Toxic
***
“Jadi namanya Shika. Kenapa tidak diganti dengan ‘Shit’ka saja? Sesuai dengan dirinya.”
“Hei, katanya kalau hamil tidak boleh bicara sembarangan!”
“Asam lambungku hanya naik! Kalian benar-benar ya!”
“Hehehe … maaf Hyunjin, aku tidak berpikir mereka serius dengan candaanku yang bahkan tak masuk akal.” Chan menyambangi tempat kerja mereka, tidak lupa dengan ritual menggoda pasangan baru seperti biasanya. Jeongin yang sekarang pindah menjadi tim penyelidikan juga sepertinya sudah tertular. Berbeda dengan Jisung yang tidak bisa berbuat apa-apa saat mereka sudah kumat.
“Istrinya bernama Yerra. Yang mati setelah melahirkan.” Jisung memilih untuk tidak menanggapi Si Kepala Bagian Investigasi dan teman satu timnya. Memilih membahas kasus baru yang mereka dapat. Tidak, sebenarnya kasusnya sudah sangat jelas. Hanya saja sepertinya, Jisung masih tidak puas dengan hasilnya.
“Kasus ini tidak perlu ditangani oleh kita. Aku bingung kenapa Ibu dari Istrinya menyuruh kita mengusut kematian anaknya yang sudah jelas.” Jeongin mengeluh, bersandar pada kursi sembari memejamkan mata. Chan menepuk pundaknya, menatap ketiga orang di ruangan Jisung dengan senyuman. “Aku yakin kalian bisa. Kalian bahkan bisa mengusut tuntas kasus bunuh diri ‘kekasih’ Kolektor Senjata. Ini masalah kecil.”
“Tapi Ketua, kesaksian tidak logis seperti ini mana bisa kita usut?” Hyunjin sepertinya juga sudah jengah. Menghempaskan berkas ke meja dan mengusap wajahnya kasar.
Benar juga. Shika sang menantu, akan menikah lagi setelah Yerra meninggal. Dan kemudian dia mencekik calon pengantinnya sendiri saat resepsi. Tersangka masih bungkam saat polisi menanyai motifnya. Dan tentunya keluarga calon pengantin tidak akan menarik tuntutan.
Dan kemudian Ibu Yerra datang dan berkata jika—
“Yerra datang dalam mimpi Ibunya. Dan dia bilang dia dibunuh.” Jisung mengetuk-ngetukan jarinya di meja. Chan mengangkat bahu dan hendak berlalu, sebelum dia berbalik sesaat dan menyemangati mereka.
“Selalu ada banyak kemungkinan. Kebenaran terselip di banyak celah. Apa kalian yakin calon pengantin wanita juga telah mengatakan semua kebenaran?”
Untuk sesaat, ruang kerja Jisung menjadi hening. Jeongin, Jisung, dan Hyunjin melirik satu sama lain.
***
Kepolisian Macity memang tempat yang selalu sibuk. Tidak ada satu devisi pun yang menganggur di jam kerja. Memang harus seperti itu, karna selain kota-nya yang indah … Macity terkenal dengan kriminalitasnya.
“Dia terlalu kecil untuk mengalami semua hal ini ….” Hyunjin melirik Ibu Yerra yang masih berada di ruangan Yedam. Dengan sabar menjawab semua pertanyaan Yedam dan bersikukuh jika kasus kematian anaknya harus diusut. Putra Yerra—Teo—terlelap dalam gendongan Hyunjin setelah sang Nenek menitipkan padanya sebentar. Mungkin manusia yang benar-benar bisa tidur nyenyak memanglah hanya seorang bayi.
“Shika sudah ditahan untuk aksi percobaan pembunuhan, karna tidak punya pembelaan dan bungkam saat diintrogasi. Dan Yui, calon pengantin Shika akan ke mari sesuai dengan yang Jisung katakan.” Hyunjin mengangguk saat Jeongin menawarkan bantuan padanya. Ingin menggantikannya menggendong bayi mungil yang belum genap empat bulan.
“Seandainya mayat Yerra belum dikremasi. Mungkin kita masih bisa mengotopsinya.”
“Untuk sekarang ini … mungkin kita harus percaya pada hal supranatural walau memang terdengar sedikit gila.” Jisung datang dari lorong, menyahut perkataan Jeongin yang memberikan bayi itu kembali karna tangannya terlalu gemetar. Mungkin memang belum saatnya dia mencoba menggendong bayi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Magellanic
FanfictionHyunsung, Han dom :) Semua cerita tentang Jisung, di mana Hyunjin menjadi Terungkunya. Fanfiction Alternative Universe 🌌