Dengan tergopoh-gopoh Elise berjalan menyusuri lorong-lorong goa. Sesekali ada serpihan tanah yang jatuh dari langit-langit. "KAU!" suaranya kering nan keras, ia memanggil salah seorang rekannya yang berpapasan dengannya. "PANGGIL BANSHEE DAN BANTULAH TEROWONGAN BARAT!"
Belum sempat ghoul itu menjawab, Elise berpaling untuk kembali berjalan dengan langkas. Melanjutkan menyusuri lorong-lorong gelap, Elise terus menyerukan perintah yang sama kepada setiap ghoul yang ia temui. "PANGGIL BANSHEE DAN BANTULAH TEROWONGAN BARAT! CEPAT!"
Pada akhirnya, Elise pun melihat Namlea yang sedang berbicara dengan seorang ghoul dari kejauhan. "NAM! NAM!" panggilnya.
Namlea menoleh dan kemudian menghampiri Elise. "Bagaimana keadaan disana?"
"Salah satu bagian di terowongan barat runtuh!" jawabnya tergesa-gesa. "Aku telah memerintahkan anak-anak untuk memanggil Banshee agar mulai menggali, aku-"
"Tenanglah, tenanglah," ujar Namlea sambil memegang pundak Elise. "Itu tidak berguna, ikhlaskanlah mereka...,"
Untuk sesaat, Elise tertunduk. Entah apa yang ada di dalam benaknya, namun ia terlihat sedih dan kecewa. "Ada apa sebenarnya Nam?" ia kemudian menatap Namlea untuk bertanya. "Sudah saatnya kau memberitahuku ada apa dibalik gempa ini,"
"... Ada sebuah ramalan dari Leilati," Namlea akhirnya berkata. "Ramalan tentang bencana besar yang diakibatkan oleh makhluk yang hidup di dalam gunung,"
"Makhluk apa?"
"Aku tidak tahu tapi... mereka datang dari sumber yang mungkin serupa dengan makhluk yang kita panggil,"
"Keluarga yang sama?"
"Bukan," Namlea langsung menjawab. "Dewa kita... hanya punya dua saudari yang lain dan aku tahu dimana mereka berada,"
Elise menarik napas panjang dan terlihat berpikir. Ia mondar mandir kesana kemari sebelum pada akhirnya berkata, "Jika kita diam, kita sendiri yang rugi,"
Namlea tidak membalas pernyataannya.
"Apa kau sudah bertanya kepada-Nya?" tanya Elise kemudian.
"Oh, kau tahu Dia tidak akan pernah membuka mulut tentang hal semacam ini,"
"Sudahkah kau coba?"
"Hal itu tidak layak untuk dicoba,"
"Sialan," umpat Elise sambil terus berjalan kesana kemari. "Sialan! Sialan!" lanjutnya kesal karena gagal mencari solusi. "Gempa itu terus kembali dengan kekuatan yang semakin besar, Nam! Entah apakah kita dapat bertahan saat gelombang berikutnya terjadi!"
"Saat gelombang berikutnya terjadi, kita pasti sudah ada di permukaan," balas Namlea.
Elise segera menggelengkan kepala tidak setuju. "Belum tentu, Nam. Jangan terlalu optimis. Perjalanan kita masih panjang!"
Lagi-lagi Namlea tidak membalasnya.
"Tidak ada cara lain," ujar Elise. "Kita harus temukan si pemanggil dan akhiri hidupnya!"
"Elise, dia sudah lama mati,"
"Apa?" Elise seakan tak percaya dengan apa yang ia dengar.
"Ini berbeda dengan apa yang kita miliki," balas Namlea. "Dan Elise... aku tidak ingin kau mencampuri urusan mereka,"
Perkataan Namlea langsung membuat Elise naik pitam. Ia mendekatkan wajahnya yang buruk rupa itu sangat dekat dengan Namlea dan melihatinya dengan pandangan yang menusuk. "Ini adalah urusan KITA SEMUA. Aku tahu kau adalah seorang idealis, tapi aku bukan kau! Dan aku tak akan membiarkan bencana itu merusak semua rencana yang telah kita susun!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ancient's Realm: The Folks
Fantasy=-=-=-=-= BUKU KEDUA DARI SERIAL "ANCIENT'S REALM" =-=-=-=-= * Silakan membaca seri pertama yang ada di profil atau melalui link (https://www.wattpad.com/story/191508942-ancient%27s-realm-stallions-serpents) sebelum membaca bagian ini. ~~~~~~~~~~~~~...