Halooo i'm back, aku lupa belum kasih behind the story di cerita ini hehehe. Oke yuk langsung kita bahas😉
Jadi, cerita Karunia di seperempat abad ini mengusung tema 'Quarter Life Crisis (QLC)' atau krisis di seperempat abad.
Apa sih Quarter Life Crisis itu?Menurut Fischer (2008) quarter-life crisis adalah perasaan khawatir yang hadir atas ketidakpastian kehidupan mendatang seputar relasi, karier, dan kehidupan sosial yang terjadi sekitar usia 20-an.
(Fischer, K. (2008). Ramen noodles, rent and resumes: An after-college guide to life. California: SuperCollege LLC.)Nash dan Murray (2010) mengatakan bahwa yang dihadapi ketika mengalami quarter-life crisis adalah masalah terkait mimpi
dan harapan, tantangan kepentingan akademis, agama dan spiritualitasnya, serta kehidupan pekerjaan dan karier.
(Nash, R.J., & Murray, M.C. (2010). Helping college students find purpose: The campus guide to meaning-making. San Francisco, CA: Jossey-Bass)Nah, sesuai judulnya, dalam cerita Karunia di Seperempat Abad ini aku ingin memberi gambaran seperti apa sih kondisi QLC itu yang divisualisasikan lewat karakter 'Karunia' dimana dia banyak mendapat tekanan dari orang-orang terdekatnya, belum memiliki kepastian karier, adanya 'kesenjangan' antara harapan dengan kenyataan, yang mana semua itu secara tidak langsung berdampak pada psikologisnya. Kalau kalian sadar, Karunia itu lebih banyak memendam perasaannya.
Lalu ada juga nih karakter mamanya Karunia yang bikin heboh karena perilakunya berasa kayak ibu tiri😂
Nah lewat karakter mamanya Nia ini aku ingin menyampaikan pesan kepada para orang tua kalau gak apa-apa kok punya harapan terhadal anak, gak ada salahnya ingin dibanggakan oleh anak karena setiap orang pada dasarnya memang memiliki kebutuhan penghargaan (kalian bisa baca teori hierarki kebutuhan Maslow) tapi harapan itu sebaiknya tidak sampai memaksakan keadaan.Kuharap sebagai orang tua, sebelum kita meminta anak untuk menjadi A, B, C, D, kita bisa kenali dulu potensi apa yang dimiliki sama anak kita. Misal, kamu mau anakmu jadi dokter tapi anakmu fobia darah ya gak bisa doong. Jangan dipaksa. Alih-alih memaksakan sesuatu yang tak bisa dilakukannya, lebih baik kita kembangkan potensi yang ada. Misal ternyata anak kita suka makeup. Ya gak masalah, jangan dibilang centil atau gak ada gunanya bersolek doang. Tapi ajari jenis2 makeup itu ada apa aja, biasanya orang pakai makeup buat kemana, teknik pengaplikasiannya gimana. Siapa tahu nanti anak kita jadi beauty influencer, atau makeup artist, dll. Jangan remehkan sekecil apapun potensi yang dimiliki anak karena bingkai yang cantik juga butuh paku yang kecil untuk membuatnya terpajang dan dapat dipandang oleh banyak orang. Sesuatu yang kecil bukan berarti tak berguna.
Di sisi lain, dari sekian banyaknya hal tidak menyenangkan yang Karunia alami, aku juga ingin menunjukkan kalau pengalamannya menghadapi QLC merupakan karunia/nikmat dari Tuhan karena melalui hal itu Karunia belajar banyak hal yang menjadikannya dewasa dan bijak dalam mengambil keputusan ke depannya. Sama seperti belajar matematika, semakin banyak kamu mendapat persoalan semakin kamu menguasai rumus-rumus untuk memecahkan persoalan itu dan semakin banyak rumus yang kamu tahu semakin kamu paham bahwa ada banyak jalan yang berbeda utuk memperoleh sebuah hasil yang sama.
Dalam hidup juga seperti itu. Tujuan kita pada akhirnya itu sama, kembali pada-Nya. Tapi bagaimana kita menjalani hidup ini, rumus apa yang kita gunakan untuk melewatinya, itulah yang membedakannya.
Lewat cerita ini juga harapanku setelah kalian membacanya, kalian jadi lebih aware tentang kesehatan mental. Ketika kalian menemui seseorang yang sedang kacau kesehatan mentalnya, kuharap kalian bisa ikut membantunya untuk bangkit. Atau jika tidak bisa, kuharap setidaknya kalian tidak memberi judge negatif terhadapnya.
Berdasarkan hasil penelitian Habibie, Syakarofath, dan Anwar (2019) mengenai Peran Religiusitas terhadap Quarter-Life Crisis (QLC) pada Mahasiswa diperoleh hasil bahwa Religiusitas berperan bagi individu di dalam menghadapi masa quarter-life crisis. Pengaruh religiusitas terhadap quarter-life
crisis sebesar 3,4% sedangkan sisanya sebesarnya 96,6% di luar dari religiusitas yang berasal dari faktor internal maupun
eksternal seperti pengalaman pribadi, moral, faktor emosi dan afeksi, serta faktor kapasitas intelektual, kondisi sosial
dan lingkungan, tingkat pendidikan, tradisi dan budaya serta tuntutan hidup sehari-hari.
(Habibie, A., Syakarofath, N.A., & Anwar, Z. (2019). Peran religiusitas terhadap quarter-life crisis (QLC) pada mahasiswa. Journal 0f psychology 5(2) 129-138. doi: 10.22146/gamajop.48948)Jadi kalau boleh kuartikan, religiusitas memang memiliki pengaruh terhadap QLC, tapi jika dilihat dari besaran pengaruhnya yang senilai 3,4% artinya masih lebih banyak faktor lainnya yang mempengaruhi QLC.
Jadi ketika ada seseorang yang galau, atau bahkan depresi saat menghadapi QLC, jangan langsung mengambil kesimpulan kalau orang tersebut 'kurang ibadah', salahnya sendiri kurang dekat sama Tuhan hingga batinnya tak tenang. Sekarang, gimana kalau seandainya orang tersebut sudah rajin ibadah dari pagi sampai pagi lagi tapi dia selalu dapat tuntutan/tekanan dari orang-orang di sekitarnya yang akhirnya membuatnya merasa 'tak berharga', atau gimana kalau misalkan dia memang memiliki gangguan psikis bawaan? Lantas apa masih ibadahnya juga yang disalahkan?Kita gak bisa kontrol mulut orang lain jadi lebih baik kita kontrol milik kita sendiri. Setelah membaca cerita ini harapanku kita semua sama-sama lebih berhati-hati dalam menilai seseorang karena kita gak pernah tahu seperti apa pergolakan batin yang sedang dimiliki orang tersebut. Orang yang kelihatannya jutek, bisa aja sebenarnya dia lagi serius mikir sehingga tanpa sadar raut wajahnya jadi terlihat jutek. Kalau sudah ngomongin tentang 'manusia' gak akan ada habisnya deh. Karena manusia itu makhluk yang paling sulit ditebak isi kepalanya.
Akhir kata, lewat cerita ini kuharap kita bisa sama-sama saling memahami bahwa setiap hal yang terjadi dalam hidup kita pasti akan selalu ada hikmahnya. Entah itu positif atau negatif yang pasti keduanya akan membuka jalan pikiranmu. Untuk kalian yang pernah atau sedang merasakan dilema di perjalanan hidup kalian, ayo tetap semangat. Jika lelah, istirahat. Jika bosan, bermain sebentar. Tapi jangan menyerah dan berhenti karena pintu yang sedang kalian tuju mungkin sebentar lagi akan tercapai. Jika kamu berhenti maka selamanya pintu itu takkan tergapai. Jadi, ayo terus melangkah💪💞
Terima kasih untuk kalian yang mengikuti cerita-ceritaku. Semoga kalian selalu dilimpahi dengan berkah kesehatan, keselamatan, dan kebahagiaan. Luvv uuu!!
Thanks for reading💞
Much love,
Asty K
KAMU SEDANG MEMBACA
Karunia di Seperempat Abad (E-book)
General Fiction[Tersedia di google play store] Link: https://play.google.com/store/books/details/Atyampela_Karunia_di_Seperempat_Abad?id=XshdEAAAQBAJ Pandangannya terkait dunia mulai berubah sejak Karunia Miderlani memasuki usia seperempat abad. Karunia tak pernah...