6. Bertemu

72 12 3
                                    

Ryno melajukan motornya dengan kecepatan tinggi, ia bahkan tak peduli lampu merah dan makian orang-orang sepajang jalan. Difikirannya hanya satu, ia harus segera sampai.

Begitu sampai Ryno langsung memarkirkan motor ninja kawasakinya kemudian masuk kedalam melewati lorong-lorong bercat putih, ketika ia sampai di ujung lorong ia berbelok kekanan dan melihat seorang wanita paruh baya yang menggunakan jas putih keluar dari salah satu ruangan yang ada di lorong ini. Wanita itu tersenyum kepada Ryno, dan dibalas dengan senyum tipis oleh Ryno.

"Hay Ryno, apa kabar?" Sapa wanita itu ketika Ryno sudah berada tepat dihadapannya dengan keringat bercucuran.

"Ba..bagaimana keadaaannya dok?" tanya Ryno terengah-engah tanpa menjawab pertanyaan wanita itu terlebih dahulu.

"Tenang Ryno sekarang beliau baik-baik saja" ucap wanita itu menenangkan Ryno.

Ryno menghela nafas lega, "kenapa hal itu bisa terjadi dok? Bukannya keadaannya sudah mulai membaik?"

"Memang keadaan beliau sudah mulai membaik, namun sebagian dari diri beliau belum bisa menerima kenyataan yang sebenarnya" wanita yang dipanggil dok oleh Ryno itu menjelaskan.

"Saya juga sudah memberikan obat penenang agar beliau bisa beristirahat, Mari keruangan saya, saya tau ada banyak pertanyaan yang ingin kamu sampaikan, Ryno" lanjutnya lagi kemudian melangkah menuju ruangan yang berada di ujung lorong ini dan Ryno mengikuti dibelakangnya.

Dokter intan melepas jas putihnya kemudian meletakkannya di belakang kursi kerjanya dan duduk, sedangkan Ryno duduk di depan dokter intan.

"Jadi bagaimana kejadian tadi dok?" tanya Ryno memulai percakapan.

"Seperti yang sudah saya bilang tadi, sebagian dari diri beliau belum bisa menerima" ada jeda dalam kalimatnya, ia melihat penampilan Ryno dari atas sampai bawah.

"Dan ketika beliau melihat pria muda yang penampilannya sepertimu, mengingatkan beliau tentang apa yang sudah terjadi dan beliau kehilangan kendali sehingga menyerah pemuda itu"

Ryno menghela nafas berat mendengar penuturan dari dokter intan. Dua tahun sudah dan selama itu ia belum pernah mendengar tentang kesembuhannya, hanya kabar keadaan yang membaik dan tidak pernah benar-benar baik. Sepertinya ia harus menunggu lebih lama lagi untuk kesembuhannya.

"Kapan Oma Rita akan sembuh dok?" ada nada penyesalan dalam kalimat Ryno.

"Saya tidak bisa memastikan, tapi saya akan melakukan yang terbaik untuk kesembuhan beliau" jawab dokter intan yakin.

Walaupun ucapan dokter intan terdengar meyakinkan tapi tetap saja itu tidak pasti. Ryno menunduk, kejadian dua tahun yang lalu kembali menari-nari di otaknya. Andai, andai saja ini hanya mimpi.

"Kemarin beliau menanyakanmu karna kau tak datang menengoknya, bukankah itu kabar yang bagus? Perlahan beliau sudah bisa menerimamu"

Ryno langsung mendongak dan menatap intens kearah dokter intan. Ryno tak percaya ini, Oma Rita menanyakannya? Benarkah? Jadi selama ini Oma Rita menyadari keberadaannya? Senyum indah langsung terulas di bibir Ryno. Ini benar-benar kabar yang baik.

"Kemarin saya ada urusan dok sehingga saya tidak bisa mengunjungi Oma Rita" ucapnya penuh semangat.

"Baiklah tidak apa-apa setidaknya itu bisa membuat kita tahu bahwa beliau menyadari keberadaanmu" jawab dokter intan.

"Ya dan saya senang mendengarnya dok. Saya pamit dulu ya dok, tolong jaga oma Rita" Ryno berdiri dan berjabat tangan dengan dokter intan kemudian berjalan keluar.

Ryno berjalan melewati lorong yang sama seperti waktu ia masuk tadi, bedanya lorong yang tadi sepi sekarang sudah sangat ramai dan tawa yang saling bersahutan menyadarkan Ryno bahwa ia sedang berada di rumah sakit jiwa.

Tubuhnya seketika merinding, dan dengan cepat ia berbalik arah menuju pintu belakang. Masa bodoh jika ia harus jalan lebih lama, toh itu lebih baik dari pada harus melewati orang-orang gila yang akan dengan senangnya menempel pada Ryno. Huh membayangkannya saja sudah membuat bulu kuduk Ryno merinding.

***

Ryno sedang berada di salah satu mini market dekat komplek untuk membeli beberapa jenis snack. Hal yang sangat jarang dilakukan oleh Ryno karna memang biasanya Ryno tak perlu repot-repot pergi keluar, ia cukup mengambil di lemari dapurnya dan sayang sekali malam ini dilemari tidak ada stok makanan sehingga mengharuskannya membeli sendiri.

Ryno berdiri didepan lemari kaca yang didalamnya berisi berbagai jenis minuman dingin. Matanya mulai menjelajah memilih minuman apa yang akan ia beli dan bibirnya tertarik ke atas saat matanya melihat teh kotak.

Ryno jadi teringat wajah merah milik Rara saat kesal karena ulahnya sewaktu ia mengerjai Rara di kantin beberapa hari yang lalu. Manis dan lucu. Seketika Ryno mengerjap dan memukul kepalanya sendiri.

Bagaimana bisa ia tersenyum hanya karna mengingat cewek tengil itu? Ryno memalingkan wajahnya dari deretan minuman ke arah lainnya. Matanya membesar. Dan sekarang ia malah melihat bayangan gadis tengil itu disini.

Oh tuhan sepertinya otak Ryno benar-benar bermasalah. Tapi tunggu, bukankah jika itu hanya sekedar bayangan seharusnya bayangan itu sudah hilang saat Ryno mengedipkan matanya tadi? Atau jangan-jangan itu bukan bayangan tapi...

Ryno menutup matanya kemudian membuka sebelah matanya, dilihatnya gadis tengil itu masih berdiri ditempat yang sama dengan keranjang ditangan kirinya.

Ryno menghela nafas lega, berarti bukan otaknya yang bermasalah. Seringai muncul di wajah Ryno. Ia kemudian berjalan mendekati Rara dan berbisik tepat di telinga kiri Rara.
"Kayaknya sakit bukan alasan yang pas buat keabsenan lo beberapa hari ini"

~TBC~

Masalah (Married Sama Orang Yang salah?) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang