08

3.1K 463 38
                                    

▪Why do I pull you close and then ask you for space, if all it is it eight letters why is it so hard to say?▪

I want you
I need you
I miss you
I love you

Be with me

▪▪▪
Bgm : 8 Letters - Why Don't We
▪▪▪

"Aku tidak bisa menikahimu." Jeonghan berhenti menyisir surai coklatnya saat suara itu menyapa telinganya, lalu memandang Seungcheol dari cermin di hadapannya, pria itu juga menatapnya dari cermin. Tenang, tapi tidak setenang hati Jeonghan saat ini. Tanpa sadar ia meremat gagang sisir itu erat-erat.

"Kenapa?" Tidak. Jeonghan hanya penasaran, itu bukan berarti ia ingin dinikahi atau apa. Sungguh hanya penasaran.

"Sama seperti Soonyoung dan Jihoon, pernikahan terlalu rumit untuk kita." Si cantik itu menjatuhkan pandangannya ke jendela besar di ruangan Seungcheol, langit sudah menghitam, menandakan malam telah tiba.

"Soonyoung dan Jihoon?" Jeonghan bertanya, ada apa dengan kedua orang itu, Jeonghan memang mengetahui jika Jihoon keluar dari Wildflower dan kabar penikahan Jihoon dan Soonyoung juga sudah tersebar luas. Tapi ada apa? Keduanya tampak baik-baik saja, selain kabar keluarnya Jihoon yang tiba-tiba.

"Perceraian sangat diharamkan di keluarga Daelim, Jihoon terikat perjanjian dengan Soonyoung. Pernikahan pura-pura agar Soonyoung tidak tergusur dari posisinya sekarang dan aku yakin Soonyoung hanya membual dengan perjanjian satu tahun mereka. Entah apa yang bocah gila itu rencanakan." Seungcheol menyandarkan punggung lebarnya ke headboard ranjang, memejamkan matanya lama sebelum suara lembut itu menyapa telinganya dan membuat matanya terbuka kembali.

"Tapi adik-adikmu tampak biasa saja Seungcheol, maksudku- Minghao bahkan berkata seolah-olah jika Jihoon tidak perlu khawatir tentang anaknya dan Soonyoung kelak jika keduanya berpisah." Jeonghan menjelaskan, Minghao memang berkata sedemikian rupa, membuatnya tersentil karena nyatanya ia juga akan meninggalkan darah dagingnya di Mansion besar ini, ia akan pergi meninggalkan bayinya saat si mungil itu terlahir ke dunia.

"Jihoon tidak akan semudah itu keluar dari sini. Walau kami, aku dan yang lain kasian pada si kecil itu, tapi Soonyoung tetaplah saudara kami. Jadi mau tidak mau kami harus mendukung pilihan Soonyoung. Soonyoung tentu memilih Jihoon sebagai istrinya dengan banyak pertimbangan, karena setelah Jihoon masuk ke Mansion ini, dia tidak akan pernah bisa keluar."

Apakah itu juga berlaku untuk Jeonghan? Ia bahkan tengah mengandung pewaris Daelim saat ini, apakah mustahil untuk keluar dari Mansion besar ini nantinya?

Tentu itu sulit untuk siapapun, untuk Jihoon maupun Jeonghan.

.

.

.

"Pilih yang kau mau Hansol, dia Yiseul, kulitnya bagus sekali, dia jago blowjob, atau Mirae, dia yang paling cantik, dia juga punya tubuh yang bagus." Hansol hanya diam, mengabaikan ucapan temannya yang menawarkan para Jalang itu padanya, sungguh Hansol tidak tertarik.

"Ayolah... dasar tidak asik. Kalau kau stress karena sebentar lagi kau pindah jabatan, bermainlah dengan mereka. Ku jamin kau puas."

"Aku tidak tertarik." Selanjutnya si pemilik mata coklat itu menegak habis sesloki alkohol yang membuat tenggorokannya serasa terbakar, tetapi itu membuat kepalanya menjadi lebih ringan. Suara musik yang bergemuruh juga sorot gemerlap di club itu menjadi obat tersendiri untuk stressnya.

"Aku heran, kau tidak pernah tertarik pada para wanita yang ku kenalkan. Sebenarnya ada apa denganmu?"

Tentu Hansol tidak tertarik jika yang Jinwoo tawarkan adalah para Jalang yang siap mengangkang kapanpun mereka disuruh. Membayangkannya saja membuat Hansol hilang nafsu.

"Aku pulang duluan."

"Ya! Hei... kau yag mengajakku kemari, kenapa aku malah ditinggalkan?!" Pria yang besok akan resmi menjabat sebagai Direktur di salah satu anak perusahaan Daelim itu tetap melangkah, meninggalkan tempat duduknya dan mengabaikan teriakan tidak terima dari Jinwoo.

Lebih baik ia segera pulang dan beristirahat sebelum besok ia harus menghadiri acara penyambutannya yang membosankan.

.

.

.

"Tuan, bisakah anda tidak berdiri disini? Setelah ini direktur yang baru akan datang. Jadi minta tolong untuk tidak berdiri disini." Ucapan seorang wanita berpakaian formal itu membuat Hansol terkekeh kecil dibuatnya.

Hansol kini memang berdiri di tengah lorong lantai delapan, tempat dimana tim bagian perancangan berada, di lantai ini juga  ruangannya berada. Memandangi kesibukan para karyawan yang berlalu lalang.

"Ah begitu, baiklah." Belum sempat Hansol beranjak, manajer Kim datang dan menyapanya. Hansol memang sudah sering bertemu dengan Manajer Kim di acara-acara Daelim.

"Selamat datang di divisi perancangan Direktur Choi, saya harap anda akan betah."

"Tentu aku akan betah, apalagi jika ada dia." Ujarnya sembari menunjuk wanita tadi lalu menyunggingkan senyum miring yang menawan.  Wanita itu memandangnya gugup lalu membungkuk berkali-kali, meminta maaf karena telah lancang. Bibir merahnya yang mungil, yang bergumam meminta maaf menyita 100% perhatian Hansol.

Tampak enak jika dilumat, Hansol tertarik untuk mencobanya.

Hansol tersenyum kecil, lagi. Rasanya baru kali ini ia tertarik pada wanita.

.

.

.

Maaf yaa aku baru bisa up lagi, padahal kayaknya baru 4 hari deh ngga up tp rasanya luama wkwkwk

Idenya banyak, sampek penuh di kepalaku, tapi waktunya yang ngga ada😭

Makasih banyak ya reeek❤😚

Terima kasih banyak atas dukungannya dan maaf atas segala kekurangan❤😚😚

Oh iya aku lupa mau ngasih warn kalo ini bakalan lil bit smut, maaf ya😚

Reeek, maksudku kemarin itu hari lain, yang pas Jisoo ikutan minum teh sama ciwi-ciwi di Mansion Para Pewaris😆😆 emang aku sih nulisnya mbingungin.. muup yaaa😚😭

Muup kalo banyak typo😆

The HeirsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang