Pertemuan

160 11 11
                                    

"Aku rasa pertemuan kita bukan sebuah kebetulan, tapi sebuah takdir"

_He is My Teacher_

Anindira Arabella seorang gadis 18 tahun yang cantik dan cerdas. Ia dikenal sebagai kutu buku yang paling cantik di SMA nya. Lekuk tubuhnya yang profesional dan wajahnya yang memikat para kaum adam, dari berbagai tingkatan bahkan para guru yang masih muda.

Apalagi kedekatannya dengan Pak Gilang yang sudah menjadi rahasia umum warga sekolah, Guru ganteng itu sering terlihat sedang membonceng Anindira dengan motor besarnya.

Walaupun pada kenyataannya Anindira sangat membenci Pak Gilang, tapi ia mencoba untuk menyembunyikannya. Karena selain Beliau adalah guru olimpiade nya Beliau juga memiliki koneksi dengan perusahaan Ayahnya.

Kedekatan mereka berawal ketika Anindira mengikuti sebuah olimpiade matematika yang dibimbing langsung oleh Pak Gilang. Anindira memang sering mewakili sekolah untuk sebuah olimpiade matematika di berbagai tingkatan.

Serajin rajinnya seorang Anindira hari libur adalah hari yang paling ia nanti. Seperti kali ini. Libur menjelang tahun ajaran baru telah dimulai, Ia berencana untuk berlibur ke rumah orang tuanya yang berada di luar kota.

Pagi ini Anindira telah siap di stasiun kereta api, berdiri dengan sebuah komik ditangannya. Pandangannya lurus memandangi setiap orang yang berlalu lalang didepannya.

"Maaf" ucap seorang pria yang baru saja menabrak bahunya daei belakang

Anindira menatap pria didepannya seakan tersihir oleh wajah tampan pria itu. Matanya tak berkedip, jantungnya sudah maraton di dalam sana.

"Ini milikmu?" tanya pria itu menunjukkan sebuah komik doraemon, dibalas gelengan oleh Anindira yang masih terfokus pada wajah tampan itu, namun sedetik kemudian Anindira sadar dan langsung mengangguk mengambil komiknya yang masih tersegel rapi.

Rasanya Anindira ingin meleleh saat senyuman terbit dari wajah manis pria dihadapannya itu.

Suara announcer yang sedang mmbacakan pengumuman membuyarkan adegan antara Anindira dan pria tampan yang tak sengaja menabraknya.

Setelah beberapa saat kereta sampai Anindira dan puluhan orang lainnya berhilir memasuki setiap gerbong kereta. Anindira duduk didekat jendela merapikan barang bawaannya.

"Wah kebetulan sekali, kita bertemu lagi" sapa seseorang dengan suara baritonnya kepada Anindira yang masih ribet dengan tasnya.

Anindira menoleh dikursi sampingnya yang semula kosong kini sudah duduk seorang pria yang tak asing lagi. Ya, pria yang menabraknya tadi.

"Ohiya, maaf untuk tadi" Ucap pria itu pada Anindira yang mungkin masih terkejut dengan keberadaan pria tampan disampingnya

"Ehh, i-iya ng-nggak papa" jawab Anindira terbata bata

"Kamu suka komik?" tanya pria itu melihat komik doraemon yang sendari tadi dipegang Anindira.

Anindira kembali mengangguk dan langsung menggeleng. Melihat kelabilan yang Anindira lakukan pria itu hanya tersenyum.

"A-aku nggak suka komik" jawab Anindira sambil memasukkan komik itu di dalam tasnya.

"Lalu untuk apa itu?" tanya pria itu lagi dengan terus menyungging senyum manisnya

"hadiah, hadiah untuk anaknya ART aku" jelas Anindira.

"Jangan gugup, nggak pernah liat orang setampan aku ya?" pria itu terkekeh, "Santai aja" lanjutnya

"Ternyata kamu orangnya pd juga ya?" Anindira terkekeh diakhir kalimatnya begitu juga pria itu yang tiba tiba mengulurkan tangan

"Devaro Danendra" ucap pria itu memperkenalkan dirinya sebagai Devaro Danendra. Anindira menyambut uluran tangan Devaro ragu ragu, namun akhirnya ia juga memperkenalkan diri, "Anindira Arabella"

He is My TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang