Pagi itu, semua sudah seperti semula, Freya sudah sembuh dari sakitnya. Sejak hari dimana ia hujan hujanan itu Deon merawatnya dengan baik sampai Freya sembuh, ah mengingat perlakuan Deon yang sangat manis membuat rona merah kembali muncul di pipi gadis manis itu.
"Senyam senyum mulu lu, kesengsem sama banci lampu merah ? " Sindir Aletta pada Freya yang di hadiahi jitakan dari tangan lentiknya.
"Bodo amat, org gua lagi mikirin ayang Deon " ucap Freya senang dengan senyum yang tak luntur dari wajahnya itu.
"Ck, iya deh , gua mau mikirin ayang Jeno juga ah" Balas Aletta tak mau kalah, duduk dengan tangan menopang dagunya dan mulai menghayal jeno nya ? Mungkin.
Lea yang melihat kedua temannya ini menggeleng pelan sambil berdecak pelan, ada ada aja, pikir Lea.
Hm, apa ya. Lea merasa ada yang kurang. Ah, dimana safira ? Anak itu tak ditemukan keberadaan nya sejak pagi tadi setelah seseorang menelfon nya lalu ia beranjak dari kursinya menuju keluar kelas.
Dan sampai sekarang belum kembali.
Sejenak Rhea melihat ke seluruh penjuru kelas hingga matanya bertatapan dengan Lea yang juga melihatnya dengan alis yang dinaikan sebelah.
Apa mereka memikirkan hal yang sama ?
Secara spontan Rhea dan Lea berdiri dari kursinya tanpa sepatah kata pun. Dan berjalan keluar kelas, dengan tujuan yang mereka yakini sama.
Mencari safira.
🌻
" Semalam ketauan ga ? " Ucap seseorang di seberang telefon.
"Gua yakin ga ketauan kok, aman." Balas Safira pada pria yang sedang menelfonnya sambil mengawasi keadaan sekitar.
" Jadi lu udah siapin semuanya kan ? Masih ada yang kurang ga ? Biar kita pergi siapin lagi " Balas pria itu, suaranya terdengar sedikit gusar.
"Udah udah ren, tenang aja beres sama gua, udah ya pokoknya kali ini Rhea pasti suka kok sama surprise mensive kalian " Ucap Safira berniat menenangkan kekasih sahabatnya itu.
Ya memang beberapa hari ini Renan meminta bantuannya untuk membantu pria itu membuatkan surprise mansive pertama dia dengan Rhea, ah ternyata Renan payah sekali.
Safira jadi terkekeh pelan mengingat pria itu yang susah payah meniup balon sampai tenggorokannya sakit, bahkan kue untuk mansive mereka Renan berniat belajar sendiri membuatnya.
Katanya, Mansive pertama harus sempurna.
Kemudian suara bariton dari ponselnya kembali menyadarkan Safira dari lamunannya.
"Fir, lu masih disana kan ? Gua belum selesai ngomong nih"
" Ah iya Ren ? Ada lagi yang mau lu beliin buat Rhea ? "
"Bukan"
Dahi Safira mengernyit bingung, lalu apa lagi yang akan dibicarakan pria itu.
"Trus apa ?"
" Makasih ya, lu udah banyak bantu gua, udah nyempetin juga tiap pulang sekolah nemenin gua beli perlengkapan buat surprise nya pokoknya makasih".
Safira terdiam sesaat, kemudian bibirnya melengkung membentuk senyum.
" Rhea teman gua , udah kayak saudara sendiri, bahagia dia bahagia gua, luka dia juga luka buat gua, jagain Rhea. Gua percaya sama lu ".