Bimbingan

32 4 0
                                    

Cinta tak selalu berarti memiliki tapi kadang cinta memaksa kita untuk saling melupakan. Namun bagaimana kita bisa melupakan jika otak tercipta untuk mengingat bukan untuk melupakan?

_He is My Teacher_

"Ini semua salahmu!" suara Anindira lantang pada Gilang yang kebingungan dengan sikap Anindira hari ini.

Mereka berdua kini sedang berada di roof top yang memang selalu sepi. Wajah Anindira terlihat kesal sekali menatap tajam kearah Gilang yang berdiri di depannya.

"Kenapa tak memberi tahuku?" Tanya Anindira sambil memukul dada Gilang

"Auu" Gilang langsung menghindari saat tangan Anindira hendak memukulnya kembali.

"Kalo mau bales dendam nggak kek gini caranya!" Anindira terus berusaha memukuli pria di depannya.

"Anindira! Sakit" Gilang meraih kedua tangan Anindira, ia genggam erat walaupun sang punya tangan terus memberontak

"Kamu kenapa? Cemburu sama aku? Ya ampun Dira, aku dan Bu Arma itu cuma sahabat" Mendengar Gilang berbicara melantur Anindira menendang kaki kiri Gilang dengan kaki kanannya.

"Auu" Keluh Gilang kesakitan. Sangat sulit menghadapi gadis seperti Anindira

"Bukan itu!" teriak Anindira, "Devaro" Lanjut Anindira.

Untuk beberapa detik mereka saling terdiam. Tak ada yang tahu harus berkata apa. Gilang juga baru ingat, Ia lupa memberi tahu Anindira tentang Devaro yang mengajar di sana.

"I-itu. Maaf" Gilang melepaskan genggamannya pada tangan Anindira.

"Apa kamu pikir maafmu bisa memperbaiki keadaan?" Anindira kembali melayangkan pukulan pada lengan Gilang

"Keadaan seperti apa yang ingin kamu perbaiki?" Gilang bertanya

Anindira bingung, Gilang benar, keadaan seperti apa yang Ia maksud? Ia bahkan tak dapat menyalahkan siapapun atas hal ini.

Anindira menundukkan pandangannya, Ia menangis. "Aku harus apa?" Ucap Anindira disela tangisnya.

Gilang memeluk tubuh Anindira yang gemetar. "Nikah saja denganku" Ucap Gilang

Anindira hendak melepaskan pelukan Gilang namun tubuhnya didekap rapat oleh Gilang. Ia pun menendang lagi kaki Gilang.

Kali ini bukan hanya Gilang yang merintih kesakitan namun juga Anindira kaki yang ia gunakan untuk menendang tepat dibagian lukanya.

"Auu, jahitannya?" jerit Anindira

Gilang baru sadar jika kaki Anindira baru saja dijahit namun kenapa gadis itu mengenakan sepatu?

Buru buru Gilang melepas sepatu Anindira dan membuangnya asal. "Kamu bodoh! Kakimu terluka kenapa mengenakan sepatu?" Gilang berucap tegas.

Gilang mengenakan sendalnya pada kaki Anindira. "Jangan memikirkan Devaro lagi! Olimpiademu sebentar lagi" ucap Gilang kemudian

"Kamu tau seberapa bencinya aku dengan guru sekarang?" ucap Anindira.

"Itu karena cinta pertamaku tak bisa aku miliki karena dia adalah guruku sendiri. Dan kini setelah 2 tahun lamanya aku mencoba untuk membuka hatiku kembali, namun lagi dan lagi aku harus merelakannya karena dia ternyata juga guruku" Ungkap Anindira dari lubuk hatinya yang selama ini ia pendam.

He is My TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang