Setelah berhari hari menguras otak di sekolah Anindira memutuskan untuk olahraga pagi di hari libur ini. Ia sudah siap dengan perlengkapan jogingnya juga sepatu putih yang kini ia sedang kenakan.
Ponselnya berdering menampilkan nama Devaro di layarnya. Gadis itu hanya meliriknya sekilas dan segera memasukkan ponsel ke kantongnya.
Anindira memang selalu joging sendiri di taman tak jauh dari rumahnya, namun kali ini berbeda ia ditemani seseorang yang sudah menunggu di depan rumahnya.
Anindira tersenyum melihat sosok laki laki yang berdiri dengan muka masam di depan gerbang rumahnya. Eitss tpi kalian jangan salah mengira.
Laki laki itu bukan Devaro melainkan Reihan. Masalah Devaro Anindira tidak lagi ingin memikirkannya, karena belakangan ini sifatnya sedikit aneh. Dia kembali mempedulikan Anindira dan juga sering menelphonenya. Seperti barusan.
"Lain kali ngga usah ajak gue Dir! Lebih nyaman tidur tau ngga." Reihan menguap karena masih setengah mengantuk.
"Ya biarin, liat tu perut buncit banget ngga malu lu?" tangan Anindira terulur untuk meninju perut Reihan dan membuat sahabatnya itu merintih sakit. Keduanya pun berlari menuju taman.
Ditengah kesibukan sehari hari, olahraga sangat diperlukan. Banyak orang kadang menyepelekannya karena berfikir aktivitas mereka juga sama dengan olahraga. Namun tentu itu tidak baik, setidaknya 1 minggu sekali harus menyempatkan diri untuk olahraga meskipun hanya sekedar joging.
1 jam terlewat. Anindira masih mengitari lapangan sedangkan Raihan sudah tak sanggup lagi, kini ia merebahkan tubuhnya di tengah lapangan menatap terik matahari yang semakin terang. Bayang bayang yang tiba tiba datang membuat mata yang tadi terpejam langsung terbangun penasaran.
"Dimana Anindira?" Suara yang masih asing itu membuat Reihan semakin penasaran, siapa gerangan yang tertiba menanyakan keberadaan sahabatnya?
"Siapa lo?" tubuh yang membelakangi cahaya matahari itu menjadi siluet, membuat Reihan tak jelas melihat sosok pria yang berdiri tegap dihadapannya.
"Dimana Anindira?" Pria itu mengulangi pertanyaannya.
Hendak Reihan menimpalinya, namun matanya terlebih dahulu melihat Anindira berjalan mendekatinya.
"Cupu lo Rei" teriak Anindira yang sudah tak terlalu jauh dari dari keberadaan Reihan juga laki laki itu.
Anindira menghentikan langkahnya seketika melihat laki laki dihadapan Reihan memutar tubuhnya menampakkan jelas sosok Devaro dengan raut muka yang tidak biasa.
"Bapak ngapain disini? Joging juga?" tanya Anindira mencoba bersikap biasa
"Dira I want you" ucap Devaro begitu saja, yang gue yakin membuat heran siapapun yang mendengarnya.
"Haa?" Anindira dan Reihan terkejut bersamaan.
"I want you" ulangnya
Anindira tertawa dengan sekali kali menepuk telinganya. "What. Uuop apa aku salah dengar?"
"No. I really want you" jelas kembali Devaro
"Sorry. My english is poor" Anindira mengira ia salah mengartikan.
"Aku menginginkanmu Anindira" mata Anindira membulat karena terkejut. Bukan bahasa inggrisnya yang salah, memang itu yang dimaksud Devaro.
"You're crazy?"
"Yes, I am"
"Are you hungrey? Wanna eat? Lets eating with us, you get free from me. No Problem. Dont sungkan with me" Anindira menggunakan kemampuan english nya yang sangat buruk itu untuk merubah topik
KAMU SEDANG MEMBACA
He is My Teacher
RastgeleAku menemukanmu sebagai seorang pria yang menarik hatiku, dan kamu memperbolehkan aku mencintaimu. Namun pada akhirnya kamu adalah guruku, apa kamu masih mengizinkanku mencintaimu? . . . . . Cerita hasil imajinasiku sendiri Bila terdapat kesamaan na...