a poem for you

535 53 7
                                    

Dandelion



    Dia  dandelion yang menari, aku tangkai yang mengamati.
Tangkai yang berusaha  tidak akan menangis saat dia terbawa angin dan pergi.
Karna tangkai tahu bunga itu akan akan bebas.
Entah di bumi mana dia terhempas, takdir memang tidak selalu membuatnya berada di tempat yang sama. Menunggu semua helainya untuk terlepas.

    Dia pergi bukan karna dia rapuh.
Dia pergi bukan semata karna terseret angin.
Dia pergi karna dia tahu, aku tidak bisa menopang  sang bunga rapuh dengan baik.
Karna aku, tidak bisa menahannya pergi terbawa angin.
Melihat dari jauh kelopak-kelopak yang membaur bersama udara.

    Saat helaian seputih kapas itu menari di udara dan tersenyum ke arah sang tangkai yang hanya bisa terdiam.
Saat dia kabur karna sentuhan kecil angin dan mengucapkan selamat tinggal.
Tangkai yang yang lemah, aku yang hanya seonggok tangkai tidak berarti saat sang bunga terbang hancur terhempas.









  Saat rasanya tidak berdaya, kelopak rapuh itu menari indah. Kenapa gugurnya bunga yang mekar terlihat seperti pesona bagi angin dan udara?




  Tapi mungkin





    Sentuhan kupu-kupu yang bahkan bisa membuat dandelionku hancur berkeping-keping, tidak membuatnya terlihat rapuh bagi tangkai yang melepas rela.
Karna sebelum dia mekar sempurna, dia berkata bahwa tangkai, masih mempunyai akar.
Dan selama akar masih kuat, ratusan Dandelion akan mekar dengan indah seiring musim berganti.









Hyunjin, dandelionku. Aku merindukanmu....






***

Ini kalau dijadiin ff kira-kira gimana? *ngomong ke pager tetangga*

MagellanicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang