3. War dimulai [Revisi]

93 14 5
                                    

Rara berjalan menuruni tangga sambil menggendong tas sekolahnya. Semalam ia memutuskan untuk pulang dan bersyukur ternyata Bagus -papa rara- belum pulang karna Rara tak melihat mobil papanya di garasi. Rara yakin papanya pasti akan mengintrogasinya berjam-jam kalau tau anak gadis tercinta pulang tengah malam.

Ia menghampiri papanya di meja makan.

"Selamat pagi, Pa." sapa Rara sambil mencium pipi papanya yang dibalas dengan senyuman.

Rara meletakkan tasnya di kursi kemudian mengambil dua potong roti tawar lalu mengolesinya dengan selai kacang setelah itu memakannya dengan cepat. Bagus tersenyum melihat tingkah anak gadisnya.

"Papa kenapa ngeliatin aku sambil senyum-senyum gitu sih? Rara cantik ya, Pa?" ucap Rara polos sambil membenahi rambutnya.

"Iyalah cantik, kamu kan anak papa." Bagus mencubit pipi anak semata wayangnya itu.

"Aduhh pa sakit tau, ini pipi bukan kue cubit." Rara menunduk kesal karna kebiasaan papanya dari dulu tidak pernah hilang, mencubit pipinya.

"Kamu semalem dari mana? Papa pulang kamu nggak ada, terus itu kepala kamu kenapa diperban?" Bagus memilih mengintrogasi putrinya dan tak menghiraukan ocehan Rara.

Gadis yang kini masih duduk di bangku kelas diam belas itu diam tak langsung menjawab, ternyata dugaannya salah dan bukannya menjawab pertanyaan papanya ia malah balik bertanya.

"Loh papa udah pulang? Tapi kok semalam Rara nggak liat mobil papa di garasi?"

"Kamu ini kebiasaan ya, kalo di tanya bukannya jawab malah balik tanya. " tandas Bagus menyentil jidat Rara.

"Hehe iya pa maaf, ini semalem abis dicium aspal." Rara beralibi, ia pun malah cengengesan sambil memegang kepalanya.

"Kamu ini ada-ada aja, sejak kapan aspal punya bibir?!"

"Ada pa, ini buktinya kepala Rara dicium aspal." Rara menunjuk kepalanya dan memandang Bagus sambil memamerkan cengiran.

Bagus hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan anak gadis kesayangannya.

"Iyaudah lain kali hati-hati. Papa berangkat dulu ya sayang, kamu sekolah yang bener jangan nakal."

"Siap komandan laksanakan" jawab Rara tegas sambil mengangkat tangannya dan memberi hormat, membuat papanya terkekeh dengan aksi konyolnya tadi.

Untung papa buru-buru pergi, jadi aku nggak perlu pusing mikirin alesan pulang terlalu larut semalam. Batin Rara.

◈◈◈

Rara berjalan menyusuri koridor sekolah yang terlihat ramai. Banyak siswa-siswi yang juga lalu lalang di koridor. Selama berjalan menuju kelas tak henti-hentinya Rara mengulas senyum untuk membalas sapaan yang ditujukan padanya.

Rara merupakan salah satu siswa berprestasi di SMA Harapan Bangsa. Pribadinya yang ramah membuat Rara banyak dikenal oleh siswa-siswi lainnya, mulai dari adik kelas hingga teman seangkatannya.

Dari depan pintu Rara bisa melihat sahabat-sahabatnya sedang asyik bercerita. Dia berjalan mengendap-ngendap layak nya maling yang sedang mencuri dan ...

"DOR!!!" pekiknya membuat Zelin, Rina serta Nita mengusap-usap dada mereka masing-masing.

"Sumpah yaaaa, lo mau buat gue jantungan terus mati muda? Gue bahkan belum merried, Ra!" Nita mencebikkan bibirnya kesal.

"Dih apaan masih kecil ngomongin merried." sergah Rara.

"Lo itu kebiasaan banget sih Ra dateng-dateng ngagetin kita." Zelin berucap lebih dulu sebelum Nita sempat memprotes ucapan Rara.

Masalah (Married Sama Orang Yang salah?) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang