09

3K 461 88
                                    

Boo Seungkwan.

Hansol sudah menandainya, bukan, bukan kissmark -yang itu belum-, Hansol menandainya sebagai sesuatu yang menarik. Satu dari sedikit hal yang dapat menarik perhatiannya.

She looks good in my...

Hansol menggeleng kecil, lalu menertawakan dirinya sendiri yang mulai gila. Ia baru beberapa hari ini bertemu dengan wanita itu, bahkan mereka belum pernah bertemu kembali sejak hari pertamanya menjabat sebagai Direktur di Daelim  tapi ia sudah berpikiran seliar itu.

"Tuan Hansol, anda mempunyai agenda untuk makan malam dengan anggota tim sebagai acara sambutan untuk anda." Sekretaris Joo meletakkan selembar kartu yang berisi alamat restoran terkenal di Seoul, Hansol mengangguk lalu berterima kasih. Acara sambutan dari Tim perancangan dan produksi untuknya? Berarti ada si anak magang itu kan? Boo Seungkwan?

Tapi sayangnya si pemilik bibir menggoda itu tidak hadir, ia sudah tidak masuk beberapa hari ini. Izin dengan alasan ada urusan pribadi yang mendesak. Itu yang Hasol dengar dari Manajer Kim. Hansol hanya mangut-mangut. Lalu memilih pulang ke Mansion saat Jam sudah menunjukkan pukul duabelas.

"Kau mau kemana noona?"

Sungguh itu mengherankan siapapun termasuk Hansol saat ia melihat Jeonghan keluar Mansion di tengah malam begini. Wanita itu hanya memakai terusan dibawah lutut dan tubuh rampingnya berbalut sweater rajutan tebal yang tampak hangat. Mengendap-endap di dekat sekumpulan bunga mawar di taman depan Mansion.

"Oh Hansol!" Hansol memincing, sedang Jeonghan tampak terkejut. Wajahnya pias dan jemarinya sibuk meremas ujung sweaternya erat-erat.

"Kau mau kemana di tengah malam begini Jeonghan Noona? Dan dimana Seungcheol Hyung?" Selidik Hansol.

"Ah.. itu.. aku ingin..."

"Hansol-ah... kau baru pulang?" Panggil seseorang, itu suara Seungcheol. Seungcheol baru saja keluar pintu mansion dengan memakai jaket tebal dan kunci mobil di tangan kanannya. 

"Oh hyung? Ya, ada acara dengan tim. Kalian akan keluar kemana di tengah malam begini?" 

"Membeli stroberi untuk Jeonghan, dia mengidam." Hansol terperangah. Apa? mengidam?! Di tengah malam begini? Dan lagi Hansol dibuat terheran dengan Seungcheol, aneh melihat pewaris tertua Daelim mau di repotkan dengan hal-hal semacam itu.

Bayi memang merepotkan.

.

.

.

Cuaca Seoul tampaknya sedikit tidak bersahabat, hujan turun sejak pagi tadi membuat jalanan licin dan sedikit terhambat. Hansol hanya diam di dalam mobilnya yang melaju menuju Kantor Daelim, memandangi rintik hujan yang jatuh mengenai kaca mobilnya. Mobil berwarna hitam itu melaju pelan, Pak Jung, salah satu supir pribadi keluarga Daelim mengemudi dengan kehati-hatian tingkat tinggi. Di musim penghujan begini biasanya banyak terjadi kecelakaan karena licinnya aspal yang membuat mobil tergelincir.

"Pak Jung, berhenti." Mobil itu menepi perlahan, Hansol lalu menurunkan kaca mobilnya, membuat seorang wanita dengan rok  span dan kemeja berwarna navy yang tengah berdiri di halte bus itu spontan membungkuk dalam.

"Kau pegawai magang itu kan? Masuklah." Hansol menggigit lidahnya pelan, bibirnya hampir saja berucap dengan lancang, hampir memuji bibir yang dipoles warna peach itu.

"Maaf?" Tanya Seungkwan memastikan, alih-alih menerima wanita itu malah menolak secara halus. "Terima kasih atas tawarannya tuan, tapi saya naik bus saja." Tolaknya sembari memberi senyum manis. Itu bukan respon yang Hansol inginkan, bukankah tawarannya tampak bagus daripada harus menunggu bus di halte ini sembari menahan udara dingin yang bisa membuatmu membeku?

"Kau menolakku Nona?"

Tidak ada jawaban, Seungkwan hanya mengerjapkan matanya gugup, bibir yang menyita atensi Hansol itu di gigit pelan oleh pemiliknya, berusaha menghilangkan kegugupan yang menyergap dengan cepat. Hansol mengumpat dalam hati, ia juga ingin mengigit bibir itu, omong-omong. Tapi imajinasinya terhenti, mata coklatnya menyipit saat menemukan luka di ujung bibir kesukaannya, luka itu tampak sudah mengering.

Hansol bersikukuh, ia kini malah membuka pintu mobilnya dengan cepat lalu keluar dan berdiri di hadapan Seungkwan, mengabaikan air hujan yang membasahi jas mahalnya. Seungkwan gelagapan. Ada apa ini hingga salah satu pewaris Daelim itu rela turun di trotoar yang becek untuk pegawai magang sepertinya?

"Ada apa dengan bibirmu?" Membeku adalah apa yang dapat Seungkwan lakukan, matanya dengan spontan membola saat ibu jari Hansol yang tidak begitu halus mengusap pelan pinggiran bibirnya sedang tangan yang lain mencengkram lengan kurusnya erat.

"Eh.. tuan-"

"Diam Seungkwan." Perintah itu mau tidak mau Seungkwan turuti, hingga Hansol menarik tangannya untuk masuk ke dalam Mobil.

"Masuk." Si cantik itu masih menurut saat Hansol berdiri di belakangnya dan ia disuruh untuk masuk terlebih dahulu sebelum Hansol masuk dan menutup pintu mobil. Kemudian menyuruh Pak Jung untuk melajukan mobil itu kembali.

Si cantik itu kini menyibukkan dirinya dengan memandangi jalanan, berusaha menghindar dari pandangan tajam Pewaris Daelim itu. Tapi kemudian bahunya ditarik, membuatnya mau tak mau menghadap ke arah pria tampan di hadapannya ini. Seungkwan bersumpah, jika adik kandung pewaris tertua Daelim ini adalah pria tertampan yang pernah ia lihat.

"Bibirmu? Bagaimana ini bisa terluka?" Hansol mengecupnya sedikit. Kepala Sueungkwan dengan reflek menoleh ke arah lain, dan sialnya itu tertahan karena tangan besar Hansol telah mendarat pelan dipipinya. Mengusap pipinya yang dingin, sedang mata indah itu sibuk memandang kearah bibir menggoda milik Seungkwan.

Hansol ingin melumatnya. Tapi...

Persetan dengan luka itu, Hansol harus melumat bibir menggairahkan ini sekarang juga atau ia akan gila.

"Maaf ya, Seungkwan." Ujarnya sebelum menjilat permukaan bibir manis itu.

.

.

.

Weeeew kasian Pak Jung jadi nyamuk😭😭😭

Hansol ngegas nih hehehe🌚

Selamat membaca reek

Terima kasih atas dukungannya dan maaaf atas segala kesalahan😚😚

Dadaaa aku mau nonton GoSe😆

The HeirsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang