Mungkin rinduku yang berlebihan juga dapat membuatku celaka
-Anindira_He is My Teacher_
Hari ini Anindira akan melepas rindunya dengan kedua sahabatnya. Sudah bertahun tahun rasanya tidak bertemu, tidak bergibah bersama, dan yang paling penting mereka merindukan boba
Anindira berangkat ke moll, tempat biasa mereka huntting dengan Gurunya, yang tidak lain dan tidak bukan adalah Gilang. Pria itu sudah berada dirumahnya sejak pagi, karena memberikan beberapa soal soal untuk Anindira pelajari.
Dan karena mereka searah, Gilang menawarkan tebengan pada Anindira. 'Lumayan biar kagak keliatan jomblo jomblo amat' batin Anindira menerima tawaran Gurunya itu.
"Terima kasih Pak Gilang" Anindira tersenyum pada Gilang sebelum keluar mobil. Ia berterima kasih setelah sampai di moll dengan selamat.
Anindira turun dari mobil, diikuti Gilang yang juga membuntuti Anindira. "Loh Bapak kenapa ngikut?" tanya Anindira menyadari Gilang berjalan di sampingnya.
"Kamu pikir aku Bapakmu? Aku lebih suka kamu panggil Gilang" Kata Gilang tak terima Anindira mengubah panggilannya yang semula Gilang saja sekarang menjadi sangat formal.
"Guru itu adalah orang tua ke-dua bagi muridnya. Jadi tidak ada yang salah kalau saya memanggilnya Bapak" jelas Anindira panjang lebar kali tinggi
"Aneh aja, kamu biasanya panggil aku pakai nama" Anindira menyengir mendengar fakta buruknya dari Guru itu.
"Saya mau jadi murid yang baik" ucap Anindira, "Bapak ngapain sih kesini?" tanya Anindira kembali, mengingat pertanyaannya tadi yang belum sempat dijawab
"Mau minta imbalan karena udah nganter kamu sampai sini" Jawab Gilang membuat Anindira menyatukan alisnya heran dengan tingkah pria dewasa yang seperti ABG dihadapannya ini.
"Aduh, jangan ngadi ngadih dah pak. Temen saya mau sampai ini. Saya nggak mau mereka liat Bapak!" Benar Anindira tidak ingin kedua sahabatnya melihat dirinya dengan Gilang. Apa lagi nanti kalau orang lain yang tau, ia sudah cukup muak untuk bahan pembicaraan di sekolahnya.
"Memangnya kenapa? Toh Mereka juga undah tau kita dekat!" Gilang meraih tangan Anindira untuk di genggamnya dan hendak membawa gadis itu berjalan, namun panggilan dari seseorang membuat langkah mereka berhenti.
"Diraaa!" Tak jauh dari tempat mereka, kedua sahabat Anindira sedang berjalan mendekat.
"Pak Gilang!" Sapa Gabril dan Lala bergantian menyalami gurunya itu.
"Kalian?" Lala menatap heran pada tangan Anindira yang masih digandeng oleh Gilang.
Menyadari sahabatnya itu menatap kearah tanagnnya Anindira tersadar dan langsung melepaskan genggaman Gilang. "Kenapa?" tanya Gilang yang juga menyadari kalau Anindira melepas genggaman mereka.
Tak menjawab pertanyaan Gilang buru buru ia mencari sesuatu ditasnya, dan beberapa detik kemudian Ia memberikan beberapa uang kepada Gilang, "Ambil aja kembaliannya. Terimakasih pak!" setelah mengatakan itu Anindira berlari menjauhi pria itu sambil menyeret kedua sahabatnya.
"Heii! Kamu pikir aku tukang ojek?" Gilang tak terima dengan perlakuan muridnya satu ini yang memberikannya uang receh menyamakannya dengan tukang ojek.
Namun karena ia harus buru buru pergi ia tak begitu mempermasalahkan hal itu.
Sedangkan pelakunya, yaitu Anindira kini sedang cekikikan di tempat lain. Gadis itu senang akhirnya bisa kabur dari Guru gil* nya.
"Makan yuk" ajak Anindira yang disetujui oleh kedua sahabatnya. Mereka pun masuk kesebuah tempat makan dan memesan beberapa menu.
"Eh itu bukannya Rachel CS ya?" Gabril menunjuk 3 perempuan yang duduk tepat di meja depan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
He is My Teacher
RandomAku menemukanmu sebagai seorang pria yang menarik hatiku, dan kamu memperbolehkan aku mencintaimu. Namun pada akhirnya kamu adalah guruku, apa kamu masih mengizinkanku mencintaimu? . . . . . Cerita hasil imajinasiku sendiri Bila terdapat kesamaan na...