❝ ɢᴏᴍʙᴀʟ ❞
一一一一一一一一一一一一Mata sang gadis mengerjap pelan. Bibirnya meluruhkan desah akan rasa pegal akibat tetap dalam posisi yang sama cukup lama. Ia memijat lehernya, matanya masih kesulitan menyesuaikan cahaya yang masuk. Menguap dan terbatuk begitu menyadari kejanggalan yang ia rasakan. Ia terduduk tegap waspada. Sekitarnya terlihat gelap dan hanya diterangi dengan cahaya samar yang menerobos masuk melalui kaca.
"Udah bangun?"
Menoleh dan mendapati seorang pria bersurai ungu dengan laptop di pangkuan. Benar, ia baru ingat jika ia pulang bersama Soobin tadi, dan ia masih berada di dalam kendaraan yang terparkir manis di bahu jalan. Delynn menunduk dan menghela napas lega. Ia dapati pula kain lebar yang ia tebak sebagai jaket yang tergeletak tak rapi di atas pahanya. "Mm, ya ...."
"Um, gue, ketiduran berapa lama?" Yang ditanya punya melirik kilas jam yang tertera di layar ponsel. "Mungkin, satu setengah jam? Dua jam?"
Untuk kedua kalinya Delynn tersedak liurnya sendiri. "Uhuk! Be-berapa? Sekarang, sekarang jam berapa?" tanyanya berturut-turut. Terkejut luar biasa. Tidur di kendaraan seorang artis ternama dengan santainya sampai hampir dua jam lamanya. Oh ini akan menjadi judul berita yang mengundang banyak pembaca dan netizen ganas. "Jam sebelas kurang sepuluh menit."
Matanya terbelalak, terkejut, lagi, saat mendengar jam yang disebut. "Kenapa ga bangunin aja- aduh, maaf banget," sesalnya. Apa pandangan Soobin padanya sekarang? Semberono? Tidak tahu etika? Baru saja Delynn merasa ia bisa berteman dengan Soobin dan sekarang ia sendiri yang mengacaukannya.
"Lu tidur nyenyak banget, ga tega bangunin. Lagian gapapa kok, gue bisa sambil nugas juga. Kalau pulang pasti udah malas buat bikin tugas," katanya menjelaskan pada sang gadis. "Uh... Soobin, mianhe," sesal Delynn.
"Bukan salah lu. Lu ga salah kok." Delynn menyipitkan mata ketika serangan mendadak ia terima dari Soobin. Pipinya dicubit habis oleh muda bermasker tersebut. "Gara-gara gue ...."
"Udah, udah, gue gapapa kok pulang malam juga." Keduanya terdiam hingga pada akhirnya Soobin mengimbuh, "Udah malam, lu masuk, gih?"
Anggukan ia beri sebagai tanda setuju. "Iya, thanks untuk tumpangnya, dan thanks juga udah biarin gue tidur sebentar di sini," kekehnya sekilas diikuti oleh Soobin yang ikut mengukir tawa. "Iya, langsung istirahat ya? Kalau besok masih lemes, izin kerja aja. Jangan dipaksa. Nanti malah sakit lagi, kan ga lucu."
"Iya, iya, lu udah kek papa gue aja," menyeletuk. Delynn teringat akan sang ayah yang suka berbicara demikian. Atau memang semua laki-laki sering melepas kata yang seperti itu?
Berniat bercanda, justru kalimat tak terduga yang ia dapat. Wajahnya memanas hebat. Gila, batinnya. Syok jiwanya. Bertanya-tanya apa yang baru saja ia dengar dari bibir seorang muda.
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴡᴏʀᴋ & ᴅᴀᴛᴇ || sᴏᴏʙɪɴ [✔]
Fanfiction一[𝟷𝟻+] [sᴇᴅᴀɴɢ ᴅɪʀᴇᴠɪsɪ] ❝ ᴜɴᴛᴜɴɢ ɪᴅᴏʟ, ᴋᴀʟᴀᴜ ʙᴜᴋᴀɴ ᴜᴅᴀʜ ɢᴜᴇ sʟᴇᴅɪɴɢ sᴀᴋɪɴɢ ɴʏᴇʙᴇʟɪɴɴʏᴀ. ❞ sᴛᴀʀᴛ: 𝟽 ᴊᴜʟɪ 𝟸𝟶𝟸𝟶 ᴇɴᴅ: 𝟷𝟸 ᴅᴇsᴇᴍʙᴇʀ 𝟸𝟶𝟸𝟶 ʙᴀʜᴀsᴀ, ʙᴀᴋᴜ - sᴇᴍɪ ʙᴀᴋᴜ. 🖇·˚ ༘- ғᴛ. ᴄʜᴏɪ sᴏᴏʙɪɴ (최수빈) ࿐ Sn. : lagi direvisi. Chapter diunp...