Dear Luhan

286 33 11
                                    

"Sehun, pulanglah." Titah Luhan untuk menghentikan pertengkaran di antara mereka.

"Bersyukurlah aku tidak menghajarmu lagi, Park Chanyeol!" Sehun membanting pintu mobilnya, ia menatap Luhan untuk sekedar pamit.

Chanyeol mengekori Luhan masuk ke dalam rumah. Lagi, keadaan sepi karena yang lain sedang beraktivitas di luar rumah. Luhan duduk sambil berusaha rileks sejenak.

"Kau masih bertahan dengannya?!" Matanya Chanyeol melotot karena sudah menduga jawaban gadis di hadapannya.

"Aku memintanya untuk memberiku waktu dan aku menyuruhnya membereskan semuanya."

Pemuda itu menghela napas berat karena kecewa dengan pilihan Luhan. Gadis itu seperti selalu saja berkorban dan sakit hati.

"Tapi Luhan..."

"Hubungan kami tidak akan sama seperti dulu. Jadi kau tenang saja."

Chanyeol hanya berharap segala kemungkinan terburuk tidak akan terjadi. Ia begitu menyayangi Luhan yang memiliki ketulusan lebih dari gadis pada umumnya.

Cara ia menceritakan sosok Sehun, membuat orang lain pasti akan berpikir kalau pemuda itu sangat penyayang dan mencintai Luhan. Itulah yang dulu membuat Chanyeol berpikir Luhan sudah menemukan orang yang tepat.

"Baiklah, aku pulang dulu. Jika, kau butuh sesuatu, jangan lupa kabari aku."

.

.

Chanyeol memasuki rumahnya dan langsung mendengar suara TV menggelegar dari ruang tengah. Ia sudah dapat menebak siapa pelakunya.

"Apa kau ini tuli?!" Bentak Chanyeol pada sepupunya yang sedang bersantai di sofa dengan semangkuk camilan di atas perut.

"Hei, kau sudah pulang." Sahut pria itu santai.

Chanyeol yang kesal pun memutuskan untuk naik ke kamarnya dari pada bertengkar dengan orang macam sepupunya.

"Oh ya, bibi menyuruhmu membeli tiket pesawat online untuk berangkat pulang kampung!!!"

Chanyeol kembali turun untuk memastikan yang baru saja ia dengar. "Siapa yang akan pulang kampung?"

Soohyun akhirnya mematikan TV dan menegakan posisi duduknya. "Paman, bibi, dan aku."

"Hanya kalian bertiga?"

"Percayalah Park Chanyeol, orang tuamu tidak akan pernah mengizinkanmu bolos sekolah hanya untuk melihat hasil kebun di kampung."

Kabar baiknya ia dapat bebas melakukan apa pun selama di rumah, menggunakan kendaraan, dan pulang larut malam.

YEAY!

Tubuhnya belum berganti seragam, karena kasur itu sangat menggoda untuk di tiduri. Sambil menghela napas lega, ia memejamkan mata.

Tangannya meraih gitar yang selalu bersandar di tepi tempat tidur. Ia memetiknya sesuai dengan bayangan nada di otaknya.

Dia mungkin tidak terlihat sekacau Luhan. Tapi, kalau boleh jujur, hatinya masih sakit ketika mengingat cinta masa SMA nya di nodai oleh perselingkuhan.

Pertama kali melihat Baekhyun, jantungnga berdegub ribuan kali lebih cepat dari biasanya. Darahnya berdesir panas, tangannya bergetar dan mulutnya seperti menganga.

Terdengar berlebihan?

YA!

Terserah, yang jelas Chanyeol belum bisa melupakan Baekhyun begitu saja. Gadis itu terlalu spesial di hatinya.

I Love The Way You LieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang