29. Mengenai Anak

22 3 0
                                    

"Gue nggak mau jadi single parent."

Rina menjitak kepala Rara, membuat gadis itu mengaduh kesakitan.

"Lu ngomong kayak mau cerai aja." Zelin mengangguk setuju atas ucapan Rina.

"Iya, emang. Ryno udah punya anak dari perempuan lain, terus menurut kalian gue harus tetep stay gitu? Itu goblok namanya, Mak." Suara Rara meninggi dengan sorot mata tajam.

"Oke fine, Ryno udah punya anak. Lo udah bilang itu dari tadi siang sebelum lo sampe sini, tapi lo belum jelasin apa-apa ke kita. Dari mana lo tau tentang itu semua? Atau itu cuman asas praduga lo doang?" Mendengar itu membuat Rara menghela nafas kasar. Ia menceritakan semua kejadian tadi mulai dari dirinya dan Ryno yang berencana makan siang di pendopo hutan hingga dirinya yang memutuskan kembali ke Semarang setelah kemunculan Lisa yang tiba-tiba.

"Lo emang goblok." Rara mendelik tak terima dengan perkataan Zelin.

"Gue setuju, baru kali ini lo bener-bener goblok. Kenapa lo buru-buru banget pergi padahal lo belum tau kenyataan yang sebenernya."

"Kenyataan yang sebenearnya apa lagi si mak? Udah jelas-jelas itu anak Ryno."

"Belum jelas. Sebelum lo pergi, si Ryno masih nanya, memastikan itu anak dia atau bukan."

"Udah pasti anak dia, Mak. Muka anak kecil itu mirip banget sama Ryno."

"Banyak yang bilang muka gue mirip sama muka lo, trus apa itu artinya gue juga anak lo?" Lagi-lagi Rara hanya mampu membuang nafas kasar mendengar penuturan Zelin. Entah mengapa dirinya merasa kedua sahabatnya sedang membela Ryno.

"Gue jadi curiga alasan lo balik ke sini bukan karena lo nggak terima Ryno punya anak, tapi karena lo nggak terima kekasih masa lalu Ryno balik lagi." Zelin berucap sambil melipat kedua tangan di depan dada. Matanya menatap lurus ke arah Rara.

Gadis yang tadi pagi baru saja kehilangan segelnya mencubit kuat perut Zelin. Ia merasa tidak terima atas tuduhan sahabat karibnya itu. Rara sama sekali tak berniat melepas cubitannya meski Zelin sudah meronta kesakitan hingga pukulan pada tangannya yang dilayangkan oleh Rina membuat cubitannya terlepas.

"Gila lo, nyesel gue ke sini." Zelin mengusap-usap perutnya yang mungkin sudah memerah di balik kaos hitam bertuliskan supreme yang melekat dibadannya.

"Lagian lo yang mulai duluan, ngomong nggak pake mikir."

"Udah deh diem, stop sampe sini dari pada makin berisik. Ini udah malem dan kita lagi di rumah sakit. Ganggu pasien yang lain tau nggak." Rina mencoba menengahi.

"Gue jadi penasaran sama Ryno, banyak fakta menarik tentang dia bahkan sejak awal kemunculannya di sekolah kita."

Rara memutar bola matanya malas, "Sejak kecil nggak ada yang menarik dari seorang Ryno."

Rina dan Zelin saling pandang, "Lo kenal Ryno dari kecil?"

"Iya, dari jaman dia masi netek dan sering ngompol di kasur." Rara menjawab cuek seolah itu bukanlah hal besar.

"Kenapa lo nggak pernah cerita?"

"Buat apa? Toh dari awal dia masuk ke sekolah kita juga dia menunjukkan kalo gue sama dia nggak saling kenal."

"Oh gue tau, lo pasti sakit hati kan?" Tebak Zelin.

Rara mengedikkan bahu, "Nggak kok, jauh sebelum itu emang gue sama dia udah loss contact."

Mendengar itu Rina dan Zelin kompak mengangguk-anggukkan kepala tanpa mengerti. Rina tampak berpikir, mencoba menarik lurus benang merah yang terurai. "Berarti bokap lo juga udah kenal lama sama Ryno?"

Masalah (Married Sama Orang Yang salah?) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang