haven (m)

635 65 12
                                    








Sepuluh tahun lalu. Dia menemukanku sendirian di sudut gang kecil, menghampiriku yang saat itu sedang memeluk mobil-mobilan usang. Menangis menunggu Ibu menjemputku. Ibu yang tidak datang malam itu, Ibu yang menyuruhku turun dari mobil di tempat yang tidak aku kenali, menghiraukanku yang kelaparan sendirian. Dia mengamatiku dengan rambutnya yang berantakan dan seragam sekolah yang tidak dikancingkan. Menampakan kaos hitam di sana.

Wajah itu begitu datar, namun cantik. Dengan sorot mata yang penuh dengan kebosanan. Tapi aku mengingatnya, dia mengamati mobil mainan yang berdebu dan gelang dengan inisial namaku. Walau dia tidak pernah memanggilku dengan nama dari inisial itu.

Baginya … aku hanyalah anjing tersesat kala itu. Itulah kenapa dia mengulurkan tangan dengan malas padaku, menggaruk tengkuknya kikuk saat melihatku menangis dan cegukan. Aku masih mengingat suara itu. Suara khas anak berumur sepuluh tahun dengan penampilan berantakannya.

“Ikutlah denganku … ke rumah.” Aku hanya diam. Tapi aku tidak pernah menolak ajakan itu. “Namaku Hyunjin. Siapa Namamu?”

“Han Ji Su—”

“Haven. Nama yang cocok.” Aku tak mengerti kala itu. Tidak pernah berpikir untuk mencerna nama baru yang kudapat. Sama seperti anjing terbuang yang ditemukan seseorang. Dan kemudian … mereka menamainya.

Umurku, seingatku aku berumur tujuh tahun kala itu.

“Apa orangtuamu tidak akan marah?”

“Ah.... ”

“.... ”

“Jangan dipikirkan. ”







***






Saat anak anjing ditemukan seseorang. Dan saat anak anjing itu merasa aman karnanya.







***






“Hei … Haven.” Han menoleh ke arah suara saat namanya disebut. Buru-buru dia buang kantong sampah yang ada di tangan. Menutup tong sampah depan rumahnya kembali dan tersenyum ke arah suara.

“Seungmin … bagaimana kuliahmu?”

“Biasa saja, aku bawakan ini untuk Hyunjin. Kau juga makanlah!” Seungmin melempar kantong plastik ke arahnya. Han melangkah maju dan menangkapnya dengan sigap, “jangan hanya di rumah terus!”

“Terimakasih ….” Han mendekap kantong itu di depan dada, tersenyum pada pria yang sekarang terlihat kesusahan membuka gerbang rumah. Bukankah menyenangkan bisa pergi kemana pun? Bersekolah dan mencari banyak teman? Tapi tidak ada yang bisa dilakukan oleh pemuda tanpa identitas sepertinya. Hanya bisa bersembunyi … di balik jendela sampai Hwang Hyunjin pulang. Seungmin sudah masuk ke dalam dan rintik hujan mulai menjamah bumi sore itu. Buru-buru Han berlari masuk ke rumahnya yang sepi.

Hanya ada dia di sana setiap hari. Ayah Hyunjin meninggal delapan tahun lalu saat terjatuh dari tangga rumah. Dan dan sang Nyonya pergi tanpa kabar, sama seperti tipikal ibu tiri pada umumnya. Tidak ada yang mau mengasuh anak tiri saat Ayahnya sudah tiada, apalagi anaknya kurang ajar seperti Hwang Hyunjin. Dan dia memang tidak pernah diterima jika saja Hyunjin tidak bersikeras dan membuat kedua orangtuanya dulu memilih angkat tangan.

MagellanicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang