30. Ceraiin, gue!

11 3 0
                                    

“Ceraiin gue.” Lirih namun tegas dan penuh penekanan pada setiap kata membuat Ryno mengerang kesal. Bukan ini yang dia inginkan, tidak pernah terlintas sedikitpun niat untuk menceraikan Rara.

Ryno menghirup nafas dalam, menetralkan gejolak emosi. Belum reda emosinya, suara Rara kembali terdengar namun kali ini lebih memelas. “Talak gue, No.”

“Nggak, Ra. Dengerin cerita gue dulu.” Sahutan Ryno dibalas dengan gelenga keras oleh Rara seolah gadis itu sama sekali tak ingin mendengar penjelasan apapun dari suaminya.

Jika saja Ryno tidak berusaha keras menekan ego, saat ini suara lelaki itu pasti sudah menggema di penjuru ruang rawat inap menambah goresan luka di hati Rara. Beruntung logikanya masih bekerja normal.

Reaksi Rara sungguh wajar, andai dia di posisi gadis itu dan mengetahui suaminya memiliki anak dari wanita lain sudah pasti reaksinya tak jauh berbeda dengan yang Rara tampilkan saat ini.
Tapi, tidak bisakah gadis itu memberinya kesempatan untuk sekedar menjelaskan duduk perkaranya? Karena jujur dia sama seperti gadis itu, terkejut dengan semua ini. Mengetahui fakta bahwa Lisa masih hidup saja sudah membuatnya terkejut, sedangkan ini ditambah dengan fakta lain bahwa ia memiliki seorang putra.

Ryno hanya ingin Rara mau mendengar ceritanya, syukur-syukur jika setelah itu Rara akan sedikit bersimpati dan mau mendampinginya, saling menguatkan dan berbincang mengenai mana jalan keluar terbaik dari semua masalah ini.
Bentakan Rara kembali menembus gendang telinga Ryno kala mulut pria itu terbuka hendak mengutarakan sesuatu, membuat Ryno kembali menelan kalimatnnya.

“Keluar! Gue nggak mau denger apapun dari lo.”

Ryno masih bergeming ditempatnya, tak mengindahkan perintah Rara membuat gadis itu naik pitam. Rara melepas paksa jarum infus yang berada ditangannya, berusaha bangkit  dari brankar tetapi dicegah oleh Ryno.

“Jangan kayak gini, Ra. Okey gue yang keluar tapi lo tetep di sini. Jangan kemana-mana, gue panggilin suster.”

Terpaksa, lagi-lagi Ryno harus kembali menekan ego dan memilih keluar. Ia tak ingin hal buruk terjadi pada istrinya. Sebelum menghilang di balik pintu, pria itu menoleh ke belakang melihat Rara menenggelamkan wajahnya dibalik lipatan tangan dengan punggung yang bergetar.

***

Sedari awal semua terjadi karena kesalahan. Seharusnya, Rara sudah sadar diri untuk tidak menggantungkan angan terlalu tinggi. Jika sudah seperti ini, siapa yang patut untuk disalahkan? Segala macam jawaban selalu berakhir pada dirinyalah yang bersalah. Menyalahkan Ryno karena sikap manisnya membuat angan Rara membumbung tinggi, bukanlah hal yang tepat. Lagi-lagi dirinya yang kembali menjadi tersangka. Jika ia tau diri seharusnya ia tidak mudah luluh dan tidak akan pernah merasa jatuh kesakitan seperti ini.

Ibarat sudah jatuh tertimpa tangga. Hatinya yang patah menajadi hancur, remuk redam dengan fakta yang lain. Ia dan Raka adalah saudara tiri. Gadis itu tertawa sumbang disela-sela isak tangisnya, bagaimana bisa dia menjalin hubungan dengan saudara tirinya sendiri? Ternyata lelaki yang belum lama ini kehilangan posisi utama di hatinya begitu pintar bersandiwara. Rara mungkin tak akan sesakit ini jika Sarah tak ikut andil. Rara meringis, kepalanya berdenyut nyeri.

Pintu terbuka, Rina dengan setelan yang masih sama seperti semalam berjalan masuk. Buru-buru Rara mengusap asal sisa air matanya.

“Yuk, balik. Zelin udah nunggu di pintu keluar.” Ajak Rina.

Rara memandang sejenak lalu mengangguk, turun dari ranjang mengahampiri Rina. “Administrasi udah semua kan, mak?”

“Iya, udah.” Rara mengangguk, “Nanti gue ganti, Mak.”

Rina berdehem, “Nggak usah, Ra. Itu tadi yang bayarin Ryno.”

Hening, tak ada sahutan. Keduanya berjalan melewati lorong rumah sakit dalam diam. Gadis bernama lengkap Rara Althiana itu enggan menanggapi lebih jauh.

“Raa..” Rara menoleh ke kiri, terlihat jelas raut penyesalan di wajah sahabatnya itu.

“Gue sama Zelin minta maaf soal Ryno.” Hanya helaan nafas yang Rina dapati.

“Gue sama Zelin beneran takut kalo Ryno bakal bilang ke bokap lo, sedangkan lo nggak pengan Om bagus tau.”

“It’s okay, Mak. Gue paham. Gue nggak nyalahin kalian berdua kok.”

Itu bukanlah kalimat penenang karena Rara benar-benar tidak menyalahkan Rina maupun Zelin karena telah memberitahu Ryno mengenai keberadaanya. Pikiran Rara terlalu kusut hingga tak tau harus bagaimana merespon ucapan Rina.

Keduanya sampai di pintu keluar, terlihat mobil Honda Jazz hitam berhenti tepat di depan pintu dengan  Zelin yang duduk di balik kemudi. Seorang laki-laki berjalan cepat ke arah mobil, membukakan pintu penumpang depan. Rara yang melihat memilih membuka pintu penumpang belakang dan masuk begitu saja. Ryno menelan kekecewaan. Lelaki itu sudah hendak bersuara namun urung saat pundaknya ditepuk oleh Rina.

“Jangan sekarang, biar dia tenang dulu. Sekarang kelarin aja masalah lo yang lain, biar Rara sama kita.”

Dengan berat hati, Ryno menurut. Mengangguk lalu bergeser sedikit memberi ruang untuk Rina. Padahal pria itu hanya sekedar ingin mengucap kalimat seperti “Jaga diri baik-baik, jangan telat makan.”. Tapi yasudahlah mungkin belum saatnya. Mobil berjalan pergi meninggalkan pelataran rumah sakit sesaat setelah Rina menutup pintu.

***

Kehidupan menjadi tanda tanya besar. Kita tidak pernah tau apa yang akan terjadi di hari kemudian. Namun satu hal yang pasti, bahagia dan duka selalu datang silih berganti. Seperti kehidupan yang Rara jalani, duka perpisahan orang tuanya tergantikan bahagia dengan hadirnya Raka. Meski bahagia itu harus kembali sirna karena sebuah perpisahan nyatanya bahagia masih mau menghampirinya lagi.

Hubungannya dengan Ryno yang semakin membaik, memberi sedikit pengharapan bahwa kali ini bahagia akan menetap. Padahal tak ada yang abadi di dunia ini. Kehidupan itu seperti rumah dengan kita sebagai tuannya. Akan ada banyak jenis tamu yang singgah. Duka, bahagia, kecewa bahkan penyesalan akan singgah dan memberi cerita untuk kehidupan kita. Jadi jika saat ini duka kembali berkunjung, Rara akan berusaha menerima dan berharap duka pergi tergantikan hadirnya bahagia lagi.

Saat ini Rara hanya butuh sedikit waktu untuk menenangkan diri, mengontrol segala emosi. Memikirkan bagaimana menjelaskan keadaan ini kepada Bagus. Gadis itu yakin, Bagus akan sangat kecewa jika mengetahui segala kebenaran ini. Rara tau, papanya itu menaruh harapan besar pada Ryno. Lebih-lebih saat Ryno dengan susah payah berusaha membantu Rara dalam segala urusan. Meyakinkan Bagus bahwa Ryno memang pilihan yang tepat untuk putrinya. Ck, lelaki itu memang pandai sekali mengambil hati.

Lalu, jika sudah seperti ini apa yang harus dia  katakan pada papanya? Mengatakan Ryno sudah memiliki anak dari hubungan diluar nikah? Sungguh Rara tau, rasa kekecewaan Bagus akan teramat besar karena sudah menikahkan putrinya dengan lelaki brengsek seperti Ryno. Tapi menyembunyikan dan berlaku seperti tidak terjadi apa-apa bukan pilihan yang bagus.

Rara mengeram kesal, ia tidak pernah menduga bahwa Ryno memiliki anak dari Lisa. Dipikirannya, Ryno putus dengan Lisa serta suaminya itu masih mencintai sang mantan dan hanya tidak bisa melupakan gadis itu. Tidak sampai pada hubungan yang melebihi batas hingga tercipta manusia lain. Ingin rasanya mengetahui cerita dibalik itu semua, tapi Rara tidak siap mendengar indah cinta mereka yang mungkin saja berpotensi memperdalam luka hatinya.

"Raraaaa... "

"Eh iya?" Rara tersentak, tepukan dipundaknya menurunkan angan yang jauh melayang. Matanya melihat sekitar, puluhan mobil berjejer rapi sesuai garis putih yang membatasi. Gadis itu mengernyit bingung. Ini bukan rumah sahabatnya, Zelin.

"Kita nginep hotel aja ya, Ra. Raka nungguin di rumah gue. Kita tau lo belum mau ketemu dia, lo butuh waktu kan? Jadi untuk sementara kita di sini dulu ya." Zelin berucap sambil melepas seatbelt dengan pandangan mata mengarah pada Rara membuat air mata gadis itu mengumpul di pelupuk mata.

Satu hal yang patut untuk Rara syukuri saat ini adalah kehadiran sahabatnya yang begitu mengerti dirinya. Rara mengangguk lalu berucap terima kasih dan ketiganya keluar menuju lobi hotel untuk check in.

Masalah (Married Sama Orang Yang salah?) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang