Aku sangat mencintaimu, tapi jika kau tidak , haruskah aku melepas mu ?
Safira Quenetta Zen
Sekarang tak ada yg dilakukan Safira kini, hanya berbaring bosan di atas kasur sambil memandang langit" kamarnya itu. Menghela nafas berat, kata-kata Aletta -sahabat nya itu selalu terngiang di kepalanya.
" Buat apa anjir lu ngarepin dia yang ga pernah menghargai perasaan lu "
" Lepasin dia fir, lu berhak dapat yang lebih baik "
" Ahh auk pusing gua " Dengus Safira malas lalu bangun dari posisinya dan bergerak mengambil ponsel yang ia letakkan di nakas, mencari kontak seseorang yang sekiranya dapat membantunya dikala ia sedang gundah.
" Gabut ga lu ? Ketemuan yuk, sumpek dirumah "
🌻
Ini sudah 2 minggu sejak perkelahian Freya dengan kekasihnya deon- yang sampai sekarang deon tak kunjung mengabarinya, entahlah Freya semakin cemas terhadap pria itu.
Lantas karena perasaan cemas Freya memberanikan diri untuk menelfon Deon, walau ia tau Deon akan mengutuk nya dengan umpatan kasar Freya tak peduli, ia sangat cemas sekarang.
Setelah panggilan kedua Freya akhirnya telfonnya tersambung dengan nomer tujuannya,
" Hallo ?? "
" . . . "
Hening, tak terdengar suara apapun dari seberang sana membuat jantung Freya berdegup lebih kencang dari biasanya.
" Deon .. , kamu dengar aku ? "
" Freya...,maafi- " Sambungan terputus.
Sesaat setelah itu, Freya lantas bergegas mengambil kunci motornya dan pergi ke rumah Deon secepatnya.
Tak peduli hujan akan turun sebentar lagi.
Ia tak mau menyesal di kemudian hari.
Dia harus memastikan Deonnya baik baik saja.
" Deon yuk makan dulu, kata mama kamu belum makan dari pagi " Bujuk Freya yang ke sekian kalinya kepada Deon. Ya, Deon sedang sakit. Dan alasan telefon yang tadi terputus karena pusing yang mendera kepala pria itu dan ponselnya pun jatuh hingga sedikit retak.
" Gak mau ah, kan uda ada kamu " balas Deon dengan suara parau nya sambil memejamkan mata, pusing itu masih dirasakan nya walaupun ia sudah meminum obat.