhan. Kenapa kau menyimpannya sendiri selama ini?"

Chanyeol masih tidak habis pikir dengan cara Luhan bertahan dari semua permainan ini. Mereka berdua seperti orang bodoh yang menjadi boneka dalam sebuah hubungan.

"Aku tidak peduli apakah Sehun mencitaiku atau tidak. Tapi, yang jelas, aku sangat mencintainya." Kata-kata yang terdengar klise ketika kita mendengarnya dari seorang gadis SMA.

"Apa kau sudah mengetahuinya sudah lama, makanya kau menjodohkanku dengan Baekhyun?"

Wajar jika Chanyeol berpikir seperti itu.

"Tidak, bukan begitu. Aku baru mengetahuinya belakangan ini. Selama ini aku hanya mendengar gosip tanpa tau fakta yang sebenarnya. Aku sama sekali tidak ada niatan menjebakmu."

Chanyeol menepuk bahu Luhan, menyingkirkan rambut yang menghalangi wajah manis itu. "Sampai kapan kau akan berpura-pura?"

Luhan mengatur napasnya karena terisak. Ia menatap Chanyeol yang berbadan jauh lebih tinggi darinya. "Sampai Sehun mengatakan bahwa dia tidak mencintaiku."

T B C

I Love The Way You LieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang