⊱ 8┊ᴍᴏᴛᴏʀ

535 105 74
                                    

❝ ᴍᴏᴛᴏʀ ❞一一一一一一一一一一一一

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ᴍᴏᴛᴏʀ
一一一一一一一一一一一一

Pergelangan tangan Delynn ditarik paksa hingga tubuhnya terhuyung ke belakang. Terkejut luar biasa dan lega di saat yang bersamaan ketika menyadari seseorang menangkap bahunya. Diliriknya kendaraan beroda dua yang baru saja melaju melewatinya tanpa patah kata. Atensinya tertuju pada palang hitam besar dengan tiga warna lampu, lampu merah menyala. Dengan kata lain, pengendara tersebut melanggar aturan lalu lintas.

"Go-gomawo, Yeonjun-ssi," tutur Delynn terbata, tubuhnya secara refleks terkejut dengan apa yang baru saja terjadi. Tanpa diinginkan pikirannya membayangkan apa yang akan terjadi bila Yeonjun tidak menariknya. "Gapapa, lagian kenapa sih itu orang? Udah hampir nabrak orang bukannya minta maaf malah langsung kabur." Yeonjun menggerutu sebal. Jika marker hitam tidak menutupi wajahnya mungkin sudah terlihat bibirnya telah mengerucut sebal dengan alis tertukik ringan.

"Kayaknya lu masih kaget, kita cari tempat duduk dulu...." Sang muda Choi bergumam pelan, kepalanya bergerak abstrak mencari tempat persinggahan sementara untuk Delynn menenangkan diri. Ketiganya —dan Soobin yang masih terus diam hingga hampir terlupakan— menyebrang hingga tiba di sisi lain zebra cross.

"Gue gapapa kok, lanjut—" Tersela cepat, "Udah, nurut aja sih." Masih dengan oknum yang sama dengan yang dengan seenaknya memilih rasa es krim untuknya di kedai tadi. Tak lain, tak bukan Choi Soobin. "Ta-tapi—"

"Udah, liat tuh muka lu pucat," potong Yeonjun, membuat Delynn terdiam karenanya. "Yaudah deh...." Memilih untuk menurut, Delynn mengangguk kecil dengan tangan resah yang memainkan ujung pakaian. Sejujurnya karena kejadian tidak terduga tadi tubuhnya melemas. Mungkin kata syok yang paling tepat untuk mendeskripsikan bagaimana kondisi tubuhnya. Beruntung tak jauh dari ketiganya berdiri terdapat kursi besi panjang hingga tidak perlu kesulitan mencari tempat peristirahatan.

"Hyung, ini ada minum. Kasih Delynn." bisik Soobin pada Yeonjun. Yeonjun mengangguk, menerima sodoran dari Soobin, membuka tutup botol dan mengerahkannya pada Delynn. Berujar, "Nih, minum biar kagetnya hilang." Tanpa menolak Delynn menerimanya. Air, ia sangat membutuhkan molekul bebas satu itu. Selain untuk meredakan keterkejutannya, Delynn merasa sedikit haus karena perjalanan tadi.

Saling berdiam diri selama beberapa sekon, Delynn bangkit dari duduknya secara mendadak. Merasa tubuhnya sudah jauh lebih baik dari yang tadi. Ia menolehkan kepala pada dua muda tersebut, tersenyum dan mengajak, "Gue udah gapapa, ayo ke toko buku. Udah jam setengah empat. Nanti takut kemalaman." Ajakannya dijawab dengan anggukan semangat oleh Yeonjun. "Oke! Kajja!"

Kembali melanjutkan petualangan kecil, ketiganya berhasil tiba di toko buku yang mereka tuju. Tanpa basa basi Delynn berjalan menelusuri rak demi rak untuk menemukan sesuatu yang menarik perhatian. Pergi ke toko buku hanya rencana mendadaknya saja karena tidak memiliki tujuan lain. Otomatis ia tidak memiliki spesifikasi buku untuk dibeli.

ᴡᴏʀᴋ & ᴅᴀᴛᴇ || sᴏᴏʙɪɴ  [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang